Share

1. Apa Dia Cantik?

“Siapa wanita jalang itu? Apa dia jauh lebih cantik?”

“Tidak.”

“KATAKAN DENGAN JUJUR!” perintah Alia.

“Kita bisa membicarakan ini dengan baik-baik. Tak perlu berteriak seperti itu.”

Bagaimana tidak emosi dan marah? Mengetahui suaminya berciuman dengan wanita lain?

Okay. Fine.” Alia menurut. “Apa dia lebih cantik dariku?”

Membutuhkan waktu beberapa menit untuk menjawab.

“She so pretty.”

Damn!” Alia mengacak rambutnya frustasi. Ingin menangis keras, namun ditahan. Raut wajahnya terlihat begitu menyedihkan.

Bagaimana pun harus menerima kenyataan ini.

Keduanya hening beberapa saat.

Tiga menit kemudian.

“Ini yang pertama. Kalau memang iya kamu berselingkuh, akan aku berikan kesempatan kedua.”

Suara Alia tidak setinggi tadi, sekarang lebih terdengar serak. Lelaki yang belum lama menikahi dirinya, pernikahan baru berjalan tiga bulan namun telah mengkhianati kepercayaannya.

I'm so sorry, Alia.”

Permintaan maaf yang tidak ada artinya bagi Alia.

“Aku hanya butuh jawaban jujur dan pasti, Mas!” desak Alia. “Tidak membutuhkan permintaan maaf darimu.”

Beberapa detik kemudian Fahmi membuka mulut. “Aku memang berselingkuh,” jawab Fahmi dengan jujur. Menunduk kepala secara perlahan, memainkan jemarinya yang bergetar “Tapi aku sama sekali tidak bercinta dengannya. Hanya berciuman. Tidak lebih! Percayalah.”

“Hanya berciuman, namun kamu hampir bercinta dengannya?”

“Tidak, Al. Sama sekali tidak!”

Perselingkuhan satu bulan ini terjaga kerahasiaan, akhirnya terbongkar.

Seperti kata, ‘sepandai pandainya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga, serapih apapun bangkai ditutupi tetap saja bau busuk akan menyebar kemana-mana, dan begitupun kebenaran akan muncul ke permukaan dengan jalan yang terdengar sama sekali tidak terduga.’

Untuk sepersekian detik di sana, Alia bungkam. Mata terasa begitu panas setelah mendengar jawaban Fahmi. Wanita itu membukam mulutnya dengan sekuat tenaga agar tidak menangis, tetapi tetap saja dia menangis karena sudah tidak bisa menahan kesedihannya ini.

Alia menangis bersamaan air hujan yang mulai turun.

Keduanya bungkam seribu bahasa, telinga mereka sama-sama mendengar rintik yang mengetuk di luar jendela disusul luapan hujan yang turun dengan deras.

“Aku minta maaf, Alia,” ungkap Fahmi dengan rasa bersalah. “Aku benar-benar minta maaf padamu.”

“Berhentilah untuk meminta maaf.” Permintaan maaf tidak akan menyembuhkan luka hati Alia yang sudah terlanjur bernanah. “Kenapa kamu melakukan itu?”

Fahmi tidak menjawab.

“Jawab!”

“Aku tidak tahu. Itu terjadi begitu saja. Aku sayang kamu, Alia. Aku tidak akan mengulangi lagi. Sungguh!”

Membela diri setelah hal bodoh dilakukan. Tampaknya Fahmi ingin memeluk Alia, tapi diurungkan. Mungkin lelaki itu merasa tak pantas setelah apa yang dilakukan kepada istrinya.

Sial! Benar-benar sialan!

Hati Alia mulai meradang. Pengakuan itu membuat hatinya terluka. Selama ini Alia menaruh kepercayaan suaminya, namun telah dikhianati.

Tidak ada penjelasan detail dari Fahmi. Alia memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan. Dia memutar badannya ‘tuk menatap hujan yang turun. Menggigit bibir bawah sembari menahan amarah, kesedihan, dan rasa sesak di dada.

Alia menangis bersama bulir-bulir nestapa langit tampak benar-benar menumpahkan segala keluh kesahnya.

***

Alia menegakkan tubuhnya di kursi dan memalingkan pandangan. Sudah pukul sepuluh malam. Kendati di luar nampak gelap gurita, tidak ada bulan yang bersinar di langit, dan beberapa rumah gelap mungkin lampu sudah telah dimatikan.

Tubuh Alia terduduk tenang terlihat sedikit membungkuk sebab kelelahan. Secangkir kopi di atas meja telah tandas, kopi itu untuk menghilangkan rasa kantuk. Dua jam lebih Alia habiskan untuk menonton film The Medium sembari menunggu kepulangan sang suami.

Sudah menonton film The Medium?

Menceritakan  tentang warisan seorang dukun yang merasuki sebuah keluarga di Isan, daerah terpencil di Thailand. Warga di tempat yakin apabila roh jahat dapat hadir dan masuk ke dalam tubuh dukun pada upacara tertentu. Alia hanya bisa mengatakan film ini gila, sangat menakjubkan. Tapi ada efek traumatis setelah menonton, karena banyak adegan ritual pemujaan, balok, penghafal mantra, dan mistik.

Setelah selesai menonton, wanita itu terdiam. Sejenak memutuskan konsentrasi dari layar laptop, dia memutar kursi menghadap jendela lalu bungkam seribu bahasa saat mendengar suara rintik air hujan yang mengetuk di luar jendela.

Di luar sedang hujan turun dengan deras. Pikiran Alia langsung tertuju pada Fahmi. Sebenarnya Alia percaya saja bahwa Fahmi sedang lembur bekerja di rumah sakit, tapi Fahmi masuk shift pagi. Seharusnya suaminya pulang lebih awal.

Sudah biasa menunggu Fahmi pulang, jadi tak mengherankan lagi. Alia kemudian meloloskan hela napas berat, bangkit, melangkah lambat menuju jendela dan melebarkan tirai yang tadinya terbuka hanya sedikit, sekarang dia bisa mengintip keluar. Alia berdiri sambil memperhatikan air hujan yang turun.

Ah, Alia tidak menyukai hujan malam ini.

“Aku benci hujan,” lirih Alia dengan perasaan tak tenang sama sekali.

Sejenak membuat Alia terkesiap saat sepenggal memori melintas cepat di dalam kepala, tatkala Fahmi pernah berkata padanya, “Aku tidak tahu. Itu terjadi begitu saja. Aku sayang kamu, Alia. Aku tidak akan mengulangi lagi. Sungguh!”

Ah, bullshits!

Semakin membuat hati dan pikiran menjadi kacau saat mendapati pesan dari seseorang, orang itu mengirimkan foto yang diambil secara diam-diam, foto postur badan Fahmi sedang berjalan bersama wanita.

Alia tak bisa membayangkan jika suaminya sedang bercengkrama bersama selingkuhannya, saling menatap, berjalan berdampingan, dan berpegangan tangan.

Damn!

Membayangkan saja membuat hatinya sakit sekali, apalagi melihat secara langsung. Ingin rasanya Alia mendatangi mereka berdua saat ketahuan selingkuh dan bila perlu membabi buta di sana.

Muak!

Frustasi sudah.

Bagaimana caranya agar Fahmi kembali kepelukan Alia dan meninggalkan wanita itu?

Saking terpikirkan hubungan mereka berdua hingga membuat Alia tanpa disadari meneteskan air mata. Kepalanya sakit. Semuanya terasa sakit.

Badai di sini masih tetap gaduh. Berisik. Gemuruh. Mirip seperti hatinya. Sakit seperti tertusuk ribuan panah.

Alia benci perasaan seperti ini.

Sekarang, apa yang harus Alia lakukan? Harus bagaimana untuk menghadapi hidup ke depannya? Apakah Alia mampu bertahan setelah memaafkannya?

Komen (2)
goodnovel comment avatar
maradona
... cerita selingkuh, ketahuan minta maaf dengan alasan khilaf
goodnovel comment avatar
Yung
sekali dia berbuat tetap membekas di hati kita sebelum terlalu jauh memakan perasaan kita lebih baik buang saja lelaki kayak gitu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status