LOGIN"Kita bekerja sama dalam satu tim, Pak!" kata Madam Carol ketakutan
"Tapi untuk finalisasi semua dikerjakan oleh Nona Payne." lanjut Madam Carol sambil menunjuk ke arah Allison.
Pandangan Lucas beralih ke arah Allison yang saat ini duduk di bagian pojok belakang ruang pertemuan. Allison membalas tatapan Lucas dengan wajah datar seolah sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.
"Allison, kenapa kamu malah duduk di sana? Kamu harus maju juga!" seru Madam Carol mencoba untuk mengalihkan kesalahan pada Allison.
"Maafkan Nona Payne, Pak. Dia masih belum bisa nenyesuaikan diri di perusahaan ini," lanjut Madam Carol yang langsung disetujui oleh anggota satu timnya.
Lucas terdiam sambil menatap Madam Carol dan anggotanya satu per satu. Elton yang berada di dekatnya bersiap jika Lucas kehilangan kendali diri setelah mendengar perkataan Madam Carol.
Bukan karena Madam Carol menjelek-jelakan Allison tapi lebih karena Madam Carol memilih untuk mengalihkan tanggung jawabnya pada orang lain. Ditambah Madam Carol menjadikan salah satu anggotanya sebagai kambing hitam.
"Kalian berdua pergi ke ruanganku sekarang!" kata Lucas sebelum melangkah pergi diikuti dengan Elton di belakangnya.
Wajah Madam Carol terlihat semakin pucat namun sedetik kemudian dia berjalan ke arah Allison dengan tatapan penuh amarah. Tangannya terangkat dan dengan sekuat tenaga menampar wajah Allison.
"Apa maksudmu merubah rencana yang sudah kita diskusikan sebelumnya?" bentak Madam Carol mengeluarkan semua amarahnya.
"Apa kamu ingin bersikap sok pintar dihadapan Pak McCarthy?" lanjut Madam Carol sambil mengangkat tangannya lagi namun kali ini Allison dengan cepat menangkap tangan Madam Carol.
Allison menatap Madam Carol tanpa rasa takut. Dia membuka mulutnya namun menutupnya kembali sebelum melepaskan tangan Madam Carol. Dia memilih untuk mengabaikan bisikan orang-orang dan perlahan berjalan pergi ke arah ruangan Lucas.
Setelah beberapa menit akhirnya Allison sampai di depan pintu ruang kerja Lucas. Madam Carol sudah berada dalam ruangan bersama dengan Lucas, Elton, dan Kylie. Allison menghela napas sebelum kembali berjalan perlahan masuk ke dalam ruang kerja Lucas.
"Sayang, sepertinya bukan salah Madam Carol," terdengar suara genit Kylie saat Allison melangkah masuk, "Sebagai junior harusnya Allison belajar untuk menyesuaikan diri di lingkungan kerjanya,"
"Saya sudah mencoba untuk membimbingnya seperti rekan kerjanya yang lain, tapi sepertinya Allison terlalu angkuh untuk mengikuti perkataan saya," sahut Madam Carol sedikit lega karena Kylie berada dipihaknya.
"Bukankah anda mengatakan saya harus berusaha sendiri untuk menyelesaikan projek ini," potong Allison berjalan tertatih namun matanya menatap tajam Madam Carol.
Dahi Lucas berkerut saat melihat pipi kanan Allison berwarna merah namun dia tetap diam tanpa bertanya sedikit pun. Dia masih ingin menikmati drama di depannya sebelum menyingkirkan perempuan yang berstatus istrinya itu.
"Jangan bicara sembarangan!" bentak Madam Carol sambil melirik ke arah Lucas. Wajahnya terlihat sedikit ketakutan jika Lucas mengetahui tindakannya selama ini.
"Pak McCarthy, Allison mengatakan hal itu untuk menjatuhkan saya. Anda bisa bertanya pada rekan-rekan kerjanya yang lain tentang hal itu," lanjut Madam Carol mencoba mempengaruhi Lucas.
Allison menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum tipis mendengar perkataan Madam Carol. Dalam hati dia membatin 'Bodoh' karena tahu jika Lucas tidak akan mempercayai kebohongan itu. Lucas hanya memanfaatkan perkataan Madam Carol untuk memecatnya.
"Apa kamu setuju dengan perkataan Madam Carol?" tanya Lucas datar.
"Apa anda akan mempercayai apa yang saya katakan?" balas Allison tenang tanpa terlihat sedikit pun rasa takut.
Lucas mengangkat bahunya sedikit tanpa mengalihkan tatapan pada Allison. Dia seolah menantang Allison untuk meyakinkan dirinya agar tidak memecatnya saat ini juga.
"Saya merasa tidak melakukan kesalahan apa pun saat merencanakan projek itu. Apa yang saya lakukan demi kemajuan perusahaan LL. Dokumen dari Madam Carol masih memerlukan banyak perhitungan dan saya mencoba untuk menyelesaikan hal tersebut," kata Allison percaya diri.
"Kesalahan saya hanya tidak mengkomunikasikannya pada Madam Carol dan anggota tim lainnya karena saya baru menyelesaikan dokumen itu kemarin malam," jawab Allison tanpa ingin melepas tanggung jawabnya.
Senyuman tipis menghiasi wajah Lucas saat Allison mengakui kesalahannya. Begitu juga dengan Kylie dan Madam Carol yang juga tersenyum lebar.
"Apa kamu tahu jika kerja sama sangat penting dalam sebuah tim?" tanya Lucas sambil menyenderkan tubuh di kursi kerjanya.
Allison hanya menganggukkan kepalanya tanpa berkata sapatah kata pun.
"Jika hanya kamu yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarmu berarti kesalahan ada pada dirimu bukan lingkunganmu," lanjut Lucas dingin penuh peringatan.
Dada Allison tiba-tiba terasa sesak saat mendengar perkataan Lucas. Perkataan Lucas membuka luka lama yang dia coba pendam beberapa tahun ini.
Sejak kecil Allison tidak memiliki teman dekat 1 pun dan itu berlangsung hingga saat ini. Bukan karena dia tidak bisa berteman namun ketika dia sedikit dekat dengan seseorang Alice akan mempengaruhi orang tersebut untuk menjauhinya.
Awalnya Allison memang berpikir jika masalah ada pada dirinya namun saat SMA dia baru mengetahui fakta tersebut. Alice tertawa dihadapannya sambil mengakui hal itu tanpa merasa bersalah sedikit pun.
Allison berusaha untuk melawan namun orang-orang malah menyalahkannya seperti saat ini. Dia memang pembuat masalah bukan perempuan kalem dan ceria seperti Alice kembarannya. Namun bukan berarti dia tidak memiliki hati.
"Harusnya anda menyelidiki kebenaran terlebih dahulu sebelum mempercayai sesuatu," kata Allison menahan air matanya agar tidak jatuh, "Jika ini cara anda memimpin suatu perusahaan, aku harap anda tidak akan menyesal dikemudian hari!"
Perkataan Allison membuat suasana ruang kerja Lucas menjadi tegang. Kylie mengepalkan kedua tangannya menahan kesal, Madam Carol membelalak tak percaya dengan apa yang baru dia dengar, Elton berdiri di sudut ruangan dengan wajah datar, sementara Lucas hanya menatap Allison tanpa berkata satu kata pun.
Berita pertengkaran di ruang kerja Lucas langsung menyebar hampir ke seluruh perusahaan LL. Banyak bisikan dan sindirian yang terus menyudutkan Allison, namun tentu saja Allison mengabaikannya karena sudah terlatih sejak kecil."Apa benar kamu menampar Madam Carol di ruang kerja Pak McCarthy?" tanya Ellie salah satu rekan kerja Allison.Mata Allison sedikit terangkat saat mendengar pertanyaan Ellie, namun sedetik kemudian dia menyeringai tipis sambil menganggukkan kepalanya pelan."Apa kamu serius?" seru Ellie sedikit keras membuat banyak orang menoleh ke arah mereka, "Apa itu penyebab Madam Carol terlihat kesal padamu?""Entahlah, aku tak peduli," jawab Allison sebelum melanjutkan pekerjaannya.Madam Carol selalu memberikan Allison pekerjaan yang begitu banyak dan tak penting setelah apa yang terjadi di kantor Lucas. Dia harus menyelesaikan pekerjaan itu hari itu juga jika tidak akan ada alasan Madam Carol untuk mengadu pada HRD."Kenapa perusahaan tidak memecatmu?" tanya rekan kerja
"Kita bekerja sama dalam satu tim, Pak!" kata Madam Carol ketakutan"Tapi untuk finalisasi semua dikerjakan oleh Nona Payne." lanjut Madam Carol sambil menunjuk ke arah Allison.Pandangan Lucas beralih ke arah Allison yang saat ini duduk di bagian pojok belakang ruang pertemuan. Allison membalas tatapan Lucas dengan wajah datar seolah sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini."Allison, kenapa kamu malah duduk di sana? Kamu harus maju juga!" seru Madam Carol mencoba untuk mengalihkan kesalahan pada Allison."Maafkan Nona Payne, Pak. Dia masih belum bisa nenyesuaikan diri di perusahaan ini," lanjut Madam Carol yang langsung disetujui oleh anggota satu timnya.Lucas terdiam sambil menatap Madam Carol dan anggotanya satu per satu. Elton yang berada di dekatnya bersiap jika Lucas kehilangan kendali diri setelah mendengar perkataan Madam Carol.Bukan karena Madam Carol menjelek-jelakan Allison tapi lebih karena Madam Carol memilih untuk mengalihkan tanggung jawabnya pada orang lain. Ditamb
Tubuh Allison berguling menghindari cahaya matahari yang menyinari wajahnya. Dia mencoba untuk kembali tidur namun tiba-tiba matanya terbuka lebar saat teringat kejadian yang dia alamiAllison mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan memastikan jika dia benar-benar berada di kamar pribadinya. Bukan hanya itu dia juga semakin kebingungan saat menyadari baju yang dia gunakan adalah baju tidur bukan gaun sobek seperti sebelumnya."Apa yang terjadi?" tanya Allison pada dirinya sendiri mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi.Dia teringat saat Lucas mengangkat tubuhnya dengan kasar sebelum melemparnya ke dalam mobil. Di dalam mobil dia masih mencoba untuk melarikan diri, namun sepertinya Lucas memukulnya sampai membuatnya tidak sadarkan diri."Dasar kurang ajar!" maki Allison kesal karena Lucas sudah berani memukulnya. Tanpa berpikir panjang dia melompat dari tempat tidur namun kakinya terasa sakit saat menginjak lantai.Dahi Allison berkerut saat melihat kaki kanannya terbungkus perba
"Aaawww!" jerit Allison saat tubuhnya dilempar ke sebuah sofa.Tanpa berpikir panjang Allison kembali bangkit dan menyiapkan kuda-kuda untuk menyerang laki-laki di depannya. Dia tidak akan membiar seseorang menodai tubuhnya."Aku sama sekali tidak mengenalmu. Jika kamu mempunyai masalah dengan Lucas, jangan sangkut pautkan aku dalam hal itu!" seru Allison waspada."Diamlah! Suaramu membuatku pusing!" bentak laki-laki itu sambil memijat pangkal hidungnya.Wajah Allison mengingatkannya pada Alice gadis yang sangat dia cintai. Dia tiba-tiba merasa tidak rela jika orang lain menyentuh orang yang mirip dengan perempuan yang disayanginya. Tanpa banyak berpikir dia tiba-tiba membawa Allison ke ruang kerja pribadinya."Pergilah ke pojokan dan jangan mengeluarkan suara sedikit pun kalau kamu tidak ingin menyesal!" lanjut laki-laki tersebut tanpa melihat ke arah Allison.Allison bergerak cepat saat merasakan aura berbahaya dari laki-laki tersebut. Dia tidak tahu kenapa laki-laki tersebut malah
"Cepat jalan!" bentak seseorang sambil menarik lengan Allison dengan kasar.Mata yang tertutup dan tangan terikat membuat Allison hampir terjatuh beberapa kali. Bukan hanya itu mereka terkadang juga berkata kasar padanya, namun Allison memilih memfokuskan telinganya untuk mempelajari daerah sekitarnya.Allison meyakinkan dirinya bahwa orang-orang tersebut tidak akan menyakitinya atau pun menodainya karena yakin yang menjadi sasaran mereka adalah Lucas. Status dirinya sebagai istri Lucas membuatnya dalam bahaya sekaligus aman dalam waktu bersamaan."Aaaww!" rintih Allison saat seseorang mendorongnya sampai terduduk di sebuah kursi kayu. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri berharap menemukan suatu petunjuk."Aku rasa percuma kamu mencari tahu apa yang terjadi dengan mata tertutup seperti itu," terdengar suara berat dan dingin dari salah satu sudut ruangan.Perkataan tersebut membuat Allison mengarahkan pandangannya ke arah suara tersebut, "Aku rasa percuma kamu membawaku ke sini,
Wajah dingin Lucas sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataan Kakek Andrew. Dia tetap terlihat tenang sambil meminum anggur di tangannya perlahan. Bagitu juga Allison yang lebih memilih untuk diam tanpa memberikan tanggapan. Kakek Andrew memutuskan untuk pergi karena terlalu kesal dengan tindakan Lucas dan Allison."Sayang, kenapa Tuan Besar McCarthy pergi dengan wajah yang terlihat marah?" tanya Kylie Tucker sekretaris sekaligus kekasih Lucas. Dia sama sekali tidak berani mendekat saat Lucas sedang bersama dengan Kakek Andrew."Bukan urusanmu," jawab Lucas dingin tanpa melihat ke arah Kylie, "Jaga kelakuanmu, banyak mata yang mengawasi kita!"Perkataan Lucas tentu membuat Kylie kesal namun dia tidak berani untuk menunjukkannya karena tahu Lucas tidak akan mempedulikannya. Di sisi lain Allison sama sekali tidak merasa cemburu saat melihat Kylie, dia malah merasa kasihan karena tahu jika Kylie hanyalah pengganti kembarannya Alice sama seperti dirinya.Allison memilih untuk minum da







