LOGINBerita pertengkaran di ruang kerja Lucas langsung menyebar hampir ke seluruh perusahaan LL. Banyak bisikan dan sindirian yang terus menyudutkan Allison, namun tentu saja Allison mengabaikannya karena sudah terlatih sejak kecil.
"Apa benar kamu menampar Madam Carol di ruang kerja Pak McCarthy?" tanya Ellie salah satu rekan kerja Allison.
Mata Allison sedikit terangkat saat mendengar pertanyaan Ellie, namun sedetik kemudian dia menyeringai tipis sambil menganggukkan kepalanya pelan.
"Apa kamu serius?" seru Ellie sedikit keras membuat banyak orang menoleh ke arah mereka, "Apa itu penyebab Madam Carol terlihat kesal padamu?"
"Entahlah, aku tak peduli," jawab Allison sebelum melanjutkan pekerjaannya.
Madam Carol selalu memberikan Allison pekerjaan yang begitu banyak dan tak penting setelah apa yang terjadi di kantor Lucas. Dia harus menyelesaikan pekerjaan itu hari itu juga jika tidak akan ada alasan Madam Carol untuk mengadu pada HRD.
"Kenapa perusahaan tidak memecatmu?" tanya rekan kerja Allison yang lain bernama Zack.
"Mungkin mereka tidak punya alasan yang cukup kuat untuk melakukannya," jawab Allison singkat yang terdengar angkuh di telinga orang lain.
Ellie dan Zack memutar bola matanya saat mendengar perkataan Allison. Mereka bertiga menjadi pegawai magang dalam waktu bersamaan, namun hanya Allison yang menjadi sasaran Madam Carol.
"Sebaiknya kamu sedikit merubah sikap angkuhmu itu," kata Ellie sebelum kembali mengerjakan pekerjaannya. Madam Carol mungkin bukan pimpinan yang baik, tapi bekerja sama dengan rekan seperti Allison membuat semuanya jauh lebih rumit.
Allison mengakui bahwa dirinya bukan orang yang mudah untuk berkomunikasi dengan orang lain. Kekecewaan yang dia alami di masa lalu membuat dirinya tidak mudah percaya pada orang lain. Sehingga dia memilih untuk membatasi dirinya.
Bukan berarti dia tidak berusaha namun setiap kali dia melakukan itu dia berakhir dengan rasa kecewa yang sama. Dia pikir setelah Alice pergi, dia akan mendapatkan kehidupan yang dia inginkan tapi ternyata menjadi lebih buruk.
Menjadi seseorang yang angkuh dan menyebalkan merupakan cara Allison untuk bertahan. Dia hanya ingin melindungi dirinya dari rasa kecewa, meski banyak orang yang membencinya setidaknya dia tidak akan merasakan kecewa lagi.
"Zack, Ellie kita diskusi masalah projek ini. Saya tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi," panggil Madam Carol tanpa melihat ke arah Allison.
Zack dan Ellie saling pandang sebelum mengikuti Madam Carol, mereka berdua merasa kasihan pada Allison tapi di saat bersamaan mereka juga merasa kesal.
*****
Saat jam pulang kerja Allison tidak langsung menghubungi Tuan Calson. Dia sedang ingin duduk di taman menikmati kesendiriannya sambil minum coklat panas. Wajah tirus, bibir merah, dan rambut hitam membuat banyak mata tertarik menatap ke arah Allison namun aura dingin membuat orang-orang hanya bisa menatapnya dari jauh.
Wajah Allison dan Alice memang mirip tapi auranya berbeda. Alice lebih hangat dan ceria sehingga membuat orang-orang di sekitarnya menyanyanginya. Sementara Allison lebih dingin dan pembuat masalah sehingga orang-orang menghindarinya.
"Nyonya," sapa Tuan Calson membuyarkan lamunan Allison, "Sudah larut, sebaiknya Nyonya segera kembali,"
Setelah kejadian beberapa hari yang lalu Tuan Calson terlihat sedikit hangat pada Allison. Dia merasa Allison tidak seperti apa yang dibicarakan orang-orang. Nyonya muda itu berani mempertaruhkan nyawa untuk melindunginya.
"Apa anda bisa memberiku waktu 15 menit lagi?" kata Allison masih ingin menikmati perasaan tenang ini.
Tuan Calson tidak menjawab namun dia tiba-tiba duduk di sisi Allison, "Bolehkan saya menemani anda di sini? Saya tidak akan berisik dan mengganggu waktu anda,"
Dahi Allison berkerut saat melihat tingkah Tuan Calson yang hanya duduk di sampingnya sambil melihat pemandangan di taman yang terlihat gelap dan tenang. Allison tersenyum tipis sebelum kembali dengan pikirannya sendiri.
Setengah jam kemudian Allison sudah berada dalam mobil menuju ke kediaman Lucas. Tuan Calson merasa kasihan dengan Nyonya muda McCarthy itu, Allison terlihat begitu kesepian dibalik sikapnya yang dingin.
"Nyonya, kita sudah sampai," kata Tuan Calson sambil tersenyum tipis.
"Terima kasih, Tuan Calson,"
"Jika anda butuh teman bercerita, anda bisa bercerita pada saya. Saya janji tidak akan menceritakan pada orang lain,"
Allison sedikit bingung dengan perkataan Tuan Calson namun dia memilih untuk tersenyum tipis dan berterima kasih atas perhatian Tuan Calson. Allison mengambil napas beberapa kali sebelum masuk ke dalam rumah.
"Selamat datang Nyonya," kata Tuan Watson, "Tuan sudah mulai makan malam bersama dengan Nona Tucker di ruang makan. Apa anda ingin bergabung?"
"Tidak, aku sudah makan Tuan Watson," balas Allison sambil berjalan menuju kamar pribadinya. Dia sedang tidak ingin berurusan dengan Lucas dan Kylie.
Di sisi lain Lucas menyadari kedatangan Allison namun dia hanya diam meneruskan makan malamnya bersama Kylie yang saat ini sedang bercerita tentang sepatu dan tas baru. Dia sudah merasa lelah mendengar ocehan Kylie namun dia sedang tidak ingin sendirian karena dia akan teringat dengan Alice.
Seperti dugaan Allison, Lucas hanya memanfaatkan Kylie. Dia tidak benar-benar menyukainya hanya memanfaatkan wajah dan kepribadian yang hampir sama dengan Alice. Namun dia tidak merasa bersalah karena selama bersamanya Kylie akan mendapatkan barang apapun yang diinginkan kecuali rasa cinta.
"Elton, pesankan sekarang juga tas dan sapatu yang Kylie inginkan. Pesankan juga satu set perhiasaan untuk Kylie," kata Lucas yang langsung membuat Kylie tersenyum lebar.
"Makasih Sayang!" sahut kata Kylie sambil memeluk Lucas.
Lucas menahan diri untuk tidak mendorong tubuh Kylie. Dia memilih menutup mata membayangkan yang memeluk dirinya saat ini adalah perempuan yang paling dicintainya Alice Payne.
Berita pertengkaran di ruang kerja Lucas langsung menyebar hampir ke seluruh perusahaan LL. Banyak bisikan dan sindirian yang terus menyudutkan Allison, namun tentu saja Allison mengabaikannya karena sudah terlatih sejak kecil."Apa benar kamu menampar Madam Carol di ruang kerja Pak McCarthy?" tanya Ellie salah satu rekan kerja Allison.Mata Allison sedikit terangkat saat mendengar pertanyaan Ellie, namun sedetik kemudian dia menyeringai tipis sambil menganggukkan kepalanya pelan."Apa kamu serius?" seru Ellie sedikit keras membuat banyak orang menoleh ke arah mereka, "Apa itu penyebab Madam Carol terlihat kesal padamu?""Entahlah, aku tak peduli," jawab Allison sebelum melanjutkan pekerjaannya.Madam Carol selalu memberikan Allison pekerjaan yang begitu banyak dan tak penting setelah apa yang terjadi di kantor Lucas. Dia harus menyelesaikan pekerjaan itu hari itu juga jika tidak akan ada alasan Madam Carol untuk mengadu pada HRD."Kenapa perusahaan tidak memecatmu?" tanya rekan kerja
"Kita bekerja sama dalam satu tim, Pak!" kata Madam Carol ketakutan"Tapi untuk finalisasi semua dikerjakan oleh Nona Payne." lanjut Madam Carol sambil menunjuk ke arah Allison.Pandangan Lucas beralih ke arah Allison yang saat ini duduk di bagian pojok belakang ruang pertemuan. Allison membalas tatapan Lucas dengan wajah datar seolah sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini."Allison, kenapa kamu malah duduk di sana? Kamu harus maju juga!" seru Madam Carol mencoba untuk mengalihkan kesalahan pada Allison."Maafkan Nona Payne, Pak. Dia masih belum bisa nenyesuaikan diri di perusahaan ini," lanjut Madam Carol yang langsung disetujui oleh anggota satu timnya.Lucas terdiam sambil menatap Madam Carol dan anggotanya satu per satu. Elton yang berada di dekatnya bersiap jika Lucas kehilangan kendali diri setelah mendengar perkataan Madam Carol.Bukan karena Madam Carol menjelek-jelakan Allison tapi lebih karena Madam Carol memilih untuk mengalihkan tanggung jawabnya pada orang lain. Ditamb
Tubuh Allison berguling menghindari cahaya matahari yang menyinari wajahnya. Dia mencoba untuk kembali tidur namun tiba-tiba matanya terbuka lebar saat teringat kejadian yang dia alamiAllison mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan memastikan jika dia benar-benar berada di kamar pribadinya. Bukan hanya itu dia juga semakin kebingungan saat menyadari baju yang dia gunakan adalah baju tidur bukan gaun sobek seperti sebelumnya."Apa yang terjadi?" tanya Allison pada dirinya sendiri mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi.Dia teringat saat Lucas mengangkat tubuhnya dengan kasar sebelum melemparnya ke dalam mobil. Di dalam mobil dia masih mencoba untuk melarikan diri, namun sepertinya Lucas memukulnya sampai membuatnya tidak sadarkan diri."Dasar kurang ajar!" maki Allison kesal karena Lucas sudah berani memukulnya. Tanpa berpikir panjang dia melompat dari tempat tidur namun kakinya terasa sakit saat menginjak lantai.Dahi Allison berkerut saat melihat kaki kanannya terbungkus perba
"Aaawww!" jerit Allison saat tubuhnya dilempar ke sebuah sofa.Tanpa berpikir panjang Allison kembali bangkit dan menyiapkan kuda-kuda untuk menyerang laki-laki di depannya. Dia tidak akan membiar seseorang menodai tubuhnya."Aku sama sekali tidak mengenalmu. Jika kamu mempunyai masalah dengan Lucas, jangan sangkut pautkan aku dalam hal itu!" seru Allison waspada."Diamlah! Suaramu membuatku pusing!" bentak laki-laki itu sambil memijat pangkal hidungnya.Wajah Allison mengingatkannya pada Alice gadis yang sangat dia cintai. Dia tiba-tiba merasa tidak rela jika orang lain menyentuh orang yang mirip dengan perempuan yang disayanginya. Tanpa banyak berpikir dia tiba-tiba membawa Allison ke ruang kerja pribadinya."Pergilah ke pojokan dan jangan mengeluarkan suara sedikit pun kalau kamu tidak ingin menyesal!" lanjut laki-laki tersebut tanpa melihat ke arah Allison.Allison bergerak cepat saat merasakan aura berbahaya dari laki-laki tersebut. Dia tidak tahu kenapa laki-laki tersebut malah
"Cepat jalan!" bentak seseorang sambil menarik lengan Allison dengan kasar.Mata yang tertutup dan tangan terikat membuat Allison hampir terjatuh beberapa kali. Bukan hanya itu mereka terkadang juga berkata kasar padanya, namun Allison memilih memfokuskan telinganya untuk mempelajari daerah sekitarnya.Allison meyakinkan dirinya bahwa orang-orang tersebut tidak akan menyakitinya atau pun menodainya karena yakin yang menjadi sasaran mereka adalah Lucas. Status dirinya sebagai istri Lucas membuatnya dalam bahaya sekaligus aman dalam waktu bersamaan."Aaaww!" rintih Allison saat seseorang mendorongnya sampai terduduk di sebuah kursi kayu. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri berharap menemukan suatu petunjuk."Aku rasa percuma kamu mencari tahu apa yang terjadi dengan mata tertutup seperti itu," terdengar suara berat dan dingin dari salah satu sudut ruangan.Perkataan tersebut membuat Allison mengarahkan pandangannya ke arah suara tersebut, "Aku rasa percuma kamu membawaku ke sini,
Wajah dingin Lucas sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataan Kakek Andrew. Dia tetap terlihat tenang sambil meminum anggur di tangannya perlahan. Bagitu juga Allison yang lebih memilih untuk diam tanpa memberikan tanggapan. Kakek Andrew memutuskan untuk pergi karena terlalu kesal dengan tindakan Lucas dan Allison."Sayang, kenapa Tuan Besar McCarthy pergi dengan wajah yang terlihat marah?" tanya Kylie Tucker sekretaris sekaligus kekasih Lucas. Dia sama sekali tidak berani mendekat saat Lucas sedang bersama dengan Kakek Andrew."Bukan urusanmu," jawab Lucas dingin tanpa melihat ke arah Kylie, "Jaga kelakuanmu, banyak mata yang mengawasi kita!"Perkataan Lucas tentu membuat Kylie kesal namun dia tidak berani untuk menunjukkannya karena tahu Lucas tidak akan mempedulikannya. Di sisi lain Allison sama sekali tidak merasa cemburu saat melihat Kylie, dia malah merasa kasihan karena tahu jika Kylie hanyalah pengganti kembarannya Alice sama seperti dirinya.Allison memilih untuk minum da







