Mahasiswa informasi yang sudah menumpahkan minuman kepada baju Vita. Vita langsung memarahiku dia. Dan dia meminta maaf kepada Vita.
"Sudah Vita aku memiliki baju ganti, kamu bisa memakai baju milik aku." kataku.
"Bagus kalau begitu." Kata Vita.
Aku mengambil baju ke tempat loker dan membawa kembali ke toilet. Vita ingin memakai baju aku. Dia berpikir dari pada memaksa baju basah lebih baik memakai pakaian aku.
"Bagus juga pakaian kamu, Ayuna. Meski tidak semarak pakaian aku. Tapi terima kasih." kata Vita.
"Tentu saja, aku seneng kamu ingin memakai baju aku." Kataku.
"Dari pada pakai baju yang basah lebih baik pakai baju kamu, Ayuna." Kata Vita.
"Ayo kita kembali ke kantin." Kataku.
"Baik." kata Vita.
Aku dan Vita kembali ke kantin dan aku mendengar Daffa dan Rafael sesang ribut lagi. Mereka bersaing tentang pelajaran dosen Ani. Mereka berpikir pendapat mereka yang paling terbaik dan bersaing supaya dosen Ani memakai pendapat mereka.
"Sudah jelas pendapat aku lebih bagus dari kamu, Rafael." kata Daffa.
"Tentu saja, pendapat aku lebih agus dari kamu, Daffa. Aku bisa mendapat nilai bagus kalau aku ingin. Tapi aku tidak berminat, karena hanya satu hal yang membuat aku tertarik yaitu Ayuna." kata Rafael.
"Aku juga tertarik untuk hal itu. Kita tetap bersaing untuk hal itu juga." kata Daffa.
"Baik, aku tidak akan mengalah untuk hal itu." kata Rafael.
"Mengalah? Kalau kalau tidak perlu beralasan mengalah." Kata Daffa.
Mereka atribut karena aku. Aku tidak enak karena Vita mendengar apa yang dikatakan Daffa. Aku langsung berbicara kepada Vita tentang itu. Aku tidak ingin pertemanan kamu hancur karena pria.
"Kamu harus tahu, Aku tidak menyukai Daffa. Jadi kamu jangan membenci aku, Vita." Kataku.
"Aku tahu tapi tetap saja aku tidak suka mendengar Daffa berbicara seperti itu. Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan Daffa." Kata Vita.
"Benar, kamu jangan menyerah." Kataku.
"Kamu mendukung aku dengan Daffa, bukan?" tanya Vita.
"Aku mendukung semua sahabat aku." Kataku.
"Kalau begitu kamu harus membantu aku untuk bisa bersama Daffa." Kata Vita.
"Kalau masalah itu aku Tidak dapat melakukannya. Karena aku tidak daya melakukan apa pun." kataku.
"Kalau begitu tidak apa apa." kata Vita.
"Terima kasih kamu mengerti, Vita. Aku tidak enak kalau aku membantu kamu, bagaimana dengan Ilham. Aku serba salah. Maafkan aku tidak dapat membantu." Kataku.
"Baik, aku mengerti kamu memang teman yang baik." Kata Vita.
"Sudah kita masuk ke kelas saja." kataku.
"Baiklah." kata Daffa dan Rafael.
Kami semua masuk ke kelas dan tak lama dosen Ani datang ke kelas. Kami memberikan pendapat kami tentang masalah ekonomi. Setelah dosen Ani mendengarkan pendapat semua mahasiswa.
"Saya menyukai pendapat kamu, Rafael. Kamu mengagumkan saya bangga. Kamu dapat memberikan pendapat yang tidak biasa dan sangat menarik untuk dilakukan. Saya pikir kamu hanya anak yang tidak pernah serius dalam belajar tapi saya salah. Maafkan saya telah meragukan kamu, Rafael." Kata dosen.
"Tidak apa apa, saya mengerti. Terima kasih dosen Ani sudah menerima pendapat saya ini." kata Rafael.
"Justru kamu sangat diluar dugaan saya. Kamu membuat saya melihat pandangan yang berbeda. Saya jadi bisa melihat dari sisi lainnya. Terima kasih, Rafael." Kata dosen Ani.
"Tidak masalah, dosen Ani." Kata Rafael.
Kami kembali melanjutkan pelajaran dan saat selesai aku langsung mengucapkan selamat kepada Rafael.
"Rafael, kamu hebat sekali. Selamat tadi kamu hebat sekali dan aku juga menyukai pendapat kamu. Harusnya aku tadi belajar dengan kamu saja. Kamu memiliki hal yang tidak terduga. Aku juga berpikir kalau kamu hanya suka bermain dan bercanda tapi kamu sungguh membuat aku terpukau aku suka pendapat kamu, bagus sekali." kataku.
"Selamat, Rafael. Aku akui memang pendapat kamu bagus." kata Daffa.
"Terima kasih, Daffa. Aku juga menyukai pendapat kamu. Tapi tetap pendapat kau jauh lebih baik. Aku sudah bilang kamu tidak dapat menyaingi aku. Jika aku ingin aku bisa mengalahkan kamu. Itu sangat mudah untuk aku. Tidak perlu membuang waktu aku." kata Rafael.
"Baru saja dipuji sudah berlebihan. Rafael, kamu belum tentu bisa mengalahkan kau dalam hal lain." Kata Daffa.
"Benarkah?" tanya Rafael.
"Tentu saja itu yang membedakan kamu dengan aku. Kamu menang pandai dalam hal ini tapi belum tentu dalam hal lain. Aku selalu senang akh di depan kamu." Jawab Daffa.
"Apa? Aku kalah dari kamu? Kamu selingkuh di depan aku. Itu tidak mungkin aku hanya mengalah saja dari kamu." Kata Rafael.
"Klau begitu kita buktikan siapa yang akan mendapat nilai terbaik saat ujian pelajaran dosen Budi." Kata Daffa.
"Pelajaran dosen Budi?" tanya Rafael.
"Kenapa? Kamu takut? Atau merasa tidak bisa mampu? Menyerah saja." Kata Daffa.
"Menyerah? Itu tidak ada di dalam kamus aku. Seorang Rafael tidak kan menyerah apalagi merasa tidak mampu. Jangan panggil aku Rafael. Kalau aku akan menyerah begitu saja." Kata Rafael.
"Baik, kita buktikan nanti selamat berjuang keras mengalahkan aku dalam Julian nanti." Kata Daffa.
"Baik, itu tidak masalah bagi aku." Kata Rafael.
"Kamu menyerah saja, dari pada nanti kamu kalah itu akan memalukan." kata Daffa.
"Apa? Kamu saja yang menyerah supaya tidak dapat membuat diri kamu malu." kata Rafael.
"Aku tidak akan kalah dari kamu, masalah pendapat boleh kamu menang tapi nilai kamu jauh di bawah aku. Jadi, jangan terlalu banyak berharap, Rafael." kata Daffa.
"Aku tidak banyak berharap tapi ini akan terwujud. Kamu sudah siap kalah, bukan?" tanya Rafael sambil menepuk bahu Daffa dan pergi.
"Kalian selalu saja merasa lebih baik." kataku.
"Nanti akhirnya akan ribut lagi." kata Vita.
"Memangnya salah?" tanya Daffa.
"Tidak tahu, aku pusing menghadapi kalian. Kalian seperti anak kecil." kataku.
"Tapi aku memang lebih baik dari pada Daffa, bukan?" tanya Rafael.
"Terserah kalian saja." kataku.
"Kamu pulang sekarang, Ayuna?" tanya Daffa.
"Benar." kataku.
"Jangan dulu, bagaimana kalau kita pergi ke mall? Kita main permainan yang sangat seru." Kata Rafael.
"Bolej juga, aku ingin main sekarang terasa membosankan." kataku.
"Kalau begitu ayo kita pergi." Kata Daffa.
"Kita harus mengajak Vita dan Ilham juga." Kataku.
"Untuk apa kita mengajak mereka berdua?" tanya Rafael.
"Kita itu teman jangan seperti itu." kataku.
"Baik, aku akan menelepon mereka berdua." Kata Daffa sambil menelepon Vita dan Ilham.
Vita dan Ilham datang menemui kami.
"Kita akan pergi ke mall?" tanya Vita.
"Benar, kita akan bermain permainan yang seru." kataku.
"Aku senang sekali ini artinya kita akan pergi jalan, Daffa." kata Vita.
"Tidak, ini bersama bukan berdua jadi bukan sebuah kencan." Kata Daffa.
"Baik." kata Vita.
"Ku sengal sekali diajak bermain oleh kalian. Terima kasih semuanya." kata Ilham.
"Tidak masalah, kamu itu teman kita juga Ilham." kataku.
"Terima kasih, Ayuna. Kamu memang teman yang sangat baik." Kata Ilham.
"Santai saja." kataku.
Kami pergi ke mall dan bersenang bersama. Memainkan banyak permainan sampai puas. "Bagaimana dengan permainan ini? Apa kamu ingin bermain ini?" tanya Daffa. "Aku ingin mencobanya." kata Vita. "Aku tidak bertanya kepada kamu, aku bertanya kepada Ayuna. Kamu ingin, bukan?" tanya Daffa. "Aku.." kataku. "Udah kamu main permainan itu saja dengan aku?" tanya Rafael. Aku bingung ingin bermain apa karena adanya dan Rafael menawarkan permainan yang berbeda. Tapi aku tidak ingin membuat Vita marah kepada aku. Lebih baik aku bermain dengan Rafael. "Aku bermain permainan ini dengan kamu, Rafael." Kataku. "Kamu bermain dengan aku? Aku seneng sekali, ayo kita main." Kata Rafael. "Benar, ayo." Kataku. "Kenapa kamu tidak ingin bermain dengan aku? Ini permainan kesukaan kamu." Kata Daffa. "Aku sedang ingin bermain itu. Maaf nanti saja setelah aku selesai berma
"Ayo kita pergi sekarang kalau begitu." kataku. Kami makan roti kurus spesial itu. "Benar kata kalau berdua, ini sangat enak. Aku suka sekali." kataku. "Apa aku bilang ini sangat enak, karena jarang yang memasak ini dengan saus yang berbeda." kata Rafael. "Benar, saus ini berbeda pasti ini rahasia dari enak makanan ini." kataku. "Benar sekali, kalau kamu suka kamu dapat memesan lagi. Apa kamu ingin memesan lagi, Vita?" tanya Ilham. "Tidak perlu, nanti aku bisa gendut jika makan dengan porsi yang banyak." kata Vita. "Tidak akan secepat itu, masa makan roti dua saja langsung gendut. Itu tidak masuk akal." kataku. "Tentu saja benar, itu karbohidrat jadi kita tidak boleh makan terlalu banyak." kata Vita. "Kamu benar, Vita. Kalau begitu biar kau saja yang memakan roti ini. Apa boleh?" tanyaku. "Tentu saja, kamu suka sekali Ayuna." Kata Rafael.
Ujian selesai dilaksanakan dan kami pergi ke kantin untuk makan siang bersama."Hari ini kita ingin makan apa?" tanya Daffa."Benar, Kita harus makan yang enak." Kata Rafael."Kenapa kalian terlihat sangat aneh?" tanya Vita."Tidak, apa yang aneh?" tanya Daffa."Benar Daffa, apa yang aneh dari kita?" tanya Rafael."Itu dia buktinya kalian menjadi kompak biasanya kalian selalu berbeda pendapat." kata Vita."Mungkin saja dia yang mengikuti aku." Kata Rafael."Apa? Kamu yang mengikuti aku." Kata Daffa."Sudah baru saja dibilang kompak ribut lagi." kataku."Bagaimana kalau kita makan bakso saja" tanya Ilham."Boleh, ide kamu bagus Ilham." akan Rafael."Benar, supaya kita menjadi segar." akan Daffa."Kalian setuju dengan ide dia?" tanya Vita."Memangnya kenapa? Ada yang salah dengan itu?" tanyaku."Tid
Saat sampai di kampus, Aku bertemu dengan Daffa dan Rafael. Daffa bilang bahwa makan malam dengan Vita akan dibatalkan."Lalu, Kenapa?" tanyaku."Tidak ada, aku hanya ingin kau tahu." Kata Daffa."Benar juga, untuk apa kamu memberitahukan hal tidak penting itu. Ayuna tidak tertarik dengan kisah kalian berdua." Kata Rafael."Kisah kami? Kami tidak memiliki hubungan apa pun hanya sebatas teman saja." Kata Daffa."Benarkah? Tapi Vita itu mencintai kamu, Daffa. Kamu seharusnya bersikap baik terhadap dia." Kata Rafael."Lalu, aku mencoba menjalani hubungan dengan orang yang tidak aku cintai. Itu tidak masuk akal dan ah aya akan menyakiti dia saja." Kata Daffa."Sudah itu adalah urusan Kalian berdua. Ayo kita masuk ke kelas sebentar lagi akan dimulai." Kataku."Benar juga." Kata Daffa.Aku dan mereka berdua masuk ke kelas dan Vita belum sampai di kelas kami."Kenapa Vita tidak a
Malam ini Daffa dan Vita sedang maka malam berdua. Kalau Ilham tahu, dia pasti akan sedih. Daffa memesan restoran yang bagus untuk Vita. "Selamat malam, Vita!" kata Daffa. "Selamat malam, Daffa!" Kata Vita "Malam ini kamu sangat berbeda." Kata Daffa. "Maksud kamu? Apa kamu ingin bilang kalau aku cantik malam ini?" tanya Vita. "Benar sekali." Kata Daffa. "Kamu bicara seperti itu pasti untuk menghibur aku, bukan?" tanya Vita. "Kamu memang mengerti apa yang akan aku lakukan. Apa dahulu aku belum berbicara apa pun." Kata Daffa. "Tentu saja, aku tahu. Tapi aku ingin mengucapkan terima kasih karena kamu telah bersedia makan malam dengan aku. Padahal kamu pasti tidak ingin melakukan ini. Maafkan aku sudah memaksa kamu." Kata Vita. "Sudah jangan meminta maaf karena kamu tidak salah." Kata Daffa. "Tetap saja aku merasa tidak enak terhadap kau, Daffa." kata Vita.
Hari ini aku pergi ke kampus dan bertemu dengan Rafael."Ayuna!" Kata Rafael."Rafael!" kataku."Kamu datang sendiri?" tanya Rafael."Benar karena aku membawa mobil." Kataku."Besok aku saja yang mengantar kamu ke kampus." kata Rafael."Tidak perlu." kataku."Harus." kata Rafael."Terserah kamu saja, kamu pasti akan datang ke rumah meski aku tidak membolehkan kamu datang." kataku."Itu kamu tahu. Ayo kita masuk ke kelas." kata Rafael."Tunggu dulu." kataku."Tunggu apa lagi?" tanya Rafael."Hari ini hari ujian sejarah kemarin sudah diumumkan di maling depan kampus. Bagaimana kalau kita ke depan kampus? Aku penasaran berapa nilai aku. Aku harap nilai aku tidak di bawah rata rata." Kataku."Apa? Nilai ujian sejarah kemarin sudah diumumkan." kata Rafael sambil terkejut."Kenapa kamu terkejut? Apa kamu takut dengan hasi
Tiba tiba suasana berubah aku dan temanku berada di suatu tempat yang sepi dan angker. Angin bertiga sangat kencang dan terasa sangat dingin. Banyak pohon yang menutupi tempat ini. Seakan tidak ada sinar matahari yang menerangi tempat ini. Aku merasa seperti kebingungan dan merasa sedikit takut. Padahal aku tidak pernah merasa takut padahal tidak ada apa pun di tempat ini. Lalu, mereka semua bertanya kepada aku."Di mana kita berada?" tanya Vita sambil ketakutan."Aku juga tidak tahu ini tempat apa." Kataku."Aku belum pernah ke tempat ini. Di sini suasana terasa sangat menakutkan." Kata Daffa."Benar, aku juga tidak pernah merasakan sensasi seperti ini." Kata Rafael."Kita harus menjadi jalan ke luar. Menurut aku ini tempat yang tidak memiliki aura positif. Aku merasa kita akan dalam bahaya." Kata Ilham."Kamu jangan berkata seperti itu, Ilham. Aku takut sekali." Kata Vita."Maafkan aku Vita,
Mereka bertiga menghampiri tempat itu. Ternyata itu adalah semacam pasar banyak yang menjual makanan dan minuman. Pembeli juga sangat ramai."Ternyata ini pasar." Kata Rafael."Benar sekali, ayo kita beli makanan." Kata Daffa."Ayo kita beli sekarang!" Kata Ilham.Setelah mereka melihat tas mereka bertiga. Tidak ada uang yang mereka miliki."Apa kamu memiliki uang?" tanya Daffa."Tidak, ini sangat aneh. Aku tidak pernah pergi tanpa membawa uang. Apa aku lupa membawa uang? Yang benar saja ini." Kata Rafael."Bagaimana ini aku juga tidak membawa uang?" tanya Ilham."Apa mereka semua akan memberikan kita makanan?"tanya Daffa."Tentu saja tidak, kamu gila atau bodoh." Kata Rafael."Benar, kita tidak saling kenal. Mereka pasti tidak akan memberikan makanan secara gratis kepada kita." Kata Ilham."Tapi kita tetap harus mencoba karena ini satu satunya car