Share

Part 3

“Pa, Ma, Ayu sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga ini. Terima kasih ya, Papa sama Mama selalu memberikan perhatian dan perlakuan yang baik selama ini. Papa sama Mama tidak pernah membeda-bedakan kita dengan Edgar,” ucap Ayu.

“Iya, sama-sama, Nak,” jawab Pak Erwin.

Perbincangan mereka bertiga terasa hangat. Ayu tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada Pak Erwin dan Bu Tina, orang tua angkatnya yang telah merawatnya dengan baik. Mereka adalah para penolong berhati malaikat yang datang di saat mereka ditelantarkan oleh ayah kandung mereka sendiri.

“Terima kasih, Ya Allah, Engkau telah mengirimkan orang-orang baik ini. Hamba tidak bisa membayangkan bagaimana hidup hamba jika Engkau tidak mempertemukan hamba dengan mereka,” ucap Ayu dalam hati.

Memang, ingatan akan masa lalu masih melekat di benak Ayu maupun Andre. Selama 10 tahun ini, mereka masih belum menemukan jawaban dari pertanyaan tentang keberadaan orang tua mereka. Terbayang bagaimana perasaan Andre dan Ayu saat mengetahui bahwa Pak Guntur, ayah mereka, menelantarkan mereka dengan sengaja.

Pagi ini, Ayu berangkat ke sekolah bersama Bu Tina. Tak biasanya Bu Tina bisa mengantarkan Ayu ke sekolah. Kebetulan, hari ini Bu Tina berangkat lebih pagi dari biasanya. Setelah tiba di sekolah, Ayu pun memutuskan untuk membeli alat tulis terlebih dahulu di KOPSIS. Suasana KOPSIS pada saat itu masih sepi. Maklum, hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah setelah libur semester.

“Semuanya jadi tiga puluh ribu, Dik,“ ucap penjaga KOPSIS.

“Ini uangnya, makasih ya, Mbak,” kata Ayu sambil memberikan uang kepada penjaga KOPSIS.

Ayu pun langsung menuju ke kelasnya. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan teman-temannya.

Saat Ayu melangkah keluar, datanglah security yang membawa tumpukan kardus, mereka sama-sama tidak melihat ke arah depan , dan ... .

Ayu dan security itu pun terjatuh, kardus yang tadinya tertumpuk rapi menjadi berserakan di lantai. Mereka pun saling bermaafan dan saling menanyakan keadaan satu sama lain. Beruntungnya, keduanya baik-baik saja. Kejadian tersebut disaksikan oleh penjaga KOPSIS dan salah satu siswa, akhirnya siswa tersebut pun lari menghampiri.

“Kalian baik-baik aja?” Sini biar saya bantu.” Siswa tersebut pun membantu Ayu dan security itu untuk kembali berdiri sekaligus merapikan kardus-kardus yang masih berserakan di lantai.

“Saya enggak apa-apa, Mas, terima kasih ya sudah membantu kami. Mbak, terima kasih, ya,” ujar security itu kepada penjaga KOPSIS dan siswa itu.

“Iya, Pak, sama-sama, lu enggak apa-apa kan?” Siswa itu pun berganti menanyakan keadaan Ayu.

“Gue enggak apa-apa, kok, makasih ya,” balas Ayu.

Ayu dan security itu pun akhirnya pergi meninggalkan tempat.

“Ini kalung siapa?” ucap siswa itu dalam hati sambil memegangi sebuah kalung.

Siswa tersebut menemukan sebuah kalung yang berada di depan KOPSIS. Kalung emas putih tersebut tampak indah dengan liontin bunga krisan sebagai hiasannya.

“Cantik ... bagus juga selera pemilik kalung ini,” puji siswa tersebut sambil memandangi kalung itu.

Akhirnya, ia memutuskan untuk membawa kalung tersebut. Sebenarnya, siapakah pemilik kalung itu?

“Yongki, Salsa, kangeenn,” ucap Ayu sambil memeluk sahabat-sahabatnya setelah tiba di kelas.

“Kita juga kangen lu, Yu,” sahut Yongki.

“Eh, Dito mana, Sal?” tanya Ayu ketika ia menyadari bahwa sahabatnya, Dito, belum datang.

“Dito belum masuk hari ini, masih di Palembang. Katanya sih dia baru flight ke sini jam 4 sore,” jawab Salsa.

“Ih ... Dito enggak asyik banget, deh, baru hari pertama masuk aja udah izin. Gue udah kangen banget sama lu, Dit,” celetuk Ayu.

Bel masuk pun berbunyi. Para siswa ada yang bergegas masuk ke dalam kelas, ada juga yang telah bersiap duduk manis di bangkunya masing-masing. Tak lama kemudian, datanglah Pak Agung, guru Sosiologi yang akan mengajar di kelas Ayu. Rupanya, Pak Agung datang bersama seorang siswa baru kelas XI-IPS 1 dan Pak Agung mempersilahkannya untuk memperkenalkan diri.

“Silahkan, perkenalkan diri kamu,” pinta Pak Agung kepada siswa baru itu.

Nama siswa baru itu adalah Kevin. Dia menghabiskan masa SMA 1 tahun saat kelas 10 di Denmark. Dia baru saja pulang ke Jakarta 2 hari yang lalu dan memutuskan untuk bersekolah di SMA Tarumanegara. Semua siswi seisi kelas pun bagaikan terhipnotis oleh pesona siswa baru itu. Mereka pun tak berkedip saat melihat siswa baru tersebut masuk ke dalam kelas.

“Lho, cowok yang tadi?” Ayu pun tak menyangka bahwa Kevin akan menjadi teman sekelasnya.

Pak Agung pun mempersilahkan Kevin untuk duduk. Saat berjalan menuju tempat duduknya, Kevin tak sengaja melihat ke arah Ayu dan pada saat itu Ayu juga melihat ke arahnya.

“Lho, ini kan cewek yang tadi?” katanya dalam hati.

Mereka pun beradu pandangan, saling bertatapan walaupun dari jauh. Pertemuan kedua yang tak disangka dan tak pernah terpikirkan sebelumnya.

Bel istirahat berbunyi, Ayu dan Salsa pun langsung pergi meninggalkan kelas.

“Lho, Sal, kok kalung gue enggak ada?” Ayu pun panik saat berkaca dan mengetahui bahwa kalung kesayangannya itu tidak ada.

“Ketinggalan di rumah kali, Yu, coba lu inget-inget,” jawab Salsa.

“Enggak, Sal, gue pake kok kalungnya, tadi pagi masih ada,” sanggah Ayu.

Mungkinkah, kalung milik Ayu yang hilang itu adalah kalung berliontin bunga krisan yang dibawa oleh Kevin?

Ayu pun tak henti-hentinya mengutarakan kepanikannya saat berjalan dari toilet menuju ke kelas. Kalung kesayangannya itu merupakan kalung yang sangat berarti bagi dirinya.

“Aduh, Sal, gimana kalau kalung gue bener-bener hilang?” Tanpa sengaja, Kevin mendengar percakapan tentang hilangnya kalung Ayu tersebut.

“Apa mungkin, kalung ini adalah kalung Ayu yang hilang?” ujar Kevin dalam hati sambil menyentuh saku jas almamaternya yang berisi kalung tersebut.

Tepat setelah jam sekolah berakhir, Kevin pun langsung menghampiri Ayu. Ia mengajak Ayu ke taman belakang sekolah.

“Yuk, ikut gue, ada yang mau gue omongin sama lu,” ajak Kevin.

Ayu pun kaget saat Kevin tiba-tiba memegang tangannya dan mengajaknya untuk bicara empat mata.

“Eh, lu mau ngomong apaan, sih?” tanya Ayu.

Kevin pun membawa Ayu keluar dari kelas.

Setibanya di taman belakang sekolah, Ayu langsung menanyakan apa sebenarnya maksud Kevin.

“Ini punya lu?” tanya Kevin sambil memperlihatkan kalung yang ia temukan tadi.

 “I ... i ... iya, ini kalung gue, kok bisa ada di lu?” tanya Ayu dengan gugup karena dilanda rasa tak percaya.

“Gue enggak bisa cerita sekarang, lain kali aja, ya. Oh iya, nama lu siapa?” tanya Kevin yang belum sempat berkenalan dengan Ayu.

“Nama gue Ayu, salam kenal, ya. By the way, makasih udah jagain kalung gue,” tutur Ayu.

“Cakep, baik, bertanggung jawab, friendly lagi. Siapa yang enggak meleleh hatinya kalau ditolongin sama malaikat kaya dia? Benar-benar sosok laki-laki yang sempurna. Betapa beruntungnya cewek yang bisa jadi pacar dia,” kata Ayu dengan penuh rasa kekaguman.

Apakah Ayu mulai terpikat hatinya oleh Kevin? 

Kevin pun bergegas menuju ke gerbang sekolah. Tiba-tiba, seorang siswi datang menghampiri Kevin dan memeluknya.

“Itu kan Martha, apa mungkin Kevin pacaran sama si senior angkuh itu?” ujar Ayu dalam hati saat melihat pemandangan tersebut.

Rupanya, siswi tersebut adalah Martha, anak kelas XII IPS-4 yang terkenal angkuh. Dialah pacar Kevin, perempuan yang telah berhasil meluluhkan hatinya. Lantas, apakah Ayu cemburu saat melihat Kevin tampak bahagia berpelukan dengan Martha?

Sebuah mobil mewah berwarna putih terlihat stand by di depan pintu gerbang sekolah.

“Vin, ayo cepat kita pulang, Papi harus buru-buru ke kantor lagi,” kata orang yang mengendarai mobil tersebut.

Sungguh tak ada yang menyangka, ternyata orang yang menjemput Kevin itu adalah Pak Guntur. Rupanya, Kevin adalah putra semata wayang Bu Susan dan Pak Hendra yang saat ini menjadi anak tiri Pak Guntur. Entah kebetulan atau memang takdir, anak kandung dan anak tiri Pak Guntur bersekolah di tempat yang sama, bahkan menjadi teman sekelas.

Ingin rasanya hal ini cepat sampai ke telinga Ayu, bahwa sebenarnya ayah yang selama ini ia cari berada di dekatnya. Apakah kehadiran Kevin merupakan jalan bagi Ayu untuk bertemu dengan ayahnya? Namun, apakah Ayu masih mempunyai keinginan untuk mencari orang tuanya? Apakah benar Pak Guntur telah menelantarkan Andre dan Ayu di masa lalu? Lantas, bagaimana reaksi Ayu jika dirinya mengetahui identitas Kevin?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status