Kami pergi ke mall dan bersenang bersama. Memainkan banyak permainan sampai puas.
"Bagaimana dengan permainan ini? Apa kamu ingin bermain ini?" tanya Daffa.
"Aku ingin mencobanya." kata Vita.
"Aku tidak bertanya kepada kamu, aku bertanya kepada Ayuna. Kamu ingin, bukan?" tanya Daffa.
"Aku.." kataku.
"Udah kamu main permainan itu saja dengan aku?" tanya Rafael.
Aku bingung ingin bermain apa karena adanya dan Rafael menawarkan permainan yang berbeda. Tapi aku tidak ingin membuat Vita marah kepada aku. Lebih baik aku bermain dengan Rafael.
"Aku bermain permainan ini dengan kamu, Rafael." Kataku.
"Kamu bermain dengan aku? Aku seneng sekali, ayo kita main." Kata Rafael.
"Benar, ayo." Kataku.
"Kenapa kamu tidak ingin bermain dengan aku? Ini permainan kesukaan kamu." Kata Daffa.
"Aku sedang ingin bermain itu. Maaf nanti saja setelah aku selesai bermain." kataku.
"Sudah kamu bermain dengan aku." Kata Vita.
"Kamu beriman dengan Ilham saja." kata Daffa.
"Tidak, aku ingin bermain dengan kamu. Pasti seru, kamu ingin, bukan?" tanya Vita.
"Tidak, aku ingin bermain sendiri saja." kata Daffa.
"Kalau sendiri tidak akan seru bagaimana jika kita berdua?" tanya Vita.
"Baik, kamu gabung dengan kami saja. Kamu ingin bermain permainan ini, Ilham?" tanya Daffa.
"Boleh." Jawab Ilham.
Aku bermain dengan Rafael dam permainan sangat seru.
"Kamu senang, bukan?" tanya Rafael.
"Senang lain kali kita harus bermain lagi, Rafael." Kataku.
"Pasti, kita harus bermain lagi." Kata Rafael.
Vita, Daffa dan Ilham bermain juga. Mereka sangat senang terlihat seperti permainan itu sangat seru.
"Bagaimana Vita? Kamu suka, bukan?" tanya Ilham.
"Suka apalagi bersama kamu, Daffa." Kata Vita.
"Yang bertanya itu Ilham, kenapa kamu bicara kepada aku?" tanya Daffa.
"Supaya kamu tahu saja. Aku suka bermain ini, Ilham. " Jawab Vita.
"Maaf, tapi aku tidak peduli." Kata Vita.
"Kenapa kamu bersikap dingin kepada aku?" tanya Vita.
"Enak sekali Rafael, dia bermain Dengan Ayuna. Kenapa Ayuna lebih memilih bermain dengan Rafael dari pada dengan aku? Apa karena Rafael memberi pendapat yang balas saat pelajaran dosen Ani tadi?" tanya Daffa.
"Mungkin saja Ayuna menyukai Rafael." Jawab Vita.
"Tidak mungkin! Kamu jangan bercanda Ayuna tidak menyukai siapa pun. Jika dia menyukai seseorang itu harus aku." Kata Daffa.
"Benarkah?" tanya Vita.
"Tentu saja." Jawab Daffa.
"Biasa saja Ayuna menyukai Rafael. Kita tidak akan pernah tahu apa yang orang rasakan. Kamu harus melupakan dia. " Kata Vita.
"Tidak, itu hanya pendapat kamu. Belum tentu Ayuna menyukai Rafael. Aku tidak akan menyerah kepada Rafael." Kata Daffa.
"Kamu memang kerasa kepala. Lebih baik kamu dengan aku saja, aku cantik dan berpenampilan modis. Apa yang kurang dari aku?" tanya Vita.
"Maaf tapi selera aku itu Ayuna." Jawab Daffa.
"Apa kekurangan aku dari pada Ayuna?" tanya Vita.
"Ayuna itu gadis cantik dan baik, dia polos dan juga berani. Dia itu menarik. Aku sudah lama jatuh hati kepada dia. Sejak kami berada di bangku SMA." kata Daffa.
"Aku juga cantik bahkan lebih cantik aku Dari pada Ayuna. Aku juga baik terhadap kamu, Ilham." Kata Vita.
"Sudah, terserah kamu saja. Aku akn bermain permainan yang lain." Kata Daffa.
"Aku ikut." Kata Vita.
Ilham berhenti bermain mungkin dia tidak dapat bersama dengan Vita dan Daffa. Pasti mereka berdua cuek terhadap Ilham. Atau mungkin Vita berbicara bahwa dia menyukai Daffa di hadapan Ilham. Kasihan sekali Ilham kalau itu benar.
"Aku sudah dulu, Rafael." Kataku.
"Kenapa?" tanya Rafael.
"Aku ingin bermain dengan Ilham." kataku.
"Kenapa? Kamu bilang kamus emang bermain dengan aku?" tanya Rafael.
"Benar tapi Ilham sedang sendiri sepertinya dia kesepian. Aku akan mengajak dia bermain dengan aku. Dia juga teman kita, Rafael." Kataku.
"Benar, kalau begitu kita bermain bertiga saja." kata Rafael.
"Kamu serius?" tanyaku.
Alu tidak percaya Rafael ingin bermain dengan Ilham. Ternyata dia juga bisa menghargai teman. Dia masih menganggap Ilham teman kita juga.
"Terima kasih Rafael, kamu ingin bermain dengan Ilham juga." kataku.
"Tenang saja, dia itu teman aku juga. Aku senang asal aku bisa bermain dengan kamu. Tidak masalah jika harus bersama Ilham juga." Kata Rafael.
"Aku panggil dia dulu." Kataku.
"Silahkan." Kata Rafael.
Aku menghampiri Ilham dan mengajak dia bergabung dengan aku dan Rafael.
"Ilham, ayo kita bermain bersama. Apa kamu ingin bermain dengan aku dan Rafael?" tanyaku.
"Boleh tapi apa Rafael tidak keberatan. Dia pasti ingin bermain berdua dengan kamu." kata Ilham.
"Tidak, Rafael tidak keberatan justru dia yang menawarkan kamu untuk bergabung dengan kami." Kataku.
"Kalau begitu ayo kita bermain." Kata Ilham.
"Ayo!" kataku.
Kami bermain bersama dan saling tertawa. Aku pikir Rafael akan keberatan jika Ilham bergabung tapi tidak. Dia senang dan berbicara berdua dengan Ilham. Mereka amembicarakn masa SMA dulu.
"Benar, kamu dulu pernah menyanyi tapi mendadak kamu salah lirik dan semua siswa menertawakan kamu, Ilham." kata Rafael.
"Benar sekali, aku juga masih ingat itu. Itu memalukan sekali, rasanya aku ingin pergi ke belakang panggung." Kata Ilham.
"Aku juga akan melakukan hal itu kalau terjadi kepada aku." Kata Rafael sambil tertawa.
"Aku tidak menyangka kalian akan tertawa bersama. Aku pikir kamu akan menghina Ilham, Rafael." kataku.
"Tidak, aku juga menganggap dia teman aku. Aku selalu marah kepada dia karena aku cemburu. Karena kamu selalu membela dia dari pada aku, Ayuna." kata Rafael.
"Tidak, aku hanya membela yang benar. Kamu dan Daffa selalu memulai pertengkaran diantara kalian bertiga. Padahal kita akan kompak jika bersatu." Kataku.
Selesai bermain, aku, Rafael dan Ilham pergi mencari makanan.
"Ayo kita makan!" kataku.
"Benar, aku juga sudah lapar." kata Rafael.
"Di sini ada makanan yang enak, aku pernah makan di sini." Kata Ilham.
"Benarkah? Apa itu?" tanyaku.
"Roti kurus spesial." Kata Ilham.
"Benar juga, aku pernah mencoba itu." Kata Rafael.
"Jadi kalian sudah pernah memakan itu di tempat ini." kataku.
"Benar, rasanya sangat enak." kata Rafael.
"Kamu harus coba." kata Ilham.
"Ternyata selera makanan kalian sama juga. Aku tidak menyangka." kataku.
"Ini tidak sengaja saja, pasti hanya kebetulan." kata Rafael.
"Benar, selera Rafael lebih bagus dari aku." Kata Ilham.
"Tentu saja, aku ini tidak pernah membeli makanan yang tidak enak. Aku harus memastikan makanan itu sangat lezat. Apalagi aku akan memakan itu bersama Ayuna." kata Rafael.
"Baik, kita pergi ke sana." kataku.
"Aku juga ikut, Ayuna." kata Daffa sambil mengikuti aku.
"Benar, kalian tidak mengajak kami makan juga." Kata Vita.
"Ayo kita pergi sekarang kalau begitu." kataku. Kami makan roti kurus spesial itu. "Benar kata kalau berdua, ini sangat enak. Aku suka sekali." kataku. "Apa aku bilang ini sangat enak, karena jarang yang memasak ini dengan saus yang berbeda." kata Rafael. "Benar, saus ini berbeda pasti ini rahasia dari enak makanan ini." kataku. "Benar sekali, kalau kamu suka kamu dapat memesan lagi. Apa kamu ingin memesan lagi, Vita?" tanya Ilham. "Tidak perlu, nanti aku bisa gendut jika makan dengan porsi yang banyak." kata Vita. "Tidak akan secepat itu, masa makan roti dua saja langsung gendut. Itu tidak masuk akal." kataku. "Tentu saja benar, itu karbohidrat jadi kita tidak boleh makan terlalu banyak." kata Vita. "Kamu benar, Vita. Kalau begitu biar kau saja yang memakan roti ini. Apa boleh?" tanyaku. "Tentu saja, kamu suka sekali Ayuna." Kata Rafael.
Ujian selesai dilaksanakan dan kami pergi ke kantin untuk makan siang bersama."Hari ini kita ingin makan apa?" tanya Daffa."Benar, Kita harus makan yang enak." Kata Rafael."Kenapa kalian terlihat sangat aneh?" tanya Vita."Tidak, apa yang aneh?" tanya Daffa."Benar Daffa, apa yang aneh dari kita?" tanya Rafael."Itu dia buktinya kalian menjadi kompak biasanya kalian selalu berbeda pendapat." kata Vita."Mungkin saja dia yang mengikuti aku." Kata Rafael."Apa? Kamu yang mengikuti aku." Kata Daffa."Sudah baru saja dibilang kompak ribut lagi." kataku."Bagaimana kalau kita makan bakso saja" tanya Ilham."Boleh, ide kamu bagus Ilham." akan Rafael."Benar, supaya kita menjadi segar." akan Daffa."Kalian setuju dengan ide dia?" tanya Vita."Memangnya kenapa? Ada yang salah dengan itu?" tanyaku."Tid
Saat sampai di kampus, Aku bertemu dengan Daffa dan Rafael. Daffa bilang bahwa makan malam dengan Vita akan dibatalkan."Lalu, Kenapa?" tanyaku."Tidak ada, aku hanya ingin kau tahu." Kata Daffa."Benar juga, untuk apa kamu memberitahukan hal tidak penting itu. Ayuna tidak tertarik dengan kisah kalian berdua." Kata Rafael."Kisah kami? Kami tidak memiliki hubungan apa pun hanya sebatas teman saja." Kata Daffa."Benarkah? Tapi Vita itu mencintai kamu, Daffa. Kamu seharusnya bersikap baik terhadap dia." Kata Rafael."Lalu, aku mencoba menjalani hubungan dengan orang yang tidak aku cintai. Itu tidak masuk akal dan ah aya akan menyakiti dia saja." Kata Daffa."Sudah itu adalah urusan Kalian berdua. Ayo kita masuk ke kelas sebentar lagi akan dimulai." Kataku."Benar juga." Kata Daffa.Aku dan mereka berdua masuk ke kelas dan Vita belum sampai di kelas kami."Kenapa Vita tidak a
Malam ini Daffa dan Vita sedang maka malam berdua. Kalau Ilham tahu, dia pasti akan sedih. Daffa memesan restoran yang bagus untuk Vita. "Selamat malam, Vita!" kata Daffa. "Selamat malam, Daffa!" Kata Vita "Malam ini kamu sangat berbeda." Kata Daffa. "Maksud kamu? Apa kamu ingin bilang kalau aku cantik malam ini?" tanya Vita. "Benar sekali." Kata Daffa. "Kamu bicara seperti itu pasti untuk menghibur aku, bukan?" tanya Vita. "Kamu memang mengerti apa yang akan aku lakukan. Apa dahulu aku belum berbicara apa pun." Kata Daffa. "Tentu saja, aku tahu. Tapi aku ingin mengucapkan terima kasih karena kamu telah bersedia makan malam dengan aku. Padahal kamu pasti tidak ingin melakukan ini. Maafkan aku sudah memaksa kamu." Kata Vita. "Sudah jangan meminta maaf karena kamu tidak salah." Kata Daffa. "Tetap saja aku merasa tidak enak terhadap kau, Daffa." kata Vita.
Hari ini aku pergi ke kampus dan bertemu dengan Rafael."Ayuna!" Kata Rafael."Rafael!" kataku."Kamu datang sendiri?" tanya Rafael."Benar karena aku membawa mobil." Kataku."Besok aku saja yang mengantar kamu ke kampus." kata Rafael."Tidak perlu." kataku."Harus." kata Rafael."Terserah kamu saja, kamu pasti akan datang ke rumah meski aku tidak membolehkan kamu datang." kataku."Itu kamu tahu. Ayo kita masuk ke kelas." kata Rafael."Tunggu dulu." kataku."Tunggu apa lagi?" tanya Rafael."Hari ini hari ujian sejarah kemarin sudah diumumkan di maling depan kampus. Bagaimana kalau kita ke depan kampus? Aku penasaran berapa nilai aku. Aku harap nilai aku tidak di bawah rata rata." Kataku."Apa? Nilai ujian sejarah kemarin sudah diumumkan." kata Rafael sambil terkejut."Kenapa kamu terkejut? Apa kamu takut dengan hasi
Tiba tiba suasana berubah aku dan temanku berada di suatu tempat yang sepi dan angker. Angin bertiga sangat kencang dan terasa sangat dingin. Banyak pohon yang menutupi tempat ini. Seakan tidak ada sinar matahari yang menerangi tempat ini. Aku merasa seperti kebingungan dan merasa sedikit takut. Padahal aku tidak pernah merasa takut padahal tidak ada apa pun di tempat ini. Lalu, mereka semua bertanya kepada aku."Di mana kita berada?" tanya Vita sambil ketakutan."Aku juga tidak tahu ini tempat apa." Kataku."Aku belum pernah ke tempat ini. Di sini suasana terasa sangat menakutkan." Kata Daffa."Benar, aku juga tidak pernah merasakan sensasi seperti ini." Kata Rafael."Kita harus menjadi jalan ke luar. Menurut aku ini tempat yang tidak memiliki aura positif. Aku merasa kita akan dalam bahaya." Kata Ilham."Kamu jangan berkata seperti itu, Ilham. Aku takut sekali." Kata Vita."Maafkan aku Vita,
Mereka bertiga menghampiri tempat itu. Ternyata itu adalah semacam pasar banyak yang menjual makanan dan minuman. Pembeli juga sangat ramai."Ternyata ini pasar." Kata Rafael."Benar sekali, ayo kita beli makanan." Kata Daffa."Ayo kita beli sekarang!" Kata Ilham.Setelah mereka melihat tas mereka bertiga. Tidak ada uang yang mereka miliki."Apa kamu memiliki uang?" tanya Daffa."Tidak, ini sangat aneh. Aku tidak pernah pergi tanpa membawa uang. Apa aku lupa membawa uang? Yang benar saja ini." Kata Rafael."Bagaimana ini aku juga tidak membawa uang?" tanya Ilham."Apa mereka semua akan memberikan kita makanan?"tanya Daffa."Tentu saja tidak, kamu gila atau bodoh." Kata Rafael."Benar, kita tidak saling kenal. Mereka pasti tidak akan memberikan makanan secara gratis kepada kita." Kata Ilham."Tapi kita tetap harus mencoba karena ini satu satunya car
Mereka terdiam dan tidak menjawab apa pun saat kami tanah tentang apa yang terjadi."Kenapa kalian diam saja? Apa yang terjadi tadi?" tanyaku."Benar, kenapa kalian sangat ketakutan sekali?" tanya Vita."Kita.." Kata Ilham yang terhenti karena Daffa dan Rafael melarang dia."Kenapa kalian melarang Ilham untuk berbicara?" tanyaku."Katakan apa yang terjadi!" Kata Vita."Bagaimana ini? Mereka tidak akan berhenti bertanya jika kita tidak menjawab." Kata Ilham."Baik, mereka tidak akan berhenti. Kita beritahu saja mereka berdua." Kata Daffa."Kalian yakin? Nanti mereka akan ketakutan." kata Rafael."Tidak apa apa, kita akan menjaga mereka. Penjual itu juga tidak dapat mengejar kita ke hutan ini. Jadi kita akan aman di sini." Kata Daffa."Jadi, kami sedang mencari makanan. Dan kami masuk ke pasar setan." kata Rafael."Saat kami memasuki tempat itu. Bany