Share

Bab 7 Dia Anakmu, Mas!

"kamu datang, Mas!" Tia langsung berdiri, ada sedikit senyum kebahagiaan tampak di bibirnya. Dia mengira kedatangan sang suami untuk melihat keadaan Raffa, putra mereka.

"Heh, Kamu jangan bahagia dulu, kami kesini bukan untuk melihat anakmu yang penyakitan itu!" Ibu Sutri berbicara dengan lantang.

Mendengar ucapan sang mertua seketika senyum di bibir Tia memudar.

"Maksud Ibu apa? Tia melihat kearah bu Sutri terus berbalik menatap sang suami.

"Ini ada apa Mas? kenapa ada koperku disini? Dan siapa wanita ini?" Rona kebingungan nampak jelas diwajahnya.

"Ibu benar Tia, kami kemari bukan untuk menjenguk Raffa tapi unt ...."

"Untuk apa Mas?" sahut Tia yang mulai tersulut emosi.

"Kita kesini untuk mengantarkan ini!" Irvan menyerahkan koper yang tadi dia bawa.

"Apa ini? Ini maksudnya apa, Mas?

"Ini sisa pakaianmu dan Raffa dirumah. Aku ingin kita bercerai!"

"Be-bercerai? Kamu tidak sedang bercanda kan, Mas?"

"Aku serius Tia, aku ingin kita bercerai!"

"Tapi kenapa, Mas? Apa salahku? Apa masih kurang bakti ku padamu selama kita menikah?"

"Masih tanya lagi, apa salahmu? Salah kamu itu banyak,Kamu itu istri durhaka, tidak patuh sama suami, pembangkang, keras kepala dan banyak lagi" sahut ibu dengan nada sinis.

"Maksud Ibu, aku durhaka? Durhaka dari sebelah mananya, Bu? Jauh-jauh aku tinggalkan keluargaku, hanya untuk hidup dengan anakmu. Semua pekerjaan rumah tangga aku yang kerjakan, bahkan uang belanja pun Ibu yang atur, aku diam saja. Apa pernah aku protes?" Kali ini Tia tidak mau menerima begitu saja tuduhan sang ibu mertua.

"Uang hasil kerja anakku, jelas akulah yang harus ngatur, emang siapa lagi? Kamu? Hehh ..., sadar diri! Emangnya kamu Itu siapa mau ngatur uang anakku? Kamu itu, cuma orang lain yang kebetulan harus dinafkahi oleh anakku! Sudah untung kamu, aku kasih tempat tidur sama makan gratis di rumahku. Seharusnya dari dulu kamu, aku usir biar jadi gembel sekalian!" Bu sutri berkata sambil menunjuk-nunjuk muka Tia.

"Ibu dengar ya, aku tinggal dirumah Ibu karena yang pertama, anak Ibu adalah suamiku. Yang kedua, aku tinggal disana GAK GRA ...,TIS ..., SEKALI LAGI GAK GRATIS. Aku mengerjakan semua pekerjaan rumah sampai celana dalam Ibu pun, aku yang nyuci. Sekarang, anggap saja aku menjadi pembantu dirumah Ibu, coba dihitung berapa gaji yang harus aku terima? Selama ini, aku selalu diam dan mengalah bukan berarti aku takut sama Ibu, tapi aku menghormati Ibu sebagai orang tua dari suamiku,"

Bu Sutri memonyongkan bibirnya sambil bergerak ke kiri dan ke kanan mengikuti ocehannya Tia.

"Dan satu lagi, walaupun Ibu mengusirku dari rumah. Itu tak akan membuatku jadi gembel. Aku punya keluarga, punya orang tua yang sudah pasti mereka sanggup menampungku.

Ingat, Ibu Mertuaku yang terhormat! wanita yang selalu kau hina ini adalah putri kesayangan keluarganya, sama sepertimu yang menyayangi anakmu yang tak punya hati ini."Telunjuk Tia mengarah pada Irvan yang sejak tadi diam terpaku. Dia tidak menyangka kalau Tia bisa seberani itu melawan Ibunya padahal selama ini dia mengenal sosok Tia yang penurut enggak pernah protes.

"Sudahlah Tia yang jelas aku ingin kita bercerai dan aku ingin segera menikah dengan Selly,"

"Mas, anakmu sedang berjuang untuk hidup tega-teganya kamu mau menikah lagi! Dan kamu wanita jal**g apa kamu sudah gak laku lagi sampai menggoda suami orang, hah?" Telunjuk Tia arahkan kemuka Selly yang dari tadi bergelayutan di lengannya Irvan.

"Hehh, saya bukan wanita jalang ya!" Teriak selly gak terima dengan gelar yang diberikan Tia.

"Terus apa namanya kalau bukan jal**g? Kata-kata apa yang tepat untuk wanita penggoda suami orang sepertimu? Pe****r, pe**k, wanita ga*** atau apa hah?"

Plaakkk!!! Satu tamparan mendarat mulus di pipi Tia.

"Jaga ucapan mu, Tia"! bentak Irvan tak terima sang pujaan hati dihina oleh sang istri.

Melihat Tia ditampar Bu sutri dan Selly tersenyum puas. Mereka berdua pun berbisik "syukurin biar kapok tu si Tia, gembel aja belagu, hi ... hi ...hi ...." Mereka berdua tertawa sambil menutup mulut.

"Kamu menamparku, Mas? Hanya demi wanita model begini kamu menamparku keterlaluan kamu mas!" Tia memukul-mukul dada Irvan. Dada yang dulu menjadi tempat bersandar paling nyaman bagi Tia.

"Hentikan Tia! Kamu lihat dirimu sekarang kucel,dekil sudah seperti gembel. Bercermin lah dulu baru kau menghina orang lain! Bentak Irvan seraya mencekal kedua tangan Tia dan dihempaskan ke udara.

"Aku begini karena aku merawat anakmu yang lagi sakit, Mas,"

"Dia bukan anakku!" Sahut Irvan

"Dia anakmu, Mas! Tega-teganya kamu tidak mengakuinya,"

"Ya, dia bukan anakku tapi anakmu! Aku tidak ingin punya anak penyakitan seperti dia, tidak bisa dibanggakan sama sekali, cuma bikin repot ngabisin duit buat berobat!"

"MAASSS! Kamu jangan keterlaluan, Raffa sakit bukan kehendaknya tapi ini ujian dari Tuhan! Raffa sakit karena keteledoran kita sebagai orang tua! Raffa sakit karena kita gagal menjaganya!

"Yang gagal itu kamu bukan aku! Aku akan menikah lagi dengan Selly dan pastinya aku akan punya anak lagi yang sehat gak kayak si Raffa anakmu itu." Irvan berucap seraya merangkul bahu Selly.

Mendapat perlakuan itu Selly tersenyum penuh kemenangan.

"Harusnya kamu itu terima kenyataan saja mbak, Mas irvan sudah gak cinta lagi sama kamu! Mas Irvan itu sekarang cintanya sama aku. Lagian aku itu bingung, kok bisa-bisanya Mas Irvan nikah sama Mba Tia? diambil dari sisi manapun Mba itu gak aaada ..., cantik-cantiknya! Jangan-jangan Mba main guna-guna ya?" Selly menatap Tia penuh selidik dengan kedua tangannya dilipat dada.

"Tutup mulutmu wanita murahan! Sejelek-jeleknya aku pantang bagiku menggoda suami orang!"

"Jaga bicaramu Tia! Selly bukan wanita murahan dia wanita terhormat, wanita karier," bela Irvan

"Wanita terhormat tidak akan merusak rumah tangga orang, Mas,"

"Dia tidak merusak rumah tangga kita, tapi kamu yang telah merusak rumah tangga kita! Andai saja malam itu kamu mendengarkan ucapan Ibu untuk tidak membawa Raffa ke rumah sakit semua gak akan pernah terjadi,"

"Astaghfirullahhal'azim ...." Tia memukul-mukul dadanya untuk meredakan emosinya. Dia bingung harus bagaimana menjelaskan pada manusia yang tidak punya hati didepannya saat ini.

"Mas! Saat itu Raffa sudah dehidrasi parah, kalau terlambat sedikit saja nyawanya bisa tak tertolong! Kenapa sih kamu gak ada rasa khawatirnya sama Raffa? Dia itu anakmu, Mas! Darah daging mu! Dia yang kelak akan mendoakan mu saat kamu meninggal nanti."

"Ha ha ha ...." Irvan, bu Sutri dan Selly tertawa serentak mereka merasa Tia bermimpi terlalu tinggi.

"Mendoakan ku katamu? Kamu bercanda Tia, saat ini saja anakmu gak bisa bernafas aku sangat yakin sebentar lagi dia meninggal. Bagaimana caranya dia mendoakan ku? Hahaha lagi-lagi Irvan tertawa mengejek.

"Maaf ya Ibu, Bapak, semua tolong jangan berisik. Ini dirumah sakit, mengganggu pasien yang mau beristirahat!" ucap seorang perawat yang tiba-tiba menghampiri mereka.

"Sudahlah Van, tunggu apa lagi cepat kamu talak dia sekarang juga," perintah bu sutri.

"Baik, Bu,"

"Septia aprianti, ....

Bersambung...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
rino Yulian
cakep....do
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status