Share

Lukisan (2)

Author: Raz 12
last update Last Updated: 2021-09-08 11:06:23

Revisi (19-10-2021)

Setelah Yuna berlari dengan cepat dan tergesa-gesa, akhirnya dia sampai tepat di depan pintu klub ruangan melukis. Orang orang sudah ramai berkumpul di depan pintu, namun tidak ada yang berhasil berani menghentikan mereka. Yuna langsung membuka pintu dan masuk ke dalam sambil berteriak. "Alex hentikan!" Yuna menarik Alex menjauh dari Sora dan mengekangnya.

"Yuna?! Apa yang kamu lakukan? Cepat lepaskan aku! Dia harus diberi pelajaran sekarang juga!" Alex meronta-ronta.

Kesal dengan Alex yang tidak mau tenang, dia berdiri di hadapan Alex, lalu menendang kakinya. Duk! Tendangan Yuna tepat mengenai tulang kering Alex, yang membuat Alex langsung ngilu kesakitan. 

"Yuna sialan! Apa yang kamu lakukan!?--" 

"Kamu bisakah diam sekarang?" Yuna menatap tajam ke arah Alex.

Alex langsung diam dan berusaha menenangkan diri. Yuna menghela nafas lalu mencoba menelaah apa yang sedang terjadi.

"Baiklah, sekarang bisakah Sora kamu jelaskan apa yang sedang terjadi di sini?" tanya Yuna.

Sora terdiam, takut salah bicara. Alex langsung menyela. "Kamu tahu Yuna, dia sudah melukis kita tanpa izin dari kita." Alex menunjuk Sora.

"Lukisan? Lukisan apa yang kamu maksud?" Alex lalu berdiri dan mengandeng Yuna berjalan menuju mading. Sora mengikuti mereka dari belakang dengan jalan yang perlahan dan rasa cemas.

Yuna pun memperhatikan lukisan yang ditunjukkan Alex. Hm... Lukisan ini? Bukannya lukisan kami ketika berdansa semalam ya? Hebat juga ya, Sora bisa melukis sebagus ini. Aku aja melukis tidak sampai sebagus ini. Kalau dijual ini sepertinya akan mendapatkan banyak keuntungan. Yuna justru kagum setelah melihat lukisan Sora.

"Kamu lihat ini kan? Jelas, jelas ini adalah kita yang berdan--" Yuna langsung menutup mulut Alex untuk menghentikannya berbicara lebih banyak lagi.

"Hei, bisakah kamu tidak mengatakan hal itu, di tempat yang seramai ini? Bisa bisa kita jadi bahan gosip di sekolah ini." Yuna berbisik di telinga Alex.

Lalu Yuna kembali melihat lukisan dan dia melirik ke arah Sora. "Sora, apa orang yang kamu lukis ini adalah Alex?" tanya Yuna.

"I-iya," jawab Sora yang gugup.

"Terus kamu melukisnya tanpa izin dari Alex, bukan begitu?" Yuna bertanya kembali.

"Benar. Aku melukisnya tanpa izin," Sora mengakui kesalahannya.

Melihat masalah yang ada di hadapannya, membuat Yuna mengerutkan dahinya. "Haaah... Sekarang kalian berdua ingin melakukan apa?" tanya Yuna.

"Hancurkan wajahnya," ujar Alex yang ringan dan sorot matanya yang tajam.

Deg-deg. Detak jantung Sora tidak karuan.

"Hentikan sampai di sana, Alex. Lebih baik kita selesaikan masalah ini dengan kesepakatan," ujar Yuna.

"Kesepakatan?" ujar Sora dan Alex serentak.

"Iya, Sora dan Alex kamu saling minta maaf saja. Dan untuk masalah lukisan, Sora kamu berikan saja lukisannya kepada Alex sebagai tanda bahwa masalah ini sudah selesai," ujar Yuna.

"Apa? Lukisan ini apa gunanya buatku?" Yuna langsung berbisik kembali. "Hei, coba kamu lihat kelebihan dari lukisan ini. Bukankah lukisan ini sangat bagus, pasti itu cocok untuk dipajang di rumah," bisiknya.

Lukisan hasil jerih payahku akan diambil? Memang aku ingin masalah ini cepat selesai, tapi kan... Terlihat wajah Sora seperti tidak terima jika lukisannya diambil begitu saja.

"Hoi, apa-apaan wajah tidak senangmu itu? Bukankah kamu yang duluan mencari masalah?" Alex berdiri di hadapannya.

"Baiklah aku akan berikan lukisan itu kepada kalian. Tapi aku ada satu permintaan. Biarkan lukisan itu berada di sekolah ini selama 3 hari, aku sangat membutuhkan lukisan ini untuk kepentingan klubku," ujar Sora memohon belas kasih.

Yuna melirik ke Alex dan bertanya. "Jadi menurutmu bagaimana, Alex?" Alex kembali melihat lukisan. "Sesuai permintaanmu. Setelah 3 hari, lukisan ini akan aku bawa pulang dan aku anggap masalah ini selesai. Bagaimana apakah kamu setuju?" ujar Alex.

Mendengar hal itu, Sora langsung menjabat tangan Alex dan berterima kasih kepadanya. "Terima kasih! Terima kasih, Alex! Aku tidak akan mengulanginya lagi," ujar Sora yang sangat senang.

"Hah... Iya, iya. Sekarang aku ingin pergi dulu ke kelas. Ayo Yuna, kita kembali ke kelas." Alex dan Yuna pun berjalan menuju kelas.

Sementara itu orang-orang masih heboh karena masalah yang baru terjadi. Untungnya murid di sekolah mereka, bisa menjaga omongan. Jadi masalah yang baru saja terjadi, tidak sampai di telinga para guru di sekolah.

Tiga hari telah berlalu sejak masalah itu selesai. Lukisan yang berisi momen Alex yang sedang berdansa, menjadi pembicaraan hangat di sekolah. Saat ini sedang jam makan siang. Seperti biasa Alex dan Yuna akan makan siang di pondok kecil dan mereka sedang berjalan menuju ke sana. Di sepanjang jalan, pandangan dan perhatian semuanya tertuju kepada Alex.

Tentu saja Yuna menjadi jengkel dan cemburu, karena yang memandang Alex sebagian besarnya adalah perempuan. Yuna dan Alex pun makan siang seperti biasa, namun dengan Yuna yang pikirannya tidak tenang. Setelah mereka selesai makan siang. Alex kembali duluan ke kelas, karena Yuna ingin pergi ke toilet.

Yuna pun masuk ke toilet dan buang air kecil di sana. Tidak lama kemudian, ada sekelompok perempuan yang juga masuk ke dalam toilet. Mereka ada yang bercermin, mencuci tangan dan lainnya. Tiba-tiba obrolan beralih ke Alex. "Hei bukankah menurut kalian Alex itu tampan? Cuma wajahnya saja yang dingin dan seram," ujar si A.

Mendengar mereka membicarakan Alex, Yuna pun tetap diam di tempat untuk menyimak apa yang mereka bicarakan.

"Benar, aku baru tahu jika Alex bisa tersenyum seperti itu. Jika saja tidak ada lukisan itu, mungkin sampai saat ini aku tidak akan mengetahui senyuman Alex yang sangat menyejukkan hati itu," si B setuju dengan si A.

Hah, kasihan sekali kalian baru melihatnya. Aku bahkan sudah lebih dari cukup melihat wajah tampannya setiap hari. Yuna membanggakan dirinya sendiri.

"Tapi jika Alex bisa tersenyum seperti itu. Apa itu artinya Alex sebenarnya adalah orang yang ramah? Senyumannya saja bisa setulus itu, makanya aku berpikir jika Alex itu seharusnya bisa bersosialisasi dengan yang lain. Tapi yang menjadi pertanyaan, kenapa Alex orangnya sangat dingin dan cuek?" ujar heran si A.

"Hm... Benar juga katamu. Mungkin saja ada sesuatu yang terjadi di masa lalu terhadap dirinya. Makanya dia menjadi seperti itu hingga saat ini. Walau aku tidak yakin akan hal itu," ujar si C.

"Iya, jika saja Alex sedikit ramah, dia pasti akan semakin populer dan mendapatkan pandangan yang baik dari orang lain. Jika sampai hal itu terjadi, aku akan yang pertama menjadi temannya setelah Yuna," ujar si D.

"Hah iya, iya. Ya sudah ayo mari kita segera kembali ke kelas. Sebentar lagi sudah jam masuk." Mereka semua pun pergi keluar berjalan menuju ke kelas mereka.

Setelah mereka semua pergi, Yuna juga ikut keluar dari toilet dan berjalan menuju kelasnya. Mendengar obrolan mereka semua, Yuna meratapi perilakunya kepada Alex. Entah kenapa dia berpikir bahwa dia sudah melakukan hal yang salah terhadap Alex dan dia merasa bersalah. Yuna merasa bahwa selama ini, ia telah mengekang Alex terhadap lingkungan sekitarnya.

Bukannya malah membantunya bersosialisasi, Yuna malah menutupi sifat Alex yang sebenarnya, hanya untuk dirinya sendiri. Dan hal itu membuat Yuna semakin merasa bersalah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kamu Hanya Milikku Seorang   Bab 43

    Karena mereka berdua sama-sama tidak mau mengalah. Akhirnya mereka berdua pun walau merasa ketakutan memberanikan diri untuk masuk ke dalam.Saat membeli tiket dan berdiri depan pintu saja mereka sudah merinding. Sambil menunggu antrian masuk. Mereka mendengar suara jeritan dan teriakan dari dalam ruangan. Serta suara-suara yang menyeramkan.Hal itu membuat Leon dan Erika semakin gemetar dan berkeringat dingin. Leon yang menyadari kalau Erika berkeringat langsung menyindirnya."Ih kamu kok keringetan begitu? Itu keringat dingin ya? Pasti kamu ketakutan kan?" tanya Leon."Enak aja kamu ya. Ini mah karena aku habis main tadi. Kamu sendiri tuh liat. Keringat banyak banget lagi. Mana bau lagi," jawab Erika."Eh enak aja mulutmu ya. Gini-gini aku masih harum ya." ujar Leon."Heleh." ujar Erika."Hiaah! Aku tidak sanggup lagi! Aku takut!" di tengah percakapan mereka berdua, tiba-tiba saja ada seseorang yang lari terbirit-birit ke luar dari pintu masuk sambil menangis karena ketakutan.Leon

  • Kamu Hanya Milikku Seorang   Bab 42

    Kemudian setelah beberapa saat. Mereka berdua sudah hampir mencapai ke sembilan puluh sembilan kalinya percobaan.Sementara itu Leon sudah muak dan jenuh terus-terusan kalah dan hanya menang beberapa kali saja."Waw ini sudah yang ke yang sembilan puluh sembilan kalinya loh, Leon. Apakah kau tidak bosan? Aku saja sampai mengantuk menunggu ini selesai. Kenapa tidak menyerah saja sih? Toh kamu hanya beberapa kali menang saja kan?" tanya penjaga kios."Sudah diamlah. Apakah kau mau kupukul?" tanya Leon."Oh enggak-enggak bang. Santai ya." jawab penjaga kios.Sembari Leon memasukkan pelurunya ke dalam pistol. Tiba-tiba saja dia melihat ada sebuah boneka kecil berbentuk kucing dan dia teringat dengan Erika yang sangat suka dengan kucing.Dari pada aku gak dapat hadiah. Aku coba incar boneka kucing itu deh. Pokoknya aku harus bisa dapat. pikir Leon."Hei bung. Jika kali ini aku bisa berhasil menembak. Maka aku mau hadiah boneka kucing yang ada di sana jadi milikku ya," ujar Leon sambil menu

  • Kamu Hanya Milikku Seorang   Bab 41

    "Karena kemarin aku sudah membantumu untuk drama ini. Sekarang bisakah kau dengarkan aku sebentar saja?" tanya Sora."Iya-iya. Cepatlah, aku akan mendengarkannya." jawab Alex."Ih itu anak masih saja kasar ya. Lihat aja nanti kupukul dia." ujar Yuna bisik."Aku suka padamu," ujar Sora."Hah!" Yuna ternganga dan berteriak di dalam hatinya.Jadi Sora suka sama Alex ya ... Apa yang harus kulakukan? Apa aku mundur saja ya untuk mendapatkan hati Alex?"Kamu sudah tahu apa jawabanku kan? Maaf dan terima kasih." jawab Alex."Hah! Apa-apaan itu? Kenapa jawabannya kayak begitu!" ujar Yuna teriak dalam hatinya."Jadi begitu. Kau tetap suka padanya. Hahaha aku memang bodoh. Padahal aku sudah tahu tidak akan menang, tapi tetap saja aku mencobanya. Yah baiklah, aku paham. Terima kasih atas jawabanmu." ujar Sora lalu kemudian dia berbalik dan segera pergi dari Alex."Tunggu sebentar. Apa yang baru saja terjadi? Alex menolaknya begitu saja?" Yuna sangat kebingungan."Hei Yuna mau berapa lama lagi ka

  • Kamu Hanya Milikku Seorang   Bab 40

    Dor! peluru datang melesat menembus kepala Sora. Sora memeriksa kepalanya."Hah? Apa ini? Kenapa ada darah ..." Bruk! Sora terjatuh.Alex datang mendekat dan memeriksa keadaan Sora."Bagus. Dia sudah tiada. Hm? Apa yang terjadi padamu Yuna? Kenapa kau terdiam?" tanya Alex setelah melihat Yuna."Hah? Tidak ada. Aku hanya sedikit terkejut saja. Terlalu banyak hal yang mengejutkan. Aku sedikit pusing." ujar Yuna."Itu hal biasa. Kau mungkin cukup awam akan hal ini," ujar Alex."Awam matamu. Lagi pula bagaimana bisa seorang penyihir kalah begitu saja?" tanya Yuna."Oh kalau masalah itu. Sebenarnya aku sudah menyiapkan seorang sniper dan juga alat penghalang sihir di sekitar tempat ini. Jadi dia tidak akan bisa mendeteksi ada sniper yang sedang mengintainya. Ide bagus kan?" ujar Alex."Kau benar. Sangking bagusnya aku sampai kaget." ujar Yuna.Lalu mereka kembali melanjutkan dramanya sampai pada akhirnya Alex dan Yuna menikah pada di ceritanya.Walau Yuna sempat beberapa kali kesulitan unt

  • Kamu Hanya Milikku Seorang   Bab 39

    "Apa maksudmu Alex! Kenapa kau sekarang seperti ini? Sejak kau bertemu dengan dia, kau jadi orang yang berbeda." tanya Yuna kesal."Apa yang kau katakan? Aku benci sekali dengan sifatmu yang sangat kekanak-kanakan itu. Sejak aku bertemu dengan Sora, aku akhirnya paham apa artinya cinta itu," ujar Alex."Cinta kau bilang! Kau itu tunanganku! Kenapa kau bisa jatuh cinta dengan gadis lain? Apa kau gila? Kita sudah selalu bersama kau tau!" ujar Yuna."Kau tahu. Kenangan itu tidak selalu bisa tumbuh menjadi cinta. Dan yang perlu kau tahu, pertunangan kita itu hanya karena urusan politik," ujar Alex."Apah iya?" Ayah Yuna menyeringai.Mendengar ucapan dari Alex. Yuna hanya bisa menundukkan wajahnya dan terdiam."Baiklah ... Kalau itu yang kau mau. Lihat saja kau wanita jalang. Akan kuberi kau pelajaran," ujar Yuna.Kemudian Yuna pun pergi dengan perasaan yang sangat kesal."Kau baik-baik saja Sora? Apakah ada yang sakit?" tanya Alex."Hehe, tidak apa kok Alex. Aku baik-baik saja. Lihat nih!

  • Kamu Hanya Milikku Seorang   Bab 38

    "Aku penasaran bagaimana putriku tampil malam ini?" ujar ibu Yuna."Apa yang perlu kau tanyakan? Dia itu kan anak kita. Pasti dia akan sangat hebat. Ayo anakku semangat! Tunjukkan yang terbaik!" ayah Yuna bersorak menyemangati Yuna."Hahaha!" semua orang tertawa "Masalahnya bukan begitu. Apakah kau tidak ingat bagaimana saat Yuna masih sd dan pertama kali ingin tampil drama? Kan waktu itu karena sangking gugupnya dia sampai ngompol di celananya. Dan dia pada akhirnya tidak jadi ikut main dramanya," ujar ibu Yuna khawatir."Hm ... Yah kau tidak salah sih ... Tapi ya sudahlah. Mari ikuti saja acara ini dengan tenang," jawab ayah Yuna."Hehe, sepertinya ayahmu sedang asik membicarakan tentang kejadian kau waktu sd," ujar Alex menebak setelah mengintip ke arah penonton."Iyakah? Memangnya kenapa waktu sd ... Ah sialan kau. Mana mungkin mereka membicarakan itu. Mengingat hal itu aku aja jadi ingin buang air kecil dulu," ujar Yuna."Ya sudah. Sana cepat. Biar aku suruh mereka untuk mengulu

  • Kamu Hanya Milikku Seorang   Bab 37

    Setelah itu mereka bersenang-senang hingga puas di kios-kios festival. Hingga sampailah mereka di rumah hantu buatan kelas lain."Wah ... Mereka berhasil membuatnya dengan sempurna ya," ujar Yuna melihat tampilan pintu masuk."Kau benar. Ini semua terlihat sangat asli. Untuk darah ini? Pewarna ya?" ujar Alex memeriksa."Sangking bagusnya suasananya jadi mencekam," ujar Erika."Hehe kamu takut ya?" tanya ledek Leon."Eh enak aja kau ya. Siapa yang takut. Kau lihat saja. Ayo Yuna kita masuk ke dalam," ujar Erika sambil membawa Yuna."Eh? Kenapa aku dibawa-bawa?" ujar Yuna.Erika langsung membayar tiket masuk dan masuk ke dalam dengan perasaan kesal."Kau mau masuk?" tanya Alex."Ha? Kau pikir aku takut ya? Mana mungkin aku takut dengan hal seperti ini. Hahaha," jawab Leon lalu membeli tiket masuknya."Ini anak kenapa sih? Aku padahal cuma nanya mau masuk atau enggak aja," ujar Alex bingung.Alex pun juga membeli tiket dan masuk ke dalam.Sesampainya di dalam, perasaan berani dan kesal m

  • Kamu Hanya Milikku Seorang   Bab 36

    Hm yah mari anggap saja dia sedang kelelahan. Mungkin mereka latihannya berulang-ulang. Ngomong-ngomong soal latihan. Aku kan belum latihan, ah ini gawat!Yuna memukul meja Alex."Alex! Aku kan belum latihan! Bagaimana ini?" tanya Yuna khawatir."Ah! Kau ini bikin kaget saja. Ya tinggal latihan saja lah, toh waktu untuk latihan masih banyak kan?" jawab Alex."Oh iya kamu benar juga, hehe." ujar Yuna.Lalu besok hari pun datang. Mereka semua mulai membuat hal yang diperlukan untuk acara festival.Sementara itu Yuna, Alex dan yang lainnya berlatih di ruang kelas yang kosong. Mereka berlatih sangat serius hingga Yuna merasa kalau mereka dapat melakukan ini dengan lancar saat acara.Yuna dan yang lainnya juga membantu untuk mendekor kelas. Mereka juga sempat bertengkar untuk menentukan bagaimana bentuk hiasan kelas. Mereka juga sampai beberapa kali membuat kesalahan sampai bahan persediaan habis dan akhirnya karena uang kas sudah habis. Mereka mengambil barang-barang dari rumah mereka mas

  • Kamu Hanya Milikku Seorang   Bab 35

    "Karena udah ditentuin pemerannya, sekarang siapa yang mau pergi beli bahan-bahan acara?" tanya bu guru."Saya aja buk! Tapi Leon, Yuna sama Alex juga ikutan," ujar Erika."Kenapa aku dibawa-bawa?" tanya Leon."Sudahlah. Mau nilai kau jadi bagus gak? Ada nilai tambahnya kan buk?" tanya Erika."Hm ... Nilai tambah ya. Bolehlah. Karena kalian mau bantu-bantu kelas ini," jawab bu guru."Ok aku ikut," Leon langsung bersiap.Yes aku bisa jalan-jalan sama Leon lagi, walau gak dapat peran, yang penting bisa sama Alex! Yuna kegirangan."Anu, aku tinggal aja dulu ya. Ajak yang lain aja." ujar Alex."Heh! Kenapa?" tanya Yuna."Tunggu sebentar. Buk saya boleh lihat naskahnya tidak?" tanya Alex."Boleh. Ini silahkan," jawab bu guru.Alex pun memeriksa naskahnya."Wah, dialog untukku dan Sora banyak juga ya. Harus banyak latihan ini. Sedangkan peran kau tidak terlalu banyak, Yuna. Jadi karena itu, aku dan Sora harus tinggal untuk latihan," jawab Alex.Yuna mematung mendengar jawaban Alex."Sudahla

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status