Share

Part 5

     “Tante Christie!” teriak Andre dan Ayu secara bersamaan.

Tante Christie mengira bahwa dirinya sedang berhalusinasi. Namun, laki-laki dan perempuan yang mendatanginya itu memang benar-benar Andre dan Ayu. Keinginan Tante Christie untuk bertemu dengan mereka akhirnya terwujud. Rasa rindu, terharu, senang dan sedih bercampur menjadi satu di hati Tante Christie.

“Tante kangen sekali dengan kalian, kalian kemana saja selama ini?” ucap Tante Christie sambil memeluk Andre dan Ayu dengan erat. Mereka bertiga pun tak kuasa menahan air mata.

      Kedekatan antara mereka layaknya kedekatan antara orang tua dan anak. Tante Christie sudah menganggap Andre dan Ayu seperti anaknya sendiri. Hal itulah yang membuat dirinya sangat terpukul dan kehilangan saat Andre dan Ayu dinyatakan hilang 10 tahun yang lalu. Tante Christie pun akhirnya mengajak Andre dan Ayu masuk ke dalam rumahnya.

“Terima kasih, Ya Allah, Engkau telah memberi kesempatan kepada kami untuk bertemu dengan Tante Christie,“ ucap Ayu dalam hati.

      Tante Christie menjelaskan kepada Andre dan Ayu bahwa dirinya sudah lama pergi meninggalkan rumahnya itu. Ternyata, rumahnya kini dialihkan menjadi rumah kontrakan.

“Setelah Tante menikah dengan suami baru Tante, Tante langsung pindah dari sini, ikut suami ke Bogor,” tutur Tante Christie.

“Oh, kalau begitu ada perlu apa Tante datang kemari?” tanya Andre.

“Tante selalu ke sini sebulan sekali untuk memeriksa kontrakan, kebetulan hari ini Tante lagi free, “ jawab Tante Christie.

      “Kalian sekarang tinggal dimana? Kalian ini sebenarnya kemana, sih?” tanya Tante Christie dengan penuh rasa penasaran.

“Asal kalian tahu, waktu kalian dinyatakan hilang, Tante tuh khawatir setengah mati sama kalian,” lanjutnya.

Andre dan Ayu pun saling bertatapan. Rasanya mereka tak ingin membuka lembaran pilu itu lagi. Tapi, apa boleh buat, Tante Christie memang harus mengetahui semuanya.

      “Waktu itu kami diajak Ayah ke TMII. Kami hanya pergi bertiga tanpa Ibu karena Ibu sedang tidak ada di rumah. Setelah puas berkeliling, Ayah pun mengajak kami makan. Setelah kami selesai makan, Ayah bilang kepada kami mau pergi ke toilet. Tapi, Ayah tidak kunjung kembali juga,” tutur Ayu menjelaskan kronologi perpisahan mereka dengan ayahnya.

“Kami menunggu Ayah sampai 2 jam lamanya di depan resto, dan ... Ayah memang benar-benar tidak kembali,” lanjutnya.

      Hati Tante Christie seperti tersayat-sayat saat mendengar cerita Ayu. Dirinya tak menyangka, Andre dan Ayu harus menerima cobaan bertubi-tubi seperti itu.

“Jadi, Andre dan Ayu masih belum tahu tentang ibunya sampai sekarang? Pasti setelah ini mereka akan menanyakannya,” katanya dalam hati.

“Terus, setelah itu kalian gimana?” tanyanya kepada Andre dan Ayu.

      “Kami berkeliling mencari Ayah, tapi Ayah tidak ada, kami sudah seperti anak terlantar waktu itu. Hingga akhirnya, kami bertemu dengan keluarga Pak Erwin dan kami pun diajak pulang ke rumah mereka di Kelapa Gading. Kami sangat beruntung sekali, kalau tidak ada mereka, saya enggak tahu apa jadinya kami sekarang,” jawab Andre.

Seakan membawa angin segar bagi Andre dan Ayu, orang-orang baik itu datang di saat mereka ditelantarkan oleh Pak Guntur. Pak Erwin dan keluarganya bagaikan malaikat penolong bagi Andre dan Ayu.

       Pertanyaan Tante Christie pun terjawab sudah. Kini, giliran Andre dan Ayu yang bertanya kepada Tante Christie. Mereka yakin Tante Christie mampu memberikan sedikit informasi tentang keberadaan Bu Sartika, ibu mereka.

“Ayu, Andre, ibu kalian masuk penjara beberapa hari sebelum kalian menghilang. Ibu kalian dijebak seolah-olah dirinya adalah bandar narkoba. Ibu kalian ... ibu kalian ... divonis hukuman mati,” ujar Tante Christie sambil menangis.

       Rasa sakit tertusuk pedang masih kalah sakit dengan perasaan yang mereka rasakan saat ini. Mereka tak menyangka, nasib ibu mereka jauh lebih memilukan.

“Ya Allah, berilah kekuatan kepada hamba untuk menerima semua ini,” ucap Ayu dalam hati.

“Berarti, kemungkinan besar, Ibu sudah tidak ada, Tante?” tanya Andre dengan mata yang berkaca-kaca.

Tante Christie pun mengangguk sambil menundukkan kepalanya. Ia tidak kuat melihat ekspresi wajah Andre dan Ayu yang begitu terpukul.

       Andre dan Ayu seperti kehilangan semangat, seperti orang yang kehilangan arah. Bukan masalah mereka kehilangan ibunya, tapi kejadian memilukan yang menimpa ibunya 10 tahun silam. Siapa yang telah menjebak ibuku? Siapa yang telah membuat ibuku menderita hingga kehilangan nyawa? Apa salah Ibu, sampai-sampai Ibu harus menanggung ini semua? Otak mereka pun dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan tersebut.

       Sudah berhari-hari Ayu murung dan sering menyendiri. Saat di sekolah, ia juga sering meluangkan waktu untuk menyendiri dari sahabat-sahabatnya. Pikiran Ayu pun masih tertuju kepada ibunya. Suatu hari, ia berjalan ke kelas dengan konsentrasi yang terpecah, sampai ia tak mempedulikan sekelilingnya.

“Eh, bisa enggak sih jalannya agak minggir? Lu pikir ini jalan punya Bapak lu?” serang Martha.

Sorry, Kak,“ jawab Ayu dengan singkat.

       Tak lama setelah itu, Kevin pun datang menghampiri mereka. Martha pun langsung menggandeng tangan Kevin, seakan dirinya ingin memamerkan cowok gantengnya itu kepada Ayu.

“Sayang, nanti anterin aku pulang, ya,” kata Martha.

“Iya, Sayang, nanti aku anterin,” jawab Kevin dengan lembut.

“Eh, Yu, kita ke kelas bareng, yuk,” ajak Kevin kepada Ayu.

Martha pun dibuat terkejut saat dirinya mengetahui bahwa Ayu dan pujaan hatinya itu merupakan teman sekelas.

       “Kok bisa sih, Kevin satu kelas sama anak songong itu? Kenapa sikap Kevin baik banget ya sama dia?” ujar Martha.

Apakah Martha cemburu dengan Ayu? Apakah Martha mulai mencurigai Ayu? Hal tersebut merupakan suatu kewajaran, mengingat Martha adalah sosok perempuan posesif dan pencemburu. Kevin adalah cinta matinya, ia benar-benar takut kehilangan pujaan hatinya itu.

       “Oh, ini yang namanya Kevin?” ucap Dito. Hari ini merupakan hari pertama Dito masuk ke sekolah sekaligus pertemuan pertamanya dengan Kevin.

“Hai, Dito, salam kenal, ya,” jawab Kevin.

“Eh, guys, Ayu kemana, ya?” tanya Kevin kepada sahabat-sahabat Ayu.

“Dia lagi di perpus, Vin, lagi menyendiri,” jawab Salsa.

       Kevin bergegas menuju ke perpustakaan untuk mencari Ayu. Kevin pun penasaran, “Kira-kira, Ayu lagi ada masalah apa, ya?” tanyanya dalam hati.

Ayu yang ceria, bersemangat, selalu bercanda dan bergurau dengan sahabat-sahabatnya, kini seperti hilang ditelan bumi. Sejak pagi, Ayu tampak murung dan tidak bersemangat. Bahkan, ia sampai mengasingkan dirinya dari Salsa, Yongki dan Dito.

“Ayu, lu ada apa sih sebenarnya?” tanya Kevin.

Tiba-tiba, Kevin menarik tangan Ayu dan membawanya keluar dari perpustakaan.

        “Lu apa-apaan sih, Vin?” kata Ayu.

Ayu merasa tidak senang dengan sikap Kevin. Ia merasa bahwa sikap Kevin terlalu berlebihan.

“Yu, lu tuh kenapa, sih? Lu udah berhari-hari kaya gini terus,” kata Kevin.

Ayu pun memohon kepada Kevin agar dirinya tidak terlalu mencampuri urusan pribadinya.

Ia benar-benar merasa sangat terganggu.

        Ternyata, Martha dan kawan-kawannya melihat perbincangan mereka berdua. Hal itu pun membuat Martha semakin curiga kepada Ayu.

“Ngapain dia di sini sama Kevin? Pembicaraan mereka kayanya serius banget,” celetuk Aurel, sahabat Martha.

“Jangan-jangan, kecurigaan gue benar,” sahut Martha.

        “Tha, perasaan Kevin belum lama sekolah di sini, tapi kok udah sedekat itu ya sama Ayu?” celetuk Niken.

“Lu harus hati-hati sama cewek itu, Tha,” imbuhnya.

Pemandangan tersebut memang membuat Martha terganggu, sekaligus terbakar api cemburu. Sekali lagi, Martha adalah cewek posesif dan pencemburu. Lalu, apakah yang akan dilakukan oleh Martha setelah ini? Apakah maksud dari sikap Kevin yang begitu peduli dengan Ayu?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status