Home / Rumah Tangga / Kamu Menidurinya? / 2. Wanita Selingkuhannya

Share

2. Wanita Selingkuhannya

Author: Lusia
last update Last Updated: 2022-03-23 20:34:21

Pukul lima pagi Alia sudah terjaga dari tidurnya. Wanita itu selalu ingat dengan perkataan ibunya, dia harus terbiasa bangun pagi setelah menikah.

Alia menurunkan kedua kaki jenjangnya dari ranjang, melakukan pergerakan tubuh sebentar, dan menarik napas panjang lalu dihembuskan, menikmati udara di pagi.

Kepalanya menoleh ke samping, mendapati Fahmi sedang tertidur pulas. Terlihat dari raut wajahnya nampak kelelahan.

Alia termenung, sejak terungkap suaminya berselingkuh. Ada yang aneh, Fahmi benar-benar tidak menginginkan dirinya setiap malam, dan malam-malam selanjutnya.

Alia tidak pernah lagi meminta sentuhan dari Fahmi, karena akan dibuat merasa harga dirinya terinjak.

Apa Alia sama sekali tidak lagi membuat gairah Fahmi terusik?

Ah, memikirkan hal itu membuat Alia sakit hati.

Semalam Alia menunggu Fahmi pulang, namun yang ditunggu tak kunjung menampakkan diri. Alia pun ketiduran. Sudahlah, sekarang lupakan kejadian tadi malam. Sekarang waktunya mandi, membuat sarapan, dan bersiap untuk bekerja karena dirinya masuk shift pagi.

Alia bekerja di rumah sakit sebagai perawat  di bagian Perinatologi, sedangkan Fahmi dokter obgyn. Namun berbeda rumah sakit, keduanya tidak bekerja di rumah sakit yang sama.

Jika mereka bekerja berada dalam rumah sakit yang sama, mungkin Alia akan mengetahui, siapa wanita yang menjadi orang ketiga di rumah tangganya.

Masih menjadi misteri, karena Alia sudah mencari tahu wanita itu, tak mendapatkan informasi apapun.

“Jam berapa sekarang?”

Alia kaget saat mendengar pertanyaan khas orang baru bangun tidur.

Astaga!

Hampir saja jarinya teriris oleh pisau, dia tadi sedang mengiris bawang merah. Dia sedang berada di dapur untuk membuat sarapan. Alia memutar balik badannya.

Di sana Fahmi berdiri dengan mata mengantuk dan nyawa masih belum terkumpul.

“Masih jam tujuh, Mas,” jawab Alia setelah melihat ke arah jam dinding.

Mata Fahmi yang tadi menyipit menahan kantuk sekarang membelalak lebar. Raut wajah berubah dalam sekejap.

"Kok kamu nggak bangunin aku, sih? Aku telat jadinya,” ngedumel Fahmi menyalahkan Alia yang tidak membangunkan tidur.

Alia mengerutkan kening bingung. “Kenapa jadi nyalahin aku?”

Agak tidak terima disalahkan. Lagipula semalam Alia menunggu Fahmi pulang hingga ketiduran. Di sisi lain, dia salah. Bangun pagi, tapi tak membangunkan sang suami, untuk sekedar bertanya tidak. Bertanya masuk shift pagi atau malam.

“Maaf, Mas. Aku kelupaan dan tak tega membangunkan karena wajahmu terlihat sangat kelelahan.”

Walaupun kecewa, kesal, dan marah. Alia harus mengalah dan selalu minta maaf terlebih dahulu.

Fahmi menatap Alia tanpa berkedip. “Kamu istriku, Alia. Sudah sepantasnya membangunkan tidur suami yang masih tidur untuk bekerja,” jawab Fahmi. “Aku shift pagi, Alia,” imbuhnya dan buru-buru bersiap-siap untuk bekerja.

“Maaf, Mas.”

“Jangan ulangi lagi.”

Huh.

Alia menghela napas panjang. 

Setelah Fahmi sudah siap untuk berangkat bekerja, lelaki itu segara turun dari tangga dan menghampiri Alia yang sedang menaruh nasi di atas piring.

“Semalam pulang jam berapa, Mas?” tanya Alia berusaha untuk tenang.

Menyembunyikan rasa kekecewaan semalam. Sebenarnya Alia ingin mengintrogasi perihal semalam, kenapa Fahmi tak mengangkat panggilannya dan tidak membalas pesan.

Tidak ada jawaban dari Fahmi. Hanya ada suara tarikan kursi.

“Aku nungguin sampai ketiduran lho, Mas,” ungkap Alia saat pertanyaan tidak dijawab, dia menaruh lauk pauk dan menyodorkan sarapan di hadapan Fahmi, malahan tangan Fahmi mengambil roti dan selai. “Tidak sarapan?”

Fahmi tersenyum tipis.

“Aku sedang tidak ingin sarapan nasi. Aku makan roti saja,” jawab Fahmi.

Dia mengoles selai nanas di atas roti lalu memakan tiga kali gigitan saja, selesai makan roti, lelaki itu meneguk setengah gelas air putih.

“Lain kali jangan menunggu aku pulang, tidur saja kalau kamu sudah mengantuk.”

Alia tidak bisa berkata apa-apa. Bodoh memang, menunggu suami pulang bekerja, malah dikecewakan dengan serangkaian kata yang menyakitkan.

Fahmi berdiri. “Aku berangkat dulu. Sudah telat,” pamit Fahmi dan pergi begitu saja tanpa memperdulikan bagaimana perasaan Alia saat itu juga.

“Iya, Mas. Hati-hati di jalan.”

Tidak ada morning kiss. Tidak ada kecupan kasih sayang di kening Alia lagi. Semua keadaan berubah begitu saja. Rumah yang dulu dipenuhi kehangatan, canda tawa kini terasa dingin.

Alia menatap punggung kosong Fahmi yang perlahan menghilang dari penglihatannya. Setelah bunyi mesin mobil menyala, Alia menunduk melihat makanan buatannya yang sama sekali tidak dimakan oleh Fahmi.

Perasaan Alia mendadak menjadi kacau, tidak tenang. Pikiran overthinking mulai berseliweran.

“Apa mungkin Fahmi sengaja tidak sarapan agar nanti bisa sarapan bersama wanita selingkuhannya?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Radman Amanada
hadeuh ketahuan
goodnovel comment avatar
Andi Ardiansyah
selingkuh itu indah tapi deritanya sakittttt kali
goodnovel comment avatar
Andi Ardiansyah
sangat seru dan menyakitkan ujung2..nya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kamu Menidurinya?   140. —THE END — S 2

    Para tamu bertanya-tanya termasuk Misella ikut terheran. Sontak Abian dan Alia menutup mulut tak percaya. Dikejutkan dengan kehadiran kedua orang tua Abian yang tiba-tiba datang bergabung di acara tersebut. Tak disangka-sangka mendapat surprise dari keluarga Abian. Ayah Mario, Ibu Caroline, Kak Amber dan juga Xylia si gadis kecil bule dengan rambut pirangnya."Sepertinya mereka dari keluarga terpandang," batin Misella menebak.Amber melambaikan tangan pada Abian dengan semangat sekali dan senyum lebarnya. Keluarga Abian pun semakin mendekat. Hati Alia terenyuh dengan kedatangan mereka. Alia pikir, keluarga Abian sangat mustahil untuk menginjak kaki di Jakarta. Sebab mereka lebih menyukai berada di Bali ketimbang di Jakarta, seperti pertama kali Abian memperkenalkan Alia pada keluarganya di Bali. "Siapa mereka?" ucap Papa Alia kebingungan."Mereka Keluarga saya, Pa. Ibu, ayah, dan kakakku dari Amerika," jawab Abian cepat. "Saya kira tidak akan datang."Tiffany melongo, begitu juga den

  • Kamu Menidurinya?   139. Sembilan Bulan Kemudian — S 2

    Sembilan bulan kemudian .... Setelah kejadian mengerikan di Belleza, rencana Robert berhasil total dan kematian Fahmi tidak membuat orang menaruh kecurigaan. Itulah gelapnya tinggal di hunian modern itu. Siapapun yang mempunyai uang, dia akan berkuasa. Pada dasarnya uang segalanya, termasuk uang membuat orang lain tutup mulut.Di hunian elit, Belleza unit 002 milik keluarga Robert.Keluarga Robert hidup jauh lebih bahagia daripada tahun kemarin. Kini Kayla sudah bisa berbicara walaupun belum amat jelas. Tingkah lucu dan nada bicara cadel Kayla sangat menghibur mereka. Apalagi Kayla cukup tanggap, pasti tumbuh besar menjadi anak pintar. "Kayla sayang ...!" Tiffany berteriak, melambaikan tangannya dengan senyum lebarnya. Saking kangennya dengan cucunya. "Nenek datang!"Kayla baru turun dari tangga dituntun oleh Misella. Misella langsung berkata, "Hayo, siapa yang datang itu, Kay?" nunjuknya ke arah pintu.Awalnya Kayla sempat bingung, tapi langsung sadar. Tubuh mungil itu berlari untuk

  • Kamu Menidurinya?   138. Menjadi Pembunuh — S 2

    Deg."APA KATAMU?!" Robert sangat terkejut. Berdiri dengan sorot mata tidak percaya. "Putriku tidak mungkin melakukan itu!"Bella terkaget-kaget. Tiffany yang baru sadar dari pingsan, syok kembali. Membekap mulutnya tidak menyangka. "T-tidak! Putriku bukan anak pembunuh!" Geleng-geleng kepala. "Pasti ada kesalahpahaman. Iya, kan?!""Maaf ... Saya melihat dengan kepala saya sendiri! Bahwa Putri Anda yang mendorong Fahmi!" tegas pengawal itu meyakinkan. "Harus ke atas sekarang kalau tidak percaya."Mereka langsung berlari-lari naik tangga menuju kamar Kayla. Mulut mereka terbuka lebar saat melihat jendela kaca telah hancur. Mata masing-masing menangkap punggung Misella, berdiri di antara serpihan kaca berserakan di lantai. Tidak ada yang memperdulikan betapa cantiknya warna kembang api di menyala-nyala.Robert membalikkan badan Misella. "Apa yang sebenarnya terjadi?!" tanya Robert butuh penjelasan. "Kenapa begitu berantakan di sini?!" tambah Robert.Kesadaran Misella kembali saat kedat

  • Kamu Menidurinya?   137. Terjatuh dari Penthouse — S 2

    "T-tapi Tuan ...." "Tidak ada tapi tapi!" Robert masih punya secuil rasa kasihan setelah melihat Fahmi begitu mengenaskan. "Beri waktu dua menit dan awasi dia jangan sampai menyentuh sedikitpun cucu saya! Kalau cucu saya sedang tidur, jangan sampai lelaki itu membangunkan!""Baik Tuan." Body guard menurut, mereka pun menghampiri Fahmi. "Hei! Ayo jalan!" perintahnya karena Fahmi hanya diam tak bergerak. "Cepat jalan! Sebelum Tuan Robert berubah pikiran!"Fahmi pun berjalan pincang naik ke arah tangga dikawal ketat. Meninggalkan Robert di bawah bersama putri pertama. Bella dengan penuh amarah menghampiri Robert yang melamun dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam kantong celana."Papa!" teriak Bella. "Papa yang benar saja membiarkan lelaki bajingan itu menemui Kayla?! Di atas juga ada Sella!" Marah Bella, geleng-geleng kepala kenapa Papanya berbuat demikian.Robert menatap putri pertamanya. "Sudah. Kamu jangan marah begitu," tanggap Robert

  • Kamu Menidurinya?   136. Menghajar habis-habisan — S 2

    Robert kembali ke apartemen karena baru selesai menyelesaikan beberapa pekerjaan mendadak di hari tersebut. Awalnya Robert ingin menikmati waktu malam tahun baru bersama sang istrinya, alhasil gagal. Saat pulang lelaki tua geram setelah mendapatkan pesan dari putrinya. "Dia datang sendirian?" tanya Robert pada dua body guard itu.Salah satu body guard menjawab, "Sepertinya sendiri, Tuan. Saya mendapat notif panggilan banyak sekali dari putri dan istri Anda.""Kenapa dia ada di sini?" Napas Robert terdengar berat. Sangat heran sekali. "Apa tidak punya harga diri?" sinisnya mengingat wajah Fahmi yang begitu memuakkan."Mungkin dia lapar," tebak body guard setengah bercanda."Dia lapar pada hari ini?" Satu alis Robert naik."Kan Tuan yang membuatnya miskin tak punya apa-apa. Jadi, dia berusaha mendatangi keluarga Tuan agar mendapat belas kasih," jelas body guard itu."Ah, iya. Kalau begitu kita harus cepat!"Dua b

  • Kamu Menidurinya?   135. Dendam. Benci. Marah. — S 2

    Jantung Misella terasa dihantam batu. Selama ini tidak pernah mengizinkan Fahmi melihat wajah putrinya. Batinnya pedih mendengar permintaan Fahmi, Misella merasa menjadi Ibu yang jahat. Sorot mata Fahmi hampir membuat pertahanan Misella goyah, rasa kasihan segera ditepis jauh-jauh.“Dia hanya mantan suami yang tidak tahu diri!” batinnya memperingatkan."Jangan mimpi. Jangankan Sella sebagai ibu! Aku saja tak akan membiarkanmu bertemu Kayla," sinis Bella. "Pergilah dari sini!" Bella menarik paksa tangan Misella, cepat-cepat memencet sandi pintu.Misella menoleh ke belakang, terperangah Fahmi semakin mendekat. Hah?! secepat itu? "Kak! Ayo cepat!" Menarik-narik dress Bella dengan panik."Sabar dong, Sel. Tangan Kakak jadi tremor ini," balasnya bersamaan bunyi pintu apartemen terbuka.Keduanya bergerak cepat masuk ke dalam saat pintu akan tertutup sempurna, tangan Fahmi menerobos pintu tak peduli akan terjepit. Misella dan Bella langsung mendorong sekuat tenaga agar pintu tertutup."Hanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status