LOGINRio mengembalikan buku menu setelah pesanan mereka dicatat oleh waitress. Wanita berseragam formal itu segera pergi menyisakan mereka berdua dalam canggung.
Hening meraja, sepi meratu. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing sampai Rio membuka suara lebih dulu. "Gimana kabar kamu?" "Seperti yang lo liat, gue selalu baik." Jawab Sila. "Gimana tiga tahun terakhir?" Rio menaikkan alisnya, "Kalau di inget lagi udah hampir empat tahun kita gak pernah ngobrol gini." "Tiga tahun terakhir? Maksud lo kuliah gue? Baik sih, berjalan lancar," Sila menyelipkan anak rambutnya, "Iyah, udah hampir empat tahun. Gak kerasa ya." "Kalau aku berasa banget lah," lirih Rio, "Gak ada yang berjalan baik selama ini." "BentaDuduk di balkon dengan secangkir coklat panas mengamati bintang dan padatnya jalanan ibukota adalah moment yang tepat untuk overthinking.Seperti Sila kali ini. Sepulang dari rumah orang tuanya Sila mulai berpikir segala kemungkinan yang terjadi.Kemungkinan baik dan buruknya.Detik ini Ia sadar, dirinya merasakan apa yang Rio rasakan dulu. Pilihan yang sulit, namun Sila tidak akan mengulang kesalahan. Dia tidak boleh memutuskan pilihan ini sendiri. Dia harus memberi tau Rio dan menemukan solusi bersama.Sila menghubungi Rio, menekan tombol video call. Sebenarnya bisa saja Sila hanya telpon, namun Ia ingin melihat wajah Rio.Tak butuh waktu lama, telepon tersebut dijawab memperlihatkan Rio yang tengah berkutat dengan tumpukan pekerjaan di depannya."Sibuk ya?" Sapa Sila lebih dulu.Rio menandatangani berkas lalu menutupnya, "Enggak kok," sebenarnya dia sangat sibuk, hanya saja meny
Jelas saja Sila tidak percaya. Empat tahun yang lalu dia di permalukan didepan semua keluarga Mahendra, kini dia harus percaya dengan Rio? Rasanya mustahil.Bukan ingin mengungkit-ungkit masa lalu. Tapi Sila belajar dari setiap kejadian, kalau tidak ada yang bisa di andalkan kecuali diri sendiri.Sila tau, Rio pasti melindunginya, tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Tapi tidak ada yang tau apa yang akan terjadi sejam kedepan.Dengan mengandalkan profesionalitas, malam ini Sila datang dengan dresscode paten setiap acara LibrOffice, hitam. Sengaja Ia memilih dress yang terkesan berani, karena bagi Sila sudah cukup Ia merasa ketakutan selama ini, sekarang waktunya untuk menunjukkan seberapa kuat dirinya kepada orang yang telah menjatuhkannya.Sila tidak perlu memanggil makeup artist ke rumah, dia bisa mempoles diri sendiri. Hasilnya tidak terlalu mencolok namun cukup elegant.Gadis itu meraih gawa
Rio mendatangi Sila yang juga tersenyum ke arahnya. Masih tidak disangka Rio berani memberikan pernyataan seperti tadi.Sila berdiri menyambut lelaki itu, "Thanks ya. Makasih banget," ucap Sila penuh arti. "Kamu udah berusaha memperbaiki semuanya. Aku nggak nyangka aja effort kamu sampai kayak gini."Bahagia Rio membuncah mendengar Sila mengucap aku-kamu."Coba ulang, tadi bilang apa?"Sila salah tingkah, pipinya merona, "Apasih," gumamnya sambil menunduk.Rio mengapit dagu Sila dengan jarinya, mengangkat wajah gadis itu menatapnya, "Still love me, right?""You mean the world to me," seketika mereka lupa bahwa tamu masih berada di tempatnya, bahkan banyak kamera yang merekam kejadian ini.Rio mengeluarkan kotak kecil dari dalam jasnya, membuka dan menujukkannya pada Sila, "Be mine please, kita ulang semuanya dari awal."Sila mengangguk, membiarkan cincin it
Sila meminta pada Rio untuk tetap bersikap layaknya bos dan bawahan saat di kantor. Gadis itu tidak ingin menjadi bahan gosip para karyawan. Berita kalau Sila mantan tragis Rio saja sudah cukup. Sila tidak ingin ada berita apapun lagi tentangnya.Jelas saja hampir semua karyawan tau kalau Sila adalah mantan Rio yang na'as. Beritanya sempat viral empat tahun lalu yang berujung Sila harus menutup akun sosial media nya karena di serang fans dari keluarga Mahendra.Tapi syukurlah, banyak karyawan yang menganggap itu hanyalah sebuah masa lalu dan tidak perlu di ungkit kembali.Sampai detik ini pun keluarga Mahendra termasuk keluarga terkenal. Namun karena minim gosip jadi mereka jarang masuk ke televisi atau sosial media lainnya.Padahal banyak prestasi yang bisa di banggakan dari bisnis keluarga Mahendra yang tengah di pimpin Rio, tapi tidak ada yang menarik awak media kecuali gosip.Pagi ini, Sila turut ikut serta me
Minggu pagi, Rio sudah siap dengan kaos Ralph Lauren hitam yang dipadukan dengan celana abu-abu. Lelaki itu merunduk menuruni tangga dengan jam tangan yang sedang Ia kaitkan.Railey duduk di meja makan cemberut melihat ayahnya untuk kesekian kalinya harus keluar di hari libur seperti ini."Papa mau kemana?"Rio mengecup kening gadis itu dan duduk di depannya, "Mau keluar sebentar," nggak mungkin Rio bilang dia mau ke Dufan sama Sila."Pagi banget," Railey masih protes.Rio mengangguk, mulutnya sibuk mengunyah sandwich.Gadis itu berdecak, menautkan kedua tangan di dada."Kenapa sayang?" Ucap Rio setelah menelan Sandwich, tangannya terulur mengusap rambut lembut Railey, "Marah sama Papa?""Kenapa sih papa selalu ingkar janji?" Mata Railey berkaca-kaca, "Kan papa udah sibuk di kantor setiap hari, apa nggak ada satu hari aja buat Railey?"Rio ke
"KUDA YANG MANA, KUDA YANG MANA TUAN SENANGI?""KUDA YANG PUTIH, KUDA YANG PUTIH DI DALAM KANDANG," sejak sore tadi virus biduan Daman dan Mia mulai kambuh. Sila yang ingin makan dengan tenang tersedak saat mendengar lagu yang dibawakan mereka.Dari tadi bawa lagu ga ada yang bener."JANDA MANA, JANDA MANA TUAN SENANGI?" Mia berdendang lebih mirip knalpot motor racing, sih."JANDA YANG PUTIH JANDA YANG PUTIH DI DALAM KANDAANG,"Mia nggepok kepala Daman pake buku di meja, "Mana ada dalam kandang! Lo mah dari tadi bikin mood ancur mulu!"Daman mengusap kepalanya, untung dia tahan banting, "Iya maap, maap. Ayo ulang lagi, ulang.""Nggak, males!" Mia cemberut, "Udah ngulang tujuh kali. Gue kan pengen buat reels dari lagu ini.""Lo nyari lagu yang gue nggak tau. Udah bagus gue mau belajar nada nya," Daman membela diri.Masih dengan wajah ditekuk, Mia datang mengha







