Share

9. Nomor Misterius

“KAMU TULI?! AKU BILANG. AKU TIDAK LAPAR, ALIA!!!” bentak Fahmi dengan nada tinggi. Kedua bola mata menatap tajam ke Alia.

DEG!

Jantung Alia berdetak hebat. Dia tersentak kaget. Matanya sama sekali tidak berkedip. Pagi-pagi Alia sudah mendapatkan bentakan dari sang suami.

“Kenapa kamu jadi membentakku?!” Alia tidak terima dibentak olehnya. “Memangnya aku salah menyuruhmu untuk sarapan?! Aku istrimu, Mas! Kalau kamu tidak mau sarapan, it's okay. Tidak perlu membentak segala!” cerocos Alia.

Fahmi mengacak rambutnya hingga berantakan, kepalanya pening pagi-pagi sudah ribut dengan istrinya. Sadar telah membentak Alia dengan suara keras. Ada rasa penyesalahan sedikit telah membentak Alia. Fahmi tahu Alia type wanita yang tidak suka dibentak. 

“Maaf telah membentakmu,” sesal Fahmi. “Sudahlah aku berangkat sekarang,” pamitnya. 

Lelaki itu langsung meninggalkan Alia tanpa mencium keningnya seperti dulu lagi. Padahal tadi Alia akan mendekati Fahmi untuk menyalaminya, tapi Fahmi menghiraukan itu.

Dada Alia terasa ditekan hebat. Mendadak bad mood.

Sampai kapan terus begini? Baru pertama kali Fahmi membentak dirinya. Sudah berapa kali Fahmi tidak makan masakannya?

Apakah Alia sanggup di sampingnya?

“Lupakan masalah pagi ini,” gumam Alia.

Alia harus bergegas berangkat kerja. Dia sudah tidak napsu sarapan. Nasi goreng buatannya tergeletak di atas meja tanpa ada yang menyentuh.

Ya. Masakan Alia akan terbuang sia-sia lagi.

*** 

“Ke kantin yuk!” ajak  Ayora.

Wanita itu sahabat Alia semenjak Alia bekerja di rumah sakit itu. Dia seorang perawat seperti Alia—perinatologi—pelayanan khusus bagi bayi baru lahir.

“Kamu belum sarapan, kan?” tebaknya.

Alia menggeleng pelan. Pikirannya kacau, mood-nya buruk. Cara Fahmi membentak dirinya masih berputar-putar di kepala, Alia masih mengingat hal itu.

“Gofood aja, Ra. Ada diskon gede soalnya,” usul Alia. 

Alia tidak bersemangat hari ini, jadi malas gerak untuk pergi ke kantin.

“Ya udah kamu pesan makanan di gofood, tapi kamu harus nemenin aku ke kantin, ya!” Ayora bersemangat.

“Ah, nggak mau,” tolak Alia.

Ayora cemberut. “Kenapa?” tanyanya dengan ekspresi kesal. “Tumben nggak mau ke kantin. Awas aja kalau besok-besok kamu minta ditemenin,” dengusnya bak anak kecil yang tidak diperbolehkan membeli mainan.

Alia tertawa.

Sifat sahabatnya memang kekanak-kanakan, tapi dia selalu ada di saat Alia sedih, banyak masalah, dan selalu memberi semangat apa yang terjadi pada Alia. Ayora selalu memberikan bahunya untuk bersandar. Jaman sekarang mencari teman yang tulus susah sekali, beruntung Ayora selalu ada untuknya. 

“Aku lagi malas buat ke kantin, Ra.” Suara Alia terdengar lemas.

“Malas ketemu Abian juga?” Satu alis Ayora terangkat, menggoda Alia.

Ah, lelaki itu! Seketika Alia ingat kejadian bersama Abian.

Refleks Alia meninju bahu sahabtnya. “Apaan sih kamu!”

Ayora nyengir tanpa dosa. “Lagian Abian baik kok. Kenapa kamu menghindarinya?”

Alia tidak mengerti pemikiran sahabatnya itu. Abian baik? Haha. Cukup Alia yang tahu sifat dan sikap buruknya Abian.

“Seberapa keras aku menghindarinya, tetap saja aku bertemu dengan Abian.” 

Fakta! Buktinya kejadian kemarin sore, Alia tidak sengaja bertemu Abian.

***

Kling! 

Pesan masuk terdengar dari aplikasi chat. Dahinya berkerut, tak mengenali nomor masuk dan Alia sadar nomor itu telah menghubunginya beberapa hari yang lalu. Beberapa detik Alia membanting gusar ponselnya ke meja setelah melihat isi chat tersebut.

Ekspresi berubah dalam hitungan detik, Alia menggertakkan giginya, dan hatinya mulai panas ditambah keringat dingin mulai bercucuran. 

Lagi dan lagi Alia dibuat penasaran.

Sebenarnya siapa nomor misterius itu?

Berani sekali mengirimkan foto Fahmi sedang bermesraan bersama wanita berjas putih bersih, walaupun di foto tersebut tak nampak wajah suaminya seperti biasa foto diambil secara diam-diam. Alia tahu persis perawakan lelaki tinggi itu adalah benar-benar suaminya.

Alia menggigit kukunya untuk berusaha tenang. Ingat! Sekarang sedang di jam dinas. Jangan sampai menggerutu tentang masalah pribadi saat di tempat kerja.

Sesekali matanya melirik ponsel tergeletak agak jauh dari posisinya, layar ponsel masih menyala menampakkan foto itu.

SIAL!

Alia tidak tahan lagi dan sudah muak. Alia semakin percaya bahwa Fahmi benar-benar berselingkuh dengan salah satu dokter di rumah sakit Havanna. 

Jari-jari Alia mendadak kaku. Rasanya berat. Dia sudah hancur berkeping-keping. Bingung apa yang harus dilakukan. 

“Bagaimana aku harus menghadapi masalah ini? Aku lelah. Aku muak!”

Komen (4)
goodnovel comment avatar
lavalette
Abian pengganti Fahmi nnti ...
goodnovel comment avatar
lavalette
iya dong. bikin emosi...
goodnovel comment avatar
Tita Basar
kayanya seru nih ceritanya soalnya melibatkan amarah si pembaca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status