Home / Rumah Tangga / Kamu Menidurinya? / 9. Nomor Misterius

Share

9. Nomor Misterius

Author: Lusia
last update Last Updated: 2022-04-06 19:00:00

“KAMU TULI?! AKU BILANG. AKU TIDAK LAPAR, ALIA!!!” bentak Fahmi dengan nada tinggi. Kedua bola mata menatap tajam ke Alia.

DEG!

Jantung Alia berdetak hebat. Dia tersentak kaget. Matanya sama sekali tidak berkedip. Pagi-pagi Alia sudah mendapatkan bentakan dari sang suami.

“Kenapa kamu jadi membentakku?!” Alia tidak terima dibentak olehnya. “Memangnya aku salah menyuruhmu untuk sarapan?! Aku istrimu, Mas! Kalau kamu tidak mau sarapan, it's okay. Tidak perlu membentak segala!” cerocos Alia.

Fahmi mengacak rambutnya hingga berantakan, kepalanya pening pagi-pagi sudah ribut dengan istrinya. Sadar telah membentak Alia dengan suara keras. Ada rasa penyesalahan sedikit telah membentak Alia. Fahmi tahu Alia type wanita yang tidak suka dibentak. 

“Maaf telah membentakmu,” sesal Fahmi. “Sudahlah aku berangkat sekarang,” pamitnya. 

Lelaki itu langsung meninggalkan Alia tanpa mencium keningnya seperti dulu lagi. Padahal tadi Alia akan mendekati Fahmi untuk menyalaminya, tapi Fahmi menghiraukan itu.

Dada Alia terasa ditekan hebat. Mendadak bad mood.

Sampai kapan terus begini? Baru pertama kali Fahmi membentak dirinya. Sudah berapa kali Fahmi tidak makan masakannya?

Apakah Alia sanggup di sampingnya?

“Lupakan masalah pagi ini,” gumam Alia.

Alia harus bergegas berangkat kerja. Dia sudah tidak napsu sarapan. Nasi goreng buatannya tergeletak di atas meja tanpa ada yang menyentuh.

Ya. Masakan Alia akan terbuang sia-sia lagi.

*** 

“Ke kantin yuk!” ajak  Ayora.

Wanita itu sahabat Alia semenjak Alia bekerja di rumah sakit itu. Dia seorang perawat seperti Alia—perinatologi—pelayanan khusus bagi bayi baru lahir.

“Kamu belum sarapan, kan?” tebaknya.

Alia menggeleng pelan. Pikirannya kacau, mood-nya buruk. Cara Fahmi membentak dirinya masih berputar-putar di kepala, Alia masih mengingat hal itu.

“Gofood aja, Ra. Ada diskon gede soalnya,” usul Alia. 

Alia tidak bersemangat hari ini, jadi malas gerak untuk pergi ke kantin.

“Ya udah kamu pesan makanan di gofood, tapi kamu harus nemenin aku ke kantin, ya!” Ayora bersemangat.

“Ah, nggak mau,” tolak Alia.

Ayora cemberut. “Kenapa?” tanyanya dengan ekspresi kesal. “Tumben nggak mau ke kantin. Awas aja kalau besok-besok kamu minta ditemenin,” dengusnya bak anak kecil yang tidak diperbolehkan membeli mainan.

Alia tertawa.

Sifat sahabatnya memang kekanak-kanakan, tapi dia selalu ada di saat Alia sedih, banyak masalah, dan selalu memberi semangat apa yang terjadi pada Alia. Ayora selalu memberikan bahunya untuk bersandar. Jaman sekarang mencari teman yang tulus susah sekali, beruntung Ayora selalu ada untuknya. 

“Aku lagi malas buat ke kantin, Ra.” Suara Alia terdengar lemas.

“Malas ketemu Abian juga?” Satu alis Ayora terangkat, menggoda Alia.

Ah, lelaki itu! Seketika Alia ingat kejadian bersama Abian.

Refleks Alia meninju bahu sahabtnya. “Apaan sih kamu!”

Ayora nyengir tanpa dosa. “Lagian Abian baik kok. Kenapa kamu menghindarinya?”

Alia tidak mengerti pemikiran sahabatnya itu. Abian baik? Haha. Cukup Alia yang tahu sifat dan sikap buruknya Abian.

“Seberapa keras aku menghindarinya, tetap saja aku bertemu dengan Abian.” 

Fakta! Buktinya kejadian kemarin sore, Alia tidak sengaja bertemu Abian.

***

Kling! 

Pesan masuk terdengar dari aplikasi chat. Dahinya berkerut, tak mengenali nomor masuk dan Alia sadar nomor itu telah menghubunginya beberapa hari yang lalu. Beberapa detik Alia membanting gusar ponselnya ke meja setelah melihat isi chat tersebut.

Ekspresi berubah dalam hitungan detik, Alia menggertakkan giginya, dan hatinya mulai panas ditambah keringat dingin mulai bercucuran. 

Lagi dan lagi Alia dibuat penasaran.

Sebenarnya siapa nomor misterius itu?

Berani sekali mengirimkan foto Fahmi sedang bermesraan bersama wanita berjas putih bersih, walaupun di foto tersebut tak nampak wajah suaminya seperti biasa foto diambil secara diam-diam. Alia tahu persis perawakan lelaki tinggi itu adalah benar-benar suaminya.

Alia menggigit kukunya untuk berusaha tenang. Ingat! Sekarang sedang di jam dinas. Jangan sampai menggerutu tentang masalah pribadi saat di tempat kerja.

Sesekali matanya melirik ponsel tergeletak agak jauh dari posisinya, layar ponsel masih menyala menampakkan foto itu.

SIAL!

Alia tidak tahan lagi dan sudah muak. Alia semakin percaya bahwa Fahmi benar-benar berselingkuh dengan salah satu dokter di rumah sakit Havanna. 

Jari-jari Alia mendadak kaku. Rasanya berat. Dia sudah hancur berkeping-keping. Bingung apa yang harus dilakukan. 

“Bagaimana aku harus menghadapi masalah ini? Aku lelah. Aku muak!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
lavalette
Abian pengganti Fahmi nnti ...
goodnovel comment avatar
lavalette
iya dong. bikin emosi...
goodnovel comment avatar
Tita Basar
kayanya seru nih ceritanya soalnya melibatkan amarah si pembaca
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kamu Menidurinya?   140. —THE END — S 2

    Para tamu bertanya-tanya termasuk Misella ikut terheran. Sontak Abian dan Alia menutup mulut tak percaya. Dikejutkan dengan kehadiran kedua orang tua Abian yang tiba-tiba datang bergabung di acara tersebut. Tak disangka-sangka mendapat surprise dari keluarga Abian. Ayah Mario, Ibu Caroline, Kak Amber dan juga Xylia si gadis kecil bule dengan rambut pirangnya."Sepertinya mereka dari keluarga terpandang," batin Misella menebak.Amber melambaikan tangan pada Abian dengan semangat sekali dan senyum lebarnya. Keluarga Abian pun semakin mendekat. Hati Alia terenyuh dengan kedatangan mereka. Alia pikir, keluarga Abian sangat mustahil untuk menginjak kaki di Jakarta. Sebab mereka lebih menyukai berada di Bali ketimbang di Jakarta, seperti pertama kali Abian memperkenalkan Alia pada keluarganya di Bali. "Siapa mereka?" ucap Papa Alia kebingungan."Mereka Keluarga saya, Pa. Ibu, ayah, dan kakakku dari Amerika," jawab Abian cepat. "Saya kira tidak akan datang."Tiffany melongo, begitu juga den

  • Kamu Menidurinya?   139. Sembilan Bulan Kemudian — S 2

    Sembilan bulan kemudian .... Setelah kejadian mengerikan di Belleza, rencana Robert berhasil total dan kematian Fahmi tidak membuat orang menaruh kecurigaan. Itulah gelapnya tinggal di hunian modern itu. Siapapun yang mempunyai uang, dia akan berkuasa. Pada dasarnya uang segalanya, termasuk uang membuat orang lain tutup mulut.Di hunian elit, Belleza unit 002 milik keluarga Robert.Keluarga Robert hidup jauh lebih bahagia daripada tahun kemarin. Kini Kayla sudah bisa berbicara walaupun belum amat jelas. Tingkah lucu dan nada bicara cadel Kayla sangat menghibur mereka. Apalagi Kayla cukup tanggap, pasti tumbuh besar menjadi anak pintar. "Kayla sayang ...!" Tiffany berteriak, melambaikan tangannya dengan senyum lebarnya. Saking kangennya dengan cucunya. "Nenek datang!"Kayla baru turun dari tangga dituntun oleh Misella. Misella langsung berkata, "Hayo, siapa yang datang itu, Kay?" nunjuknya ke arah pintu.Awalnya Kayla sempat bingung, tapi langsung sadar. Tubuh mungil itu berlari untuk

  • Kamu Menidurinya?   138. Menjadi Pembunuh — S 2

    Deg."APA KATAMU?!" Robert sangat terkejut. Berdiri dengan sorot mata tidak percaya. "Putriku tidak mungkin melakukan itu!"Bella terkaget-kaget. Tiffany yang baru sadar dari pingsan, syok kembali. Membekap mulutnya tidak menyangka. "T-tidak! Putriku bukan anak pembunuh!" Geleng-geleng kepala. "Pasti ada kesalahpahaman. Iya, kan?!""Maaf ... Saya melihat dengan kepala saya sendiri! Bahwa Putri Anda yang mendorong Fahmi!" tegas pengawal itu meyakinkan. "Harus ke atas sekarang kalau tidak percaya."Mereka langsung berlari-lari naik tangga menuju kamar Kayla. Mulut mereka terbuka lebar saat melihat jendela kaca telah hancur. Mata masing-masing menangkap punggung Misella, berdiri di antara serpihan kaca berserakan di lantai. Tidak ada yang memperdulikan betapa cantiknya warna kembang api di menyala-nyala.Robert membalikkan badan Misella. "Apa yang sebenarnya terjadi?!" tanya Robert butuh penjelasan. "Kenapa begitu berantakan di sini?!" tambah Robert.Kesadaran Misella kembali saat kedat

  • Kamu Menidurinya?   137. Terjatuh dari Penthouse — S 2

    "T-tapi Tuan ...." "Tidak ada tapi tapi!" Robert masih punya secuil rasa kasihan setelah melihat Fahmi begitu mengenaskan. "Beri waktu dua menit dan awasi dia jangan sampai menyentuh sedikitpun cucu saya! Kalau cucu saya sedang tidur, jangan sampai lelaki itu membangunkan!""Baik Tuan." Body guard menurut, mereka pun menghampiri Fahmi. "Hei! Ayo jalan!" perintahnya karena Fahmi hanya diam tak bergerak. "Cepat jalan! Sebelum Tuan Robert berubah pikiran!"Fahmi pun berjalan pincang naik ke arah tangga dikawal ketat. Meninggalkan Robert di bawah bersama putri pertama. Bella dengan penuh amarah menghampiri Robert yang melamun dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam kantong celana."Papa!" teriak Bella. "Papa yang benar saja membiarkan lelaki bajingan itu menemui Kayla?! Di atas juga ada Sella!" Marah Bella, geleng-geleng kepala kenapa Papanya berbuat demikian.Robert menatap putri pertamanya. "Sudah. Kamu jangan marah begitu," tanggap Robert

  • Kamu Menidurinya?   136. Menghajar habis-habisan — S 2

    Robert kembali ke apartemen karena baru selesai menyelesaikan beberapa pekerjaan mendadak di hari tersebut. Awalnya Robert ingin menikmati waktu malam tahun baru bersama sang istrinya, alhasil gagal. Saat pulang lelaki tua geram setelah mendapatkan pesan dari putrinya. "Dia datang sendirian?" tanya Robert pada dua body guard itu.Salah satu body guard menjawab, "Sepertinya sendiri, Tuan. Saya mendapat notif panggilan banyak sekali dari putri dan istri Anda.""Kenapa dia ada di sini?" Napas Robert terdengar berat. Sangat heran sekali. "Apa tidak punya harga diri?" sinisnya mengingat wajah Fahmi yang begitu memuakkan."Mungkin dia lapar," tebak body guard setengah bercanda."Dia lapar pada hari ini?" Satu alis Robert naik."Kan Tuan yang membuatnya miskin tak punya apa-apa. Jadi, dia berusaha mendatangi keluarga Tuan agar mendapat belas kasih," jelas body guard itu."Ah, iya. Kalau begitu kita harus cepat!"Dua b

  • Kamu Menidurinya?   135. Dendam. Benci. Marah. — S 2

    Jantung Misella terasa dihantam batu. Selama ini tidak pernah mengizinkan Fahmi melihat wajah putrinya. Batinnya pedih mendengar permintaan Fahmi, Misella merasa menjadi Ibu yang jahat. Sorot mata Fahmi hampir membuat pertahanan Misella goyah, rasa kasihan segera ditepis jauh-jauh.“Dia hanya mantan suami yang tidak tahu diri!” batinnya memperingatkan."Jangan mimpi. Jangankan Sella sebagai ibu! Aku saja tak akan membiarkanmu bertemu Kayla," sinis Bella. "Pergilah dari sini!" Bella menarik paksa tangan Misella, cepat-cepat memencet sandi pintu.Misella menoleh ke belakang, terperangah Fahmi semakin mendekat. Hah?! secepat itu? "Kak! Ayo cepat!" Menarik-narik dress Bella dengan panik."Sabar dong, Sel. Tangan Kakak jadi tremor ini," balasnya bersamaan bunyi pintu apartemen terbuka.Keduanya bergerak cepat masuk ke dalam saat pintu akan tertutup sempurna, tangan Fahmi menerobos pintu tak peduli akan terjepit. Misella dan Bella langsung mendorong sekuat tenaga agar pintu tertutup."Hanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status