Home / Rumah Tangga / Kamu Menidurinya? / 5. Luka Yang Ditaburi Garam

Share

5. Luka Yang Ditaburi Garam

Author: Lusia
last update Last Updated: 2022-03-29 18:20:28

“ALIA!”

Alia tersentak kaget saat suara Bu Linda menelusup telinganya.

"Iya, Bu. Ada apa?” tanya Alia segera berdiri, menoleh ke arah Linda yang wajahnya sudah merah padam. Dia baru menyadari sejak tadi duduk melamun di waktu jam dinas.

“Melamun dari tadi! Apa yang kamu pikirkan?!” tanya Bu Linda sinis. “Cuci muka dulu sana!” perintah Bu Linda.

Alia segera meminta maaf dan keluar menuju toilet. Astaga. Baru pertama kali ini pikiran Alia selalu tertuju pada Fahmi. Ini sangat menggangu pekerjaannya, membuat Alia tak fokus sama sekali.

Wanita itu menatap wajahnya di pantulan cermin wastafel. Ditambah lagi semalam menunggu Fahmi pulang hingga larut malam, sehingga jam tidurnya berkurang. Kepala Alia pening, tiba-tiba Alia mencoba menghubungi Fahmi.

Panggilan pertama sama sekali tidak diangkat, dan panggilan kedua barulah ada jawaban dari Fahmi.

Hallo, Mas,” sapa Alia. “Aku ganggu enggak?”

“Iya, La. Ada apa?”

Hening sesaat. “Nanti malam mau aku masakin apa?” Pertanyaan itu tiba-tiba saja terucap dari bibir Alia. “Mas pulang jam berapa? Biar nanti Aku masakin,” imbuhnya.

“Terserah kamu saja. Mungkin aku pulang jam tujuh.”

Bukan itu jawaban yang Alia harapkan. Huh. Alia sudah cukup bingung memasak makanan apa agar di makan oleh Fahmi, pagi tadi masakannya sama sekali tidak di makan.

“Aku masakin ayam asam manis, tumis kangkung, dan ayam geprek sambal matah, ya.”

“Iya.”

Tut. Sambungan terputus. Alia menghela napas. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin menjadi istri yang baik bagi Fahmi, namun perlakuan yang didapatkan tidak mengenakan hati. Alia kembali menghampiri Linda.

“Ada yang bisa aku bantu, Bu?” tanya Alia.

“Kamu ambil buku keperawatan neonatus dan anak di perpustakaan rumah sakit. Minggu depan ada kegiatan pelatihan atau bisa disebut workshop. Kamu bawa bukunya ke ruang Perinatologi, ya.”

Alia mengangguk mengerti. Dia segera berjalan ke perpustakaan rumah sakit. Setelah sampai di sana, Alia mengambil beberapa buku, dan salah satu buku berada di rak paling atas. Alia berkali-kali mencoba mengambil dengan cara berjinjit, tapi tangannya tak sampai.

“Perlu bantuan?” tawar suara laki-laki yang sangat Alia kenal.

Siapa lagi kalau bukan Abian. Dokter umum yang menangani pasien di bangsal. Tangan besar lelaki itu sudah mengambil buku di rak tinggi itu sebelum Alia menjawab.

“Terima kasih.”

Alia tersenyum kaku. Beberapa hari ini memang Alia terus menghindari Abian, sejak mendengar pengakuan yang tak terduga darinya, bahwa dokter itu menyukai Alia sudah cukup lama. Alia tentu saja merasa shock, dan tak percaya.

“Sama-sama,” balas Abian. “Disuruh Bu Linda, ya?”

“Iya. Aku duluan, ya,” pamit Alia.

Buru-buru Alia melangkahkan kaki, dia ingin segera pergi dari sana.

“La, tunggu!”

Abian mengejar langkah Alia.

Langkah Alia berhenti. Matanya memejam beberapa detik, dan membatin pertanyaan, “Ada apa lagi, sih?”

Alia memutarkan badannya. “Ya, Abian? Ada apa?” tanya Alia merasa canggung.

“Aku bantu bawa bukunya, kebetulan jalan kita searah,” jawabnya.

Alia menggeleng. “Eh, e-en-enggak usah,” tolak Alia terbata-bata. Sejujurnya Alia merasa tidak enak hati dengan Abian. Alia tahu, mencintai dalam diam itu sangat menyakitkan. Naasnya pertanyaan cinta Abian datang terlambat, sebab Alia sudah menjadi milik orang lain.

“Jangan menolak!” tegas Abian. “Aku niatnya baik lho, La.” Tanpa persetujuan dari Alia, Abian mengambil alih setumpuk buku dari tangan Alia. “Biar aku saja yang bawa.”

“Jangan semuanya.”

Alia pasrah dibantu oleh Abian.

“Siap, boss!

Alia melihat ekspresi Abian. Sangat tulus dan apa adanya. Wanita itu berpikir, apakah Abian sama sekali tidak kecewa? Apakah Abian mempunyai niat untuk mendekati Alia, menjadi orang ketiga, dan merebut Alia dari Fahmi?

Astaga Alia jangan berpikir buruk pada Abian.

Mereka berjalan beriringan sambil memegang buku masing-masing. Selama perjalanan tidak ada pembicaraan, Alia sibuk melihat keadaan sekitar yang dilewati, sedangkan Abian hanya menatap lurus. Alia dikuasai rasa canggung ditambah takut memulai pembicaraan.

“Bagaimana suasana keluarga kamu?”

Dheg!

Alia cukup terkejut dengan pertanyaan itu.

“Maksudnya?”

“Hubungan dengan suamimu. Apakah kalian baik-baik saja?”

Pertanyaan apa itu?

Ah, rasanya Alia ingin menjerit meluapkan apa yang selama ini dirasakan. Baik-baik saja? Tidak! Alia sudah cukup muak. Pengakuan dari Fahmi. Fakta teramat jelas bahwa suaminya telah berselingkuh.

"Tentu saja, kami baik-baik saja,” bohong Alia, karena nyatanya hubungan mereka tidak berjalan dengan mulus.

“Kamu bahagia?” tanya Abian lagi.

Lagi-lagi pertanyaan itu membuat Alia terkejut. Hatinya seperti simbol luka yang ditaburi garam. Bahagia? Tidak lagi. Memangnya ada wanita yang bahagia ketika sang suami mengakui pernah berselingkuh?

“Bahagia kok.”

“Bohong!” tuding Abian.

Alia melirik ke arah Abian. “A-aku berkata apa adanya, Abian,” jawab Alia dengan nada bergetar.

Tiba-tiba Abian menghentikan langkahnya, Alia sama-sama berhenti. Abian menatap Alia secara intens.

“Jangan menipuku. Aku tau, akhir-akhir ini kamu banyak melamun dan pasti ada sesuatu yang terjadi,” terka Abian.

Alia sudah tak kuat mendengarkan perkataan dari Abian, tangannya terulur mengambil alih buku yang Adian pegang. Lagi pula ruang Perinatologi beberapa langkah lagi sampai.

Thanks, ya. Udah bantuin membawa buku,” ujar Alia.

Alia terburu-buru pergi tanpa menunggu balasan dari Abian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yung
jngn bertahan dengan luka yg pahmi toreh alia berteman dengan abian dulu untuk memancing kesetiaan pahmi kita lihat reaksi pahmi kayak apa,lanjut pepet abian dulu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kamu Menidurinya?   140. —THE END — S 2

    Para tamu bertanya-tanya termasuk Misella ikut terheran. Sontak Abian dan Alia menutup mulut tak percaya. Dikejutkan dengan kehadiran kedua orang tua Abian yang tiba-tiba datang bergabung di acara tersebut. Tak disangka-sangka mendapat surprise dari keluarga Abian. Ayah Mario, Ibu Caroline, Kak Amber dan juga Xylia si gadis kecil bule dengan rambut pirangnya."Sepertinya mereka dari keluarga terpandang," batin Misella menebak.Amber melambaikan tangan pada Abian dengan semangat sekali dan senyum lebarnya. Keluarga Abian pun semakin mendekat. Hati Alia terenyuh dengan kedatangan mereka. Alia pikir, keluarga Abian sangat mustahil untuk menginjak kaki di Jakarta. Sebab mereka lebih menyukai berada di Bali ketimbang di Jakarta, seperti pertama kali Abian memperkenalkan Alia pada keluarganya di Bali. "Siapa mereka?" ucap Papa Alia kebingungan."Mereka Keluarga saya, Pa. Ibu, ayah, dan kakakku dari Amerika," jawab Abian cepat. "Saya kira tidak akan datang."Tiffany melongo, begitu juga den

  • Kamu Menidurinya?   139. Sembilan Bulan Kemudian — S 2

    Sembilan bulan kemudian .... Setelah kejadian mengerikan di Belleza, rencana Robert berhasil total dan kematian Fahmi tidak membuat orang menaruh kecurigaan. Itulah gelapnya tinggal di hunian modern itu. Siapapun yang mempunyai uang, dia akan berkuasa. Pada dasarnya uang segalanya, termasuk uang membuat orang lain tutup mulut.Di hunian elit, Belleza unit 002 milik keluarga Robert.Keluarga Robert hidup jauh lebih bahagia daripada tahun kemarin. Kini Kayla sudah bisa berbicara walaupun belum amat jelas. Tingkah lucu dan nada bicara cadel Kayla sangat menghibur mereka. Apalagi Kayla cukup tanggap, pasti tumbuh besar menjadi anak pintar. "Kayla sayang ...!" Tiffany berteriak, melambaikan tangannya dengan senyum lebarnya. Saking kangennya dengan cucunya. "Nenek datang!"Kayla baru turun dari tangga dituntun oleh Misella. Misella langsung berkata, "Hayo, siapa yang datang itu, Kay?" nunjuknya ke arah pintu.Awalnya Kayla sempat bingung, tapi langsung sadar. Tubuh mungil itu berlari untuk

  • Kamu Menidurinya?   138. Menjadi Pembunuh — S 2

    Deg."APA KATAMU?!" Robert sangat terkejut. Berdiri dengan sorot mata tidak percaya. "Putriku tidak mungkin melakukan itu!"Bella terkaget-kaget. Tiffany yang baru sadar dari pingsan, syok kembali. Membekap mulutnya tidak menyangka. "T-tidak! Putriku bukan anak pembunuh!" Geleng-geleng kepala. "Pasti ada kesalahpahaman. Iya, kan?!""Maaf ... Saya melihat dengan kepala saya sendiri! Bahwa Putri Anda yang mendorong Fahmi!" tegas pengawal itu meyakinkan. "Harus ke atas sekarang kalau tidak percaya."Mereka langsung berlari-lari naik tangga menuju kamar Kayla. Mulut mereka terbuka lebar saat melihat jendela kaca telah hancur. Mata masing-masing menangkap punggung Misella, berdiri di antara serpihan kaca berserakan di lantai. Tidak ada yang memperdulikan betapa cantiknya warna kembang api di menyala-nyala.Robert membalikkan badan Misella. "Apa yang sebenarnya terjadi?!" tanya Robert butuh penjelasan. "Kenapa begitu berantakan di sini?!" tambah Robert.Kesadaran Misella kembali saat kedat

  • Kamu Menidurinya?   137. Terjatuh dari Penthouse — S 2

    "T-tapi Tuan ...." "Tidak ada tapi tapi!" Robert masih punya secuil rasa kasihan setelah melihat Fahmi begitu mengenaskan. "Beri waktu dua menit dan awasi dia jangan sampai menyentuh sedikitpun cucu saya! Kalau cucu saya sedang tidur, jangan sampai lelaki itu membangunkan!""Baik Tuan." Body guard menurut, mereka pun menghampiri Fahmi. "Hei! Ayo jalan!" perintahnya karena Fahmi hanya diam tak bergerak. "Cepat jalan! Sebelum Tuan Robert berubah pikiran!"Fahmi pun berjalan pincang naik ke arah tangga dikawal ketat. Meninggalkan Robert di bawah bersama putri pertama. Bella dengan penuh amarah menghampiri Robert yang melamun dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam kantong celana."Papa!" teriak Bella. "Papa yang benar saja membiarkan lelaki bajingan itu menemui Kayla?! Di atas juga ada Sella!" Marah Bella, geleng-geleng kepala kenapa Papanya berbuat demikian.Robert menatap putri pertamanya. "Sudah. Kamu jangan marah begitu," tanggap Robert

  • Kamu Menidurinya?   136. Menghajar habis-habisan — S 2

    Robert kembali ke apartemen karena baru selesai menyelesaikan beberapa pekerjaan mendadak di hari tersebut. Awalnya Robert ingin menikmati waktu malam tahun baru bersama sang istrinya, alhasil gagal. Saat pulang lelaki tua geram setelah mendapatkan pesan dari putrinya. "Dia datang sendirian?" tanya Robert pada dua body guard itu.Salah satu body guard menjawab, "Sepertinya sendiri, Tuan. Saya mendapat notif panggilan banyak sekali dari putri dan istri Anda.""Kenapa dia ada di sini?" Napas Robert terdengar berat. Sangat heran sekali. "Apa tidak punya harga diri?" sinisnya mengingat wajah Fahmi yang begitu memuakkan."Mungkin dia lapar," tebak body guard setengah bercanda."Dia lapar pada hari ini?" Satu alis Robert naik."Kan Tuan yang membuatnya miskin tak punya apa-apa. Jadi, dia berusaha mendatangi keluarga Tuan agar mendapat belas kasih," jelas body guard itu."Ah, iya. Kalau begitu kita harus cepat!"Dua b

  • Kamu Menidurinya?   135. Dendam. Benci. Marah. — S 2

    Jantung Misella terasa dihantam batu. Selama ini tidak pernah mengizinkan Fahmi melihat wajah putrinya. Batinnya pedih mendengar permintaan Fahmi, Misella merasa menjadi Ibu yang jahat. Sorot mata Fahmi hampir membuat pertahanan Misella goyah, rasa kasihan segera ditepis jauh-jauh.“Dia hanya mantan suami yang tidak tahu diri!” batinnya memperingatkan."Jangan mimpi. Jangankan Sella sebagai ibu! Aku saja tak akan membiarkanmu bertemu Kayla," sinis Bella. "Pergilah dari sini!" Bella menarik paksa tangan Misella, cepat-cepat memencet sandi pintu.Misella menoleh ke belakang, terperangah Fahmi semakin mendekat. Hah?! secepat itu? "Kak! Ayo cepat!" Menarik-narik dress Bella dengan panik."Sabar dong, Sel. Tangan Kakak jadi tremor ini," balasnya bersamaan bunyi pintu apartemen terbuka.Keduanya bergerak cepat masuk ke dalam saat pintu akan tertutup sempurna, tangan Fahmi menerobos pintu tak peduli akan terjepit. Misella dan Bella langsung mendorong sekuat tenaga agar pintu tertutup."Hanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status