Share

Lukisan (2)

Revisi (19-10-2021)

Setelah Yuna berlari dengan cepat dan tergesa-gesa, akhirnya dia sampai tepat di depan pintu klub ruangan melukis. Orang orang sudah ramai berkumpul di depan pintu, namun tidak ada yang berhasil berani menghentikan mereka. Yuna langsung membuka pintu dan masuk ke dalam sambil berteriak. "Alex hentikan!" Yuna menarik Alex menjauh dari Sora dan mengekangnya.

"Yuna?! Apa yang kamu lakukan? Cepat lepaskan aku! Dia harus diberi pelajaran sekarang juga!" Alex meronta-ronta.

Kesal dengan Alex yang tidak mau tenang, dia berdiri di hadapan Alex, lalu menendang kakinya. Duk! Tendangan Yuna tepat mengenai tulang kering Alex, yang membuat Alex langsung ngilu kesakitan. 

"Yuna sialan! Apa yang kamu lakukan!?--" 

"Kamu bisakah diam sekarang?" Yuna menatap tajam ke arah Alex.

Alex langsung diam dan berusaha menenangkan diri. Yuna menghela nafas lalu mencoba menelaah apa yang sedang terjadi.

"Baiklah, sekarang bisakah Sora kamu jelaskan apa yang sedang terjadi di sini?" tanya Yuna.

Sora terdiam, takut salah bicara. Alex langsung menyela. "Kamu tahu Yuna, dia sudah melukis kita tanpa izin dari kita." Alex menunjuk Sora.

"Lukisan? Lukisan apa yang kamu maksud?" Alex lalu berdiri dan mengandeng Yuna berjalan menuju mading. Sora mengikuti mereka dari belakang dengan jalan yang perlahan dan rasa cemas.

Yuna pun memperhatikan lukisan yang ditunjukkan Alex. Hm... Lukisan ini? Bukannya lukisan kami ketika berdansa semalam ya? Hebat juga ya, Sora bisa melukis sebagus ini. Aku aja melukis tidak sampai sebagus ini. Kalau dijual ini sepertinya akan mendapatkan banyak keuntungan. Yuna justru kagum setelah melihat lukisan Sora.

"Kamu lihat ini kan? Jelas, jelas ini adalah kita yang berdan--" Yuna langsung menutup mulut Alex untuk menghentikannya berbicara lebih banyak lagi.

"Hei, bisakah kamu tidak mengatakan hal itu, di tempat yang seramai ini? Bisa bisa kita jadi bahan gosip di sekolah ini." Yuna berbisik di telinga Alex.

Lalu Yuna kembali melihat lukisan dan dia melirik ke arah Sora. "Sora, apa orang yang kamu lukis ini adalah Alex?" tanya Yuna.

"I-iya," jawab Sora yang gugup.

"Terus kamu melukisnya tanpa izin dari Alex, bukan begitu?" Yuna bertanya kembali.

"Benar. Aku melukisnya tanpa izin," Sora mengakui kesalahannya.

Melihat masalah yang ada di hadapannya, membuat Yuna mengerutkan dahinya. "Haaah... Sekarang kalian berdua ingin melakukan apa?" tanya Yuna.

"Hancurkan wajahnya," ujar Alex yang ringan dan sorot matanya yang tajam.

Deg-deg. Detak jantung Sora tidak karuan.

"Hentikan sampai di sana, Alex. Lebih baik kita selesaikan masalah ini dengan kesepakatan," ujar Yuna.

"Kesepakatan?" ujar Sora dan Alex serentak.

"Iya, Sora dan Alex kamu saling minta maaf saja. Dan untuk masalah lukisan, Sora kamu berikan saja lukisannya kepada Alex sebagai tanda bahwa masalah ini sudah selesai," ujar Yuna.

"Apa? Lukisan ini apa gunanya buatku?" Yuna langsung berbisik kembali. "Hei, coba kamu lihat kelebihan dari lukisan ini. Bukankah lukisan ini sangat bagus, pasti itu cocok untuk dipajang di rumah," bisiknya.

Lukisan hasil jerih payahku akan diambil? Memang aku ingin masalah ini cepat selesai, tapi kan... Terlihat wajah Sora seperti tidak terima jika lukisannya diambil begitu saja.

"Hoi, apa-apaan wajah tidak senangmu itu? Bukankah kamu yang duluan mencari masalah?" Alex berdiri di hadapannya.

"Baiklah aku akan berikan lukisan itu kepada kalian. Tapi aku ada satu permintaan. Biarkan lukisan itu berada di sekolah ini selama 3 hari, aku sangat membutuhkan lukisan ini untuk kepentingan klubku," ujar Sora memohon belas kasih.

Yuna melirik ke Alex dan bertanya. "Jadi menurutmu bagaimana, Alex?" Alex kembali melihat lukisan. "Sesuai permintaanmu. Setelah 3 hari, lukisan ini akan aku bawa pulang dan aku anggap masalah ini selesai. Bagaimana apakah kamu setuju?" ujar Alex.

Mendengar hal itu, Sora langsung menjabat tangan Alex dan berterima kasih kepadanya. "Terima kasih! Terima kasih, Alex! Aku tidak akan mengulanginya lagi," ujar Sora yang sangat senang.

"Hah... Iya, iya. Sekarang aku ingin pergi dulu ke kelas. Ayo Yuna, kita kembali ke kelas." Alex dan Yuna pun berjalan menuju kelas.

Sementara itu orang-orang masih heboh karena masalah yang baru terjadi. Untungnya murid di sekolah mereka, bisa menjaga omongan. Jadi masalah yang baru saja terjadi, tidak sampai di telinga para guru di sekolah.

Tiga hari telah berlalu sejak masalah itu selesai. Lukisan yang berisi momen Alex yang sedang berdansa, menjadi pembicaraan hangat di sekolah. Saat ini sedang jam makan siang. Seperti biasa Alex dan Yuna akan makan siang di pondok kecil dan mereka sedang berjalan menuju ke sana. Di sepanjang jalan, pandangan dan perhatian semuanya tertuju kepada Alex.

Tentu saja Yuna menjadi jengkel dan cemburu, karena yang memandang Alex sebagian besarnya adalah perempuan. Yuna dan Alex pun makan siang seperti biasa, namun dengan Yuna yang pikirannya tidak tenang. Setelah mereka selesai makan siang. Alex kembali duluan ke kelas, karena Yuna ingin pergi ke toilet.

Yuna pun masuk ke toilet dan buang air kecil di sana. Tidak lama kemudian, ada sekelompok perempuan yang juga masuk ke dalam toilet. Mereka ada yang bercermin, mencuci tangan dan lainnya. Tiba-tiba obrolan beralih ke Alex. "Hei bukankah menurut kalian Alex itu tampan? Cuma wajahnya saja yang dingin dan seram," ujar si A.

Mendengar mereka membicarakan Alex, Yuna pun tetap diam di tempat untuk menyimak apa yang mereka bicarakan.

"Benar, aku baru tahu jika Alex bisa tersenyum seperti itu. Jika saja tidak ada lukisan itu, mungkin sampai saat ini aku tidak akan mengetahui senyuman Alex yang sangat menyejukkan hati itu," si B setuju dengan si A.

Hah, kasihan sekali kalian baru melihatnya. Aku bahkan sudah lebih dari cukup melihat wajah tampannya setiap hari. Yuna membanggakan dirinya sendiri.

"Tapi jika Alex bisa tersenyum seperti itu. Apa itu artinya Alex sebenarnya adalah orang yang ramah? Senyumannya saja bisa setulus itu, makanya aku berpikir jika Alex itu seharusnya bisa bersosialisasi dengan yang lain. Tapi yang menjadi pertanyaan, kenapa Alex orangnya sangat dingin dan cuek?" ujar heran si A.

"Hm... Benar juga katamu. Mungkin saja ada sesuatu yang terjadi di masa lalu terhadap dirinya. Makanya dia menjadi seperti itu hingga saat ini. Walau aku tidak yakin akan hal itu," ujar si C.

"Iya, jika saja Alex sedikit ramah, dia pasti akan semakin populer dan mendapatkan pandangan yang baik dari orang lain. Jika sampai hal itu terjadi, aku akan yang pertama menjadi temannya setelah Yuna," ujar si D.

"Hah iya, iya. Ya sudah ayo mari kita segera kembali ke kelas. Sebentar lagi sudah jam masuk." Mereka semua pun pergi keluar berjalan menuju ke kelas mereka.

Setelah mereka semua pergi, Yuna juga ikut keluar dari toilet dan berjalan menuju kelasnya. Mendengar obrolan mereka semua, Yuna meratapi perilakunya kepada Alex. Entah kenapa dia berpikir bahwa dia sudah melakukan hal yang salah terhadap Alex dan dia merasa bersalah. Yuna merasa bahwa selama ini, ia telah mengekang Alex terhadap lingkungan sekitarnya.

Bukannya malah membantunya bersosialisasi, Yuna malah menutupi sifat Alex yang sebenarnya, hanya untuk dirinya sendiri. Dan hal itu membuat Yuna semakin merasa bersalah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status