Revisi (15-10-2021)
Sora memberikan garis tebal pada sketsa, lalu dia memberikan campuran warna gradasi pada lukisan. Untuk warna langit dia memberikan warna campuran antara biru dan hitam, serta putih dan kuning sebagai bintang di langit.
Dia melakukannya dengan perlahan, agar hasil lukisannya sesuai dengan yang dia inginkan. Dia bergadang semalaman untuk mengerjakan lukisannya, dan dia baru tertidur dengan lelap pada jam 3 malam.
Lalu keesokan harinya di sekolah.
Aku menarik Sora dari lorong sekolah di tempat orang berkumpul melihat lukisan, menuju ruangan klub melukis. Pandangan orang orang tertuju padaku yang terlihat marah sambil menarik-narik Sora.
Dengan rasa kesal dan marah di hatiku, aku mendorongnya dan memojokkannya ke dinding ruangan melukis. Lalu aku menarik kerah bajunya dan berkata. "Sialan! Apa yang kamu lakukan hah!?" aku yang geram kepadanya, melotot tajam padanya.
"Kamu tahu, aku ini bukan orang yang suka menggunakan kekuasaanku, tapi sekarang kamu sudah melewati batas. Apakah perlu kupatahkan tanganmu menjadi dua?" kata kata mengancam keluar dari mulutku, sambil meremas lengannya.
Sementara itu Yuna baru saja sampai dan turun dari kereta. "Aduh kenapa aku bisa ceroboh begini sih?" Lalu aku melihat temanku, Erika sedang berlari menghampiriku dengan wajahnya yang terlihat cemas. Aku pun jadi heran.
Erika lalu memegang pundakku dengan nafasnya yang terengah-engah, dia pun berkata. "Yuna! Alex dia berkelahi!" ujarnya.
"Apa?!" kataku yang terkejut
Beberapa saat sebelumnya ketika Alex dan Yuna ingin berangkat sekolah.
"Yuna! Kamu sudah siap belum?" Alex mengetuk pintu kamar Yuna.
Grasak-grusuk! Alex mendengar suara yang berisik dari kamar Yuna. Karena penasaran Alex pun masuk ke dalam kamar Yuna.
"Yuna aku masuk ya-- eh? Apa yang kamu lakukan?" tanya Alex yang melihat kamar Yuna yang berserakan.
"Aduh di mana sih bukunya? Padahal tadi malam aku sudah meletakkannya di meja!" Yuna tidak menyadari ada Alex.
"Hm... Yuna kamu kenapa?" tanya Alex.
"Oh ada Alex! Ini aku sedang kehilangan buku pr yang kemaren baru kita kerjakan." jawab Yuna sambil mencari bukunya.
"Mau aku bantu tidak?" tanya Alex.
"Tidak usah, kamu pergi duluan saja. Sepertinya akan lama mencari ini," jawab Yuna.
"Kamu yakin tidak perlu kubantu?" tanya Alex sekali lagi.
"Iya, dari pada kita berdua yang telat, lebih baik aku sendiri saja yang telat," ujar Yuna.
"Oh ya sudah, kalau begitu aku pergi dulu." Alex melangkah menuju keluar kamar.
"Iya hati-hati!" Alex pun berangkat menuju sekolah berjalan kaki. Dia berpikir akan lebih menyenangkan berjalan kaki menuju sekolah sambil menikmati pemandangan.
Tidak lama kemudian Alex sampai di sekolah. Ketika dia masuk ke pekarangan sekolah, dia merasa heran karena orang orang di sekitarnya, menatap dirinya sambil berbisik.
Mereka semua kenapa melihatku seperti itu? Apa ada yang salah dengan penampilanku hari ini? pikir Alex sambil memeriksa penampilannya.
Hm... Tidak ada yang salah, walau mereka memang memperhatikanku, tapi rasanya hari ini sedikit berbeda. Dulu rasanya mereka melihatku dengan tatapan yang dingin, tapi sekarang tatapan mereka terlihat seperti terpana atau terpukau begitu?
Alex pun masuk ke dalam gedung sekolah, dan dia masih merasakan hal yang sama seperti di luar.
Yang memperlihatkanku dari tadi sebagai besarnya perempuan sih... Tapi ada ini sebenarnya? Alex semakin penasaran.
Ketika dia berjalan di lorong, dia melihat orang orang sedang berkumpul di mading sedang memperhatikan sesuatu
Karena penasaran Alex pun melihat kerumunan tersebut. Karena orang orang terlalu fokus melihat sesuatu, orang orang jadi tidak menyadari kalau ada Alex di dekat mereka.
Karena kerumunan yang begitu mendesak, Alex jadi tidak bisa melihat apa yang mereka lihat. Lalu Alex bertanya kepada seorang perempuan yang baru saja ke luar dari kerumunan. "Permisi, jika boleh tahu, mereka semua sedang melihat apa ya?" perempuan itu kaget dan langsung menundukkan wajahnya.
"Eh Alex! Hm.. anu, mereka semua sedang melihat lukisan yang sedang dipamerkan oleh Sora," perempuan gugup menjawab Alex.
"Sora? Siapa dia? Dan lukisan apa yang dipamerkan?" tanya Alex.
"Anu, dia seorang ketua klub melukis, lalu untuk lukisannya... Aku tidak tahu, kamu lihat saja sendiri!" perempuan itu lari menjauh karena malu berhadapan dengan Alex.
"Eh dia kenapa?" ujar Alex yang heran.
Sementara itu Yuna di rumah masih sibuk mencari bukunya. "Aduh... Bukunya aku letakkan di mana ya? Di meja tidak ada, di tempat sampah juga tidak ada. Lalu di mana lagi aku harus mencarinya?"
Yuna mencoba mengingat kembali, di mana terkahir kali meletakkan bukunya. "Hm.. kemarin malam kalau tidak salah, aku meletakkannya di tepi meja. Karena waktu itu aku terlalu bersemangat ingin pergi, aku sempat menyenggol meja. Kalau memang bukunya terjatuh, seharusnya ada di lantai kan? Tapi ini kok tidak ada?" Lalu Yuna menginjak tasnya dan dia menyadari sesuatu.
"Tunggu sebentar... Tas ini apakah tadi sudah kuperiksa? Dan juga kemarin aku meletakkan tas ini di mana? Jangan bilang..." Yuna langsung memeriksa tasnya dan melihat mengeluarkan isi tasnya satu persatu. Dia pun akhirnya menemukan buku yang dari tadi ia cari, dia merasa sangat jengkel pada dirinya sendiri.
Yang sebenarnya terjadi, ketika Yuna meletakkan bukunya di tepi meja dan menyenggolnya. Buku itu memang terjatuh dari atas meja, namun malah masuk tepat ke dalam tas miliknya. Yuna kemarin meletakkan tasnya, tepat di samping bawah meja. Dan kebetulan tas itu sedang terbuka, dan akhirnya buku itu terselip di antara buku yang ada di dalam tas.
Lalu dia pun segera berkemas dan berangkat ke sekolah. Karena Alex masih penasaran. Dia berusaha melewati kerumunan itu. Ia pun berhasil melihat sekilas dari bentuk dari lukisan itu. "Lukisan itu terlihat bagus." Alex berusaha menerobos dan akhirnya sampai tepat di depan lukisan.
"Hm gambar pasangan yang sedang berdansa. Orang ini terlihat mirip denganku, dan yang satu lagi ini mirip dengan Yuna. Dan juga pakaian mereka terlihat mirip dengan pakaian kami kemarin... Tunggu! Inikan memang aku dengan Yuna!"
Alex lalu melangkah ke depan menghampiri lukisannya. Dia memegang lukisannya dan menatap lukisannya. Orang orang pun menyadari Alex.
"He? Ada Alex!" orang orang langsung heboh.
Lalu Alex menoleh ke belakang ke arah mereka. "Aku bertanya kepada kalian semua, siapa yang membuat lukisan ini?" tanyaku dengan rasa kesal di hatiku.
Semua orang langsung menunjuk ke arah satu orang yang tepat berada di sampingku. Orang di sampingku menjadi tertegun.
Aku berdiri di hadapannya, dan meremas pundaknya. "Apakah kamu Sora si ketua klub melukis?" tanyaku.
"Benar aku ketuanya," aku melihat dia yang cemas dan ketakutan.
"Kemari, ikut aku sebentar!"
Kembali ke saat ini. Setelah mendengar kata Erika, Yuna langsung berlari menuju ruangan klub melukis. Banyak pikiran yang seketika terlintas di kepalanya. "Alex! Apa yang kamu perbuat, aku harap kamu tidak menyulitkan diriku kali ini," ujar Yuna yang cemas.
Revisi (19-10-2021) Setelah Yuna berlari dengan cepat dan tergesa-gesa, akhirnya dia sampai tepat di depan pintu klub ruangan melukis. Orang orang sudah ramai berkumpul di depan pintu, namun tidak ada yang berhasil berani menghentikan mereka. Yuna langsung membuka pintu dan masuk ke dalam sambil berteriak. "Alex hentikan!" Yuna menarik Alex menjauh dari Sora dan mengekangnya. "Yuna?! Apa yang kamu lakukan? Cepat lepaskan aku! Dia harus diberi pelajaran sekarang juga!" Alex meronta-ronta. Kesal dengan Alex yang tidak mau tenang, dia berdiri di hadapan Alex, lalu menendang kakinya. Duk! Tendangan Yuna tepat mengenai tulang kering Alex, yang membuat Alex langsung ngilu kesakitan. "Yuna sialan! Apa yang kamu lakukan!?--" "Kamu bisakah diam sekarang?" Yuna menatap tajam ke arah Alex. Alex langsung diam dan berusaha menenangkan diri. Yuna menghela nafas la
Yuna pun sampai di kelas dengan perasaan bersalah. Lalu Erika menghampiri Yuna. "Yuna, selamat datang!" Erika memperhatikan wajah Yuna. Terlihat wajah Yuna sangat murung."Yuna kamu kenapa murung? Apakah ada masalah?" tanya Erika."Tidak, aku baik-baik saja," jawabku dengan ragu.Yuna pun duduk kembali di kursinya. Alex melihat Yuna yang murung, namun Alex menghiraukannya.Haaah... Perasaanku jadi kacau, mendengar ucapan mereka tadi. Kenapa di umurku yang 18 tahun, aku baru menyadari betapa egoisnya diriku. Seharusnya aku sudah membantu Alex untuk berteman dengan yang lain sejak dulu. Bohong jika aku mengatakan jika aku tidak menyukai Alex. Bagaimana mungkin dua orang yang selalu bersama tidak akan tumbuh sebuah perasaan di antara mereka.Memang aku tidak ingin Alex menjadi milik orang lain, tapi... Aku akan lebih merasa bersalah jika menjadi teman yang mengekangnya. Aku harus be
Lalu keesokan paginya. Alex, Yuna, dan kedua orangtua mereka, akan sarapan pagi bersama.Yuna dan Alex masuk ke ruang makan bersamaan dan melihat orangtua mereka sudah bersiap di meja makan. "Selamat pagi," Yuna dan Alex memberikan salam bersamaan."Selamat pagi, anak-anak," jawab kedua orang tua mereka."Ayo cepat, kalian berdua ke sini. Kita sarapan bersama," ujar ayah Yuna."Baik." Yuna dan Alex pun segera duduk. Mereka semua pun mulai sarapan pagi bersama.Di selang sarapan pagi, ayah Alex mulai membuka obrolan. "Paman, selalu penasaran dan ingin menanyakan hal ini kepadamu, Yuna. Bagaimana keseharian, Alex, di sekolahnya?" tanya ayah Yuna."Dia? Anak paman ini hanya seorang cowok suram, dingin, dan pemarah. Bahkan di sekolah, dia mendapatkan julukan "pangeran es". Entah kenapa dia susah sekali untuk bergaul dengan orang lain," keluh Yuna.
Pagi harinya, Yuna sudah menunggu yang lainnya, di depan rumahnya. Tidak lama kemudian, Erika dan Leon datang bersamaan. Erika dan Leon turun dari kereta kuda mereka masing-masing."Yuna!" seru Erika. Erika menggunakan gaun berwarna merah dengan pita berwarna hitam yang diikat di pinggangnya. Dia juga menggunakan sepatu berwarna hitam."Kamu sudah siap, Yuna?" tanya Leon. Sementara itu, Leon menggunakan kemeja berwarna putih dan dilapisi dengan jas berwarna hitam. Dan Leon menggunakan sepatu kulit berwarna coklat."Wah! Kalian semua bergaya sekali! Aku sampai pangling. Sekarang kita hanya perlu menunggu, Alex,"Tepat setelah Yuna berkata, Alex tiga dengan kereta kudanya. Alex pun turun dengan gagahnya. Yuna yang melihat Alex, sampai tercengang melihat penampilan, Alex.Alex menata rambutnya ke arah belakang. Dia menggunakan kemeja berwarna hitam dan dilapisi oleh jubah pendek ber
"Oh iya, benar juga. Aku dari kemarin penasaran, siapa sebenarnya pasangan yang berdansa denganmu di lukisan itu?" tanya Lira.Waduh, gimana nih? Aku harap Alex bisa menemukan alasan bagus untuk ini. Yuna cemas."Siapa kau yang berhak bertanya seperti itu, ha?" ujar kesal Alex dengan sorot mata yang tajam."Ma-maaf." Lira langsung menundukkan wajahnya.Huh ... Baguslah. Yuna lega."Haha, maafkan Alex ya. Dia hanya merasa gugup saja berada di sini. Alex sebenarnya ingin berteman dengan kalian semua," ujar Yuna asal.Alex langsung melihat Yuna. "Hoi, apa yang kamu katakan? cerita bohong dari mana itu?" Alex lalu melihat ke arah yang lain, dan terlihat di wajah mereka yang bingung, terkejut, dan seperti sangat berharap untuk bisa berteman dengan Alex."Ukh..." Alex memilih diam saja.Lalu Lira berdiri dan mendekati Alex. Lir
Lalu waktu berlalu begitu saja. Kelompok perempuan membicarakan banyak hal tentang dunia kecantikan, sedang kelompok laki-laki yang tadi berlomba. Pertandingan berhasil dimenangkan oleh tim Leon. Tentu saja Alex merasa kesal karena kekalahannya tersebut. Leon tertawa dan merasa sangat bangga di dalam hatinya.Karena sudah sore hari, akhirnya mereka semua bersiap untuk pulang. Kereta kuda milik keluarga Yuna sudah menunggu di depan gerbang. Yuna dan yang lainnya masuk satu persatu ke dalam kereta. Dan perjalanan yang cukup panjang, pada akhirnya mereka sampai di rumah. Erika dan Leon langsung bersiap untuk pulang ke rumah mereka masing-masing."Baiklah kalau begitu aku pulang dulu ya, Yuna," ujar Erika."Iya, kalau ada waktu, mari kita pergi bersama lagi," ujar Yuna."Siap." ujar Erika."Aku juga undur diri dulu, Yuna. Oh iya, bagaimana perasaanmu Alex setelah kalah tadi?" ujar Le
Keesokkan harinya pada pagi hari. Karena Yuna kemarin mengatakan bahwa dia akan menjemput Alex. Maka dia pun bangun lebih awal. Yuna langsung bersiap dan mengecek persiapan sekolahnya berkali-kali agar tidak ada yang tertinggal.Setelah semua selesai, Yuna langsung pergi menuju rumah Alex. Saat dia sampai di rumahnya. Tanpa basa-basi, Yuna langsung masuk ke dalam rumah. Karena pengawal dan orang rumah di rumah Alex sudah biasa dengan kehadiran Yuna. Mereka pun memaklumi hal itu.Sebelum pergi menemui Alex, Yuna terlebih dahulu pergi menemui ayah dan ibu Alex di ruangan kerja.Tok-tok. Yuna mengetuk pintu."Siapa?" tanya ayah Alex mendengar ketukan pintu."Ini aku, Yuna," jawab Yuna."Oh Yuna. Silahkan masuk, nak," ujar ayah Yuna.Yuna pun membuka pintu. "Permisi,""Ada apa kamu ke sini, Yuna?" tanya ibu Alex."Oh itu, kema
Selagi Yuna melihat-lihat gambar milik Alex. Ia berkomentar "Wah ini sih gambarnya terlihat seperti gambaran anak tk." Yuna yang fokus melihat gambar, tiba-tiba merasa ada hawa dingin di belakangnya. Dengan cahaya ruangan yang redup membuat detak jantung Yuna tidak karuan."Kok rasanya di sini ... Agak seram, ya?" ujar Yuna.lalu tiba-tiba ada yang memegang pundak Yuna dan berkata "Apanya yang seram?" tanya orang itu."Gyaaah!" Plaak! Yuna yang terkejut, refleks menampar orang itu hingga orang itu terhempas."Hah-hah ... Siapa itu?" Yuna pun melihat orang itu dan dia sadar bahwa itu adalah Alex."Aduh, sakitnya." Alex memegang pipinya yang sakit."Hah, kamu ini bikin terkejut saja Alex. Lain kali bersuaralah kalau di dekatku," ujar Yuna yang lega."Itu yang kamu katakan setelah menamparku dengan keras? Memang teman yang tidak punya hati,"