Share

30. Godaan Sang Pebinor

Mereka duduk di taman, pada satu bangku panjang. Hana, Syaina dan Dafa.

"Ma, es krimku udah habis. Aku boleh main plosotan nggak?"

"Boleh, Nak. Tapi hati-hati, ya."

Syaina mengangguk dan berlari ke arah permainan. Sementara masih di tempat duduk, Hana yang sedikit risih setelah kepergian putri kecilnya, menggeser posisi lebih menjauh dari Dafa.

"Katanya tadi ada hal penting yang mau diomongin, ayo Mas sampaikan aja terus."

Dafa terkekeh perlahan.

"Cuma mau bilang, Mama titip salam rindu untukmu."

Dua netra milik Hana membulat.

"Itu hal pentingnya, Mas?"

"Iya. Ini justru lebih penting dari lain hal."

Hana tersenyum.

"Bu Maryam apa kabarnya, Mas?"

"Mama sehat, diusianya yang sudah tua. Masih suka ngumpul-ngumpul seperti anak muda."

"Alhamdulillah."

Hana menarik napas dalam, teringat pada kedua orang tuanya yang tak lain adalah sahabat karib orang tua Dafa.

"Jika kedua orang tuaku masih hidup, mereka pasti seperti Bu Maryam."

"Iya benar. Tapi usia manusia itu rahasia Allah, tak ada yang
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status