LOGINTubuh Allison berguling menghindari cahaya matahari yang menyinari wajahnya. Dia mencoba untuk kembali tidur namun tiba-tiba matanya terbuka lebar saat teringat kejadian yang dia alami
Allison mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan memastikan jika dia benar-benar berada di kamar pribadinya. Bukan hanya itu dia juga semakin kebingungan saat menyadari baju yang dia gunakan adalah baju tidur bukan gaun sobek seperti sebelumnya.
"Apa yang terjadi?" tanya Allison pada dirinya sendiri mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi.
Dia teringat saat Lucas mengangkat tubuhnya dengan kasar sebelum melemparnya ke dalam mobil. Di dalam mobil dia masih mencoba untuk melarikan diri, namun sepertinya Lucas memukulnya sampai membuatnya tidak sadarkan diri.
"Dasar kurang ajar!" maki Allison kesal karena Lucas sudah berani memukulnya. Tanpa berpikir panjang dia melompat dari tempat tidur namun kakinya terasa sakit saat menginjak lantai.
Dahi Allison berkerut saat melihat kaki kanannya terbungkus perban. Sesaat kemudian dia menyadari jika mungkin kakinya cidera ketika melawan orang-orang yang menculiknya. Namun yang membuatnya bingung kenapa kakinya terbungkus perban, Lucas tidak akan sebaik itu membantunya.
"Nyonya, apa anda sudah bangun?" tanya Tuan Watson kepala pelayan kediaman Lucas.
"Bagaimana saya ada di sini?" tanya Allison bingung.
"Tuan Wayne menggendong anda ke sini dan Dokter Horward mengobati kaki anda yang terkilir," jawab Tuan Watson menjelaskan apa yang terjadi, "Tuan Wayne sudah mencoba untuk membangunkan anda tetapi sepertinya anda terlalu lelah,"
Allison menganggukkan kepalanya pelan setelah mendengar penjelasan Tuan Watson. Setidaknya bukan Lucas yang menggendong dirinya ke dalam kamar dan bukan Lucas juga yang mengobati kakinya.
"Terima kasih Tuan Watson," kata Allison sambil tersenyum tipis. Di rumah ini hanya Tuan Watson yang bersikap netral padanya beda dengan pelayan yang lain.
Setelah memastikan jika Allison mengerti apa yang terjadi, Tuan Watson keluar dari kamar Allison namun sebelum itu dia memerintahkan pada beberapa pelayan untuk membawakan sarapan untuk Allison. Allison tersenyum manis karena Tuan Watson masih menghargainya tanpa harus membandingkannya dengan Alice.
Sarapan pagi kali ini terasa lebih tenang karena Allison tidak harus satu meja dengan Lucas. Dia menikmati bubur hangat dan susu segar yang menjadi sarapan favoritnya, namun hanya dalam hitungan menit ponsel milik Allison berbunyi.
'Kenapa kamu belum datang ke kantor? Dimana proposal projek yang kamu kerjakan? Pagi ini kita harus presentasi projek itu!' terdengar suara Madam Carol dari seberang telepon.
"Hari ini saya tidak dapat ke kantor, Madam. Saya ada masalah kesehatan," balas Allison mencoba menjelaskan apa yang terjadi.
'Saya tidak peduli! Detik ini juga kamu harus berada di kantor! Projek kali ini sangat penting bagi perusahaan!'
Panggilan berakhir sebelum Allison sempat membalas perkataan Madam Carol. Allison menghela napas beberapa kali sebelum meminta Tuan Watson untuk menyiapkan mobil. Dia sedikit mengalami kesulitan untuk bersiap diri namun dia tidak akan memanggil pelayan di rumah Lucas untuk menolongnya.
Hampir setengah jam Allison bersiap sebelum akhirnya berada di mobil menuju perusahaan LL milik Lucas. Kakek Andrew memintanya untuk bekerja di perusahaan Lucas agar dia memiliki pengalaman bekerja, namun dia tahu Kakek Andrew hanya ingin membuat dirinya dan Lucas semakin dekat.
Allison adalah orang yang realistis. Dia tahu dia tidak akan bisa masuk dengan mudah di perusahaan besar seperti perusahaan LL karena pendidikannya tidak sebagus Alice, sehingga dia memutuskan untuk menerima perintah Kakek Andrew meskipun harus mendapat cacian dari berbagai pihak.
Sesampainya di perusahaan Allison berjalan tertatih-tatih mengabaikan suara ponsel miliknya. Dalam pikirannya dia mengulang-ulang kata 'uang' sebanyak mungkin untuk bertahan menghadapi perkataan atasannya.
"Apa kamu tahu sekarang pukul berapa?" teriak Madam Carol sesaat setelah Allison keluar dari lift.
"Kemarin malam saya mengalami kecelakaan, Madam," jawab Allison menahan diri untuk tidak ikut berteriak.
"Saya tidak peduli, meskipun kamu meninggal kamu harus tetap menyerahkan data itu!" bentak Madam Carol sebelum mengambil USB dari tangan Allison dengan kasar.
Madam Carol berjalan cepat menuju ruang pertemuan diikuti oleh beberapa orang lainnya, sementara Allison berjalan perlahan sambil berpegang tembok. Dia akan terus bertahan di perusahaan ini sampai bisa mendapatkan modal yang cukup untuk mendirikan usahanya.
Suasana terasa begitu dingin saat Allison masuk ke dalam ruang pertemuan. Banyak mata menatap ke arahnya, namun sedetik kemudian mereka kembali memfokuskan perhatiannya pada Lucas yang sedang duduk dengan wajah datar.
"Sampah," kata Lucas pelan namun membuat suasana semakin tegang.
"Apa ini hasil pekerjaan kalian selama berbulan-bulan ini? Aku tidak mengerti kenapa aku harus mengeluarkan banyak uang memperkerjakan kalian," lanjut Lucas yang tentu membuat banyak orang ketakutan namun mereka sama sekali tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun.
"Siapa yang mengerjakan ini?" kata Lucas sedikit tertarik dengan salah satu proposal projek.
"Sa-saya, Pak McCarthy," jawab Madam Carol sedikit ketakutan saat berhadapan dengan tatapan tajam Lucas.
Lucas memberi kode pada Madam Carol untuk mempresentasikan proposal projek miliknya. Wajah Madam Carol terlihat antara bangga, bingung dan takut. Dia bersama timnya kecuali Allison memulai menjelaskan projek yang mereka usulkan.
Braaakkk!
Di tengah-tengah presentasi Lucas tiba-tiba menggebrak meja di depannya dengan wajah merah menahan kesal. Madam Carol dan timnya langsung terdiam dengan wajah pucat tak mengerti apa yang terjadi.
"Apa kamu pimpinan dari tim ini?" tanya Lucas yang membuat kaki Madam Carol lemas.
"I-iya, Pa-pak McCarthy," jawab Madam Carol terbata-bata.
"Apa kamu tahu apa yang membuat saya tertarik dengan projek ini?"
Madam Carol menggelengkan kepalanya cepat, "Ti-tidak,"
Lucas berjalan perlahan mendekati Madam Carol dengan tatapan dingin penuh amarah. Dia berhenti tepat di depan Madam Carol yang sama sekali tidak berani untuk melihat ke arahnya.
"Katakan padaku siapa yang mengerjakan projek ini!" kata Lucas pelan namun langsung membuat Madam Carol terduduk lemas.
Berita pertengkaran di ruang kerja Lucas langsung menyebar hampir ke seluruh perusahaan LL. Banyak bisikan dan sindirian yang terus menyudutkan Allison, namun tentu saja Allison mengabaikannya karena sudah terlatih sejak kecil."Apa benar kamu menampar Madam Carol di ruang kerja Pak McCarthy?" tanya Ellie salah satu rekan kerja Allison.Mata Allison sedikit terangkat saat mendengar pertanyaan Ellie, namun sedetik kemudian dia menyeringai tipis sambil menganggukkan kepalanya pelan."Apa kamu serius?" seru Ellie sedikit keras membuat banyak orang menoleh ke arah mereka, "Apa itu penyebab Madam Carol terlihat kesal padamu?""Entahlah, aku tak peduli," jawab Allison sebelum melanjutkan pekerjaannya.Madam Carol selalu memberikan Allison pekerjaan yang begitu banyak dan tak penting setelah apa yang terjadi di kantor Lucas. Dia harus menyelesaikan pekerjaan itu hari itu juga jika tidak akan ada alasan Madam Carol untuk mengadu pada HRD."Kenapa perusahaan tidak memecatmu?" tanya rekan kerja
"Kita bekerja sama dalam satu tim, Pak!" kata Madam Carol ketakutan"Tapi untuk finalisasi semua dikerjakan oleh Nona Payne." lanjut Madam Carol sambil menunjuk ke arah Allison.Pandangan Lucas beralih ke arah Allison yang saat ini duduk di bagian pojok belakang ruang pertemuan. Allison membalas tatapan Lucas dengan wajah datar seolah sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini."Allison, kenapa kamu malah duduk di sana? Kamu harus maju juga!" seru Madam Carol mencoba untuk mengalihkan kesalahan pada Allison."Maafkan Nona Payne, Pak. Dia masih belum bisa nenyesuaikan diri di perusahaan ini," lanjut Madam Carol yang langsung disetujui oleh anggota satu timnya.Lucas terdiam sambil menatap Madam Carol dan anggotanya satu per satu. Elton yang berada di dekatnya bersiap jika Lucas kehilangan kendali diri setelah mendengar perkataan Madam Carol.Bukan karena Madam Carol menjelek-jelakan Allison tapi lebih karena Madam Carol memilih untuk mengalihkan tanggung jawabnya pada orang lain. Ditamb
Tubuh Allison berguling menghindari cahaya matahari yang menyinari wajahnya. Dia mencoba untuk kembali tidur namun tiba-tiba matanya terbuka lebar saat teringat kejadian yang dia alamiAllison mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan memastikan jika dia benar-benar berada di kamar pribadinya. Bukan hanya itu dia juga semakin kebingungan saat menyadari baju yang dia gunakan adalah baju tidur bukan gaun sobek seperti sebelumnya."Apa yang terjadi?" tanya Allison pada dirinya sendiri mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi.Dia teringat saat Lucas mengangkat tubuhnya dengan kasar sebelum melemparnya ke dalam mobil. Di dalam mobil dia masih mencoba untuk melarikan diri, namun sepertinya Lucas memukulnya sampai membuatnya tidak sadarkan diri."Dasar kurang ajar!" maki Allison kesal karena Lucas sudah berani memukulnya. Tanpa berpikir panjang dia melompat dari tempat tidur namun kakinya terasa sakit saat menginjak lantai.Dahi Allison berkerut saat melihat kaki kanannya terbungkus perba
"Aaawww!" jerit Allison saat tubuhnya dilempar ke sebuah sofa.Tanpa berpikir panjang Allison kembali bangkit dan menyiapkan kuda-kuda untuk menyerang laki-laki di depannya. Dia tidak akan membiar seseorang menodai tubuhnya."Aku sama sekali tidak mengenalmu. Jika kamu mempunyai masalah dengan Lucas, jangan sangkut pautkan aku dalam hal itu!" seru Allison waspada."Diamlah! Suaramu membuatku pusing!" bentak laki-laki itu sambil memijat pangkal hidungnya.Wajah Allison mengingatkannya pada Alice gadis yang sangat dia cintai. Dia tiba-tiba merasa tidak rela jika orang lain menyentuh orang yang mirip dengan perempuan yang disayanginya. Tanpa banyak berpikir dia tiba-tiba membawa Allison ke ruang kerja pribadinya."Pergilah ke pojokan dan jangan mengeluarkan suara sedikit pun kalau kamu tidak ingin menyesal!" lanjut laki-laki tersebut tanpa melihat ke arah Allison.Allison bergerak cepat saat merasakan aura berbahaya dari laki-laki tersebut. Dia tidak tahu kenapa laki-laki tersebut malah
"Cepat jalan!" bentak seseorang sambil menarik lengan Allison dengan kasar.Mata yang tertutup dan tangan terikat membuat Allison hampir terjatuh beberapa kali. Bukan hanya itu mereka terkadang juga berkata kasar padanya, namun Allison memilih memfokuskan telinganya untuk mempelajari daerah sekitarnya.Allison meyakinkan dirinya bahwa orang-orang tersebut tidak akan menyakitinya atau pun menodainya karena yakin yang menjadi sasaran mereka adalah Lucas. Status dirinya sebagai istri Lucas membuatnya dalam bahaya sekaligus aman dalam waktu bersamaan."Aaaww!" rintih Allison saat seseorang mendorongnya sampai terduduk di sebuah kursi kayu. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri berharap menemukan suatu petunjuk."Aku rasa percuma kamu mencari tahu apa yang terjadi dengan mata tertutup seperti itu," terdengar suara berat dan dingin dari salah satu sudut ruangan.Perkataan tersebut membuat Allison mengarahkan pandangannya ke arah suara tersebut, "Aku rasa percuma kamu membawaku ke sini,
Wajah dingin Lucas sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataan Kakek Andrew. Dia tetap terlihat tenang sambil meminum anggur di tangannya perlahan. Bagitu juga Allison yang lebih memilih untuk diam tanpa memberikan tanggapan. Kakek Andrew memutuskan untuk pergi karena terlalu kesal dengan tindakan Lucas dan Allison."Sayang, kenapa Tuan Besar McCarthy pergi dengan wajah yang terlihat marah?" tanya Kylie Tucker sekretaris sekaligus kekasih Lucas. Dia sama sekali tidak berani mendekat saat Lucas sedang bersama dengan Kakek Andrew."Bukan urusanmu," jawab Lucas dingin tanpa melihat ke arah Kylie, "Jaga kelakuanmu, banyak mata yang mengawasi kita!"Perkataan Lucas tentu membuat Kylie kesal namun dia tidak berani untuk menunjukkannya karena tahu Lucas tidak akan mempedulikannya. Di sisi lain Allison sama sekali tidak merasa cemburu saat melihat Kylie, dia malah merasa kasihan karena tahu jika Kylie hanyalah pengganti kembarannya Alice sama seperti dirinya.Allison memilih untuk minum da







