"Aku gak tahan lihat Fara, tubuhnya menggoda!" ucap Andre jujur.
Saat mendengar pengakuan adik iparnya, dada Dika bergemuruh. Ia tak bisa menahan amarahnya pada lelaki yang mengaku tergoda oleh kecantikan dan juga kemolekan tubuh istrinya.
Jika sekali lagi Andre memberikan shock terapi, bisa-bisa Risa tak sadarkan diri.
"Kamu mau berubah, enggak?" tanya Lina tegas.
Andre mengangguk. "Aku minta maaf, Kak," ujar Andre pada Lina.
"Bukan ke saya, tapi ke Fara, Dika, sama Rita," ucap Lina, terlihat sekali ia ingin menyatukan keluarga adiknya. Sebagai anak tertua, ia mempunyai tanggung jawab menjaga kerukunan keluarga besarnya.
Andre menatap Fara, kakinya mulai bergerak maju mendekati Fara. Namun, belum sampai ia ke hadapan Fara, Dika menghadangnya. "Gak usah deket-deket sama Fara!" seru Dika.
"Aku minta maaf, Kak," ujar Andre pada Fara tanpa berjabat tangan.
Tak ada kata yang terucap. Hening. Hanya isak tangis Rita yang terd
[Kalo kamu lagi sedih, hubungi aku aja.] Senyum Fara mengembang membaca balasan pesan yang kesekian dari Yuda. Hatinya yang hampir beku, seketika menghangat. Yuda bagai mood booster bagi Fara untuk saat ini. Ketika malam menyapa, Dika yang baru saja sampai di rumah, disuguhkan dengan pemandangan yang sangat indah. Istri dan anaknya yang sedang terlelap adalah lukisan yang paling indah yang Tuhan ciptakan untuknya. Fara terjaga ketika mendengar suara lemari terbuka. Didapatinya sang suami sedang berganti baju usai membersihkan diri. Fara terperanjat, dan segera bangun untuk membuatkan segelas kopi hitam panas. "Maaf, Ibu ketiduran," ucap Fara meletakkan gelas di atas karpet, kemudian duduk di sebelah Dika. Dika yang sedang meluruskan pinggangnya bangun. Ia terpana melihat Fara yang menurutnya begitu menarik malam ini. "Ayah juga lupa bilang, kalo hari ini lembur," sahut Dika menyesap kopinya, sambil matanya menatap Fara. Dika berfikir j
Bagai disambar petir, Fara yang tengah memegang panci dan menuang air panas ke dalam gelas untuk menyeduh kopi pun terkejut saat mendengar permintaan sang suami, hingga air dalam panci yang sedang ia tuang tumpah."Kamu kenapa, Bu?" tanya Dika ketika ia melihat air dalam panci itu tumpah."Gak kenapa-kenapa, kok, Yah," sahut Fara sambil meringis, karena terkena cipratan air panas."Ibu ...," teriak Reza membuat Fara tersadar."Iya, Ibu di dapur, Nak!" sahut Fara sambil mengaduk kopi hitam Dika. "Ibu ke depan dulu, ya, Yah," pamitnya tergesa pada sang suami.Fara bisa bernafas lega karena kali ini bisa menghindar dari Dika. Dika hanya memperhatikan Fara dari belakang sambil menyesap kopinya. "Ada yang perlu diselidiki, nih!" gumam Dika."Bu, lihat nih, Eza dikasi makanan banyak banget sama Tante Cacha!" seru Reza kegirangan."Banyak amat belanjanya, Sa?" tanya Fara memindai dua kantong plastik besar bertuliskan minimarket berlogo lebah
"Dari kapan, sih, HP Ibu dikunci segala?" tanya Dika mendapati ekspresi Fara yang berubah."Gak usah dikuncilah Bu, HP-nya. Biar kalo Ayah butuh tuh gampang," lanjutnya.Fara yang tengah membuat nasi goreng menghentikan aktifitasnya dan mendengarkan penuturan sang suami. Fara hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dika yang melihat istrinya terpaku, hanya mendesah dan berlalu ke kamar mandi."Ayah buka-buka HP Ibu?" ketus Fara tak senang, saat Dika berjalan melewatinya."Iya," jawab Dika dengan entengnya sambil menyilangkan tangan di dadanya.Tatapan tak suka jelas tersirat di wajah cantik Fara yang tanpa polesan make up. "Biasanya juga Ayah gak suka buka-buka HP Ibu, kok!" ujar Fara menyelidik.Dika tampak gugup, tetapi sebisa mungkin ia menutupi kegugupannya itu. "Mau minta hotspot," singkat Dika.Fara melanjutkan kembali acara memasaknya. "Baru sekarang Ibu denger Ayah gak punya kuota, aneh! Biasanya juga sebelum kuota a
Betapa terkejutnya Dika, ternyata nomor tak dikenal itu sering menghubungi Fara. "Banyak juga percakapan mereka. Aku harus cari tahu siapa si anonim itu!" geram Dika sambil mengepalkan tangan.Tak hanya aplikasi berlogo telepon, Dika juga mengecek aplikasi berwarna biru. Ternyata percakapan mereka berawal dari sana. Tak mau kecolongan, Dika segera men-stalking akun yang bernama Yuda Hermawan tersebut. Dika baru mengetahui ternyata Yuda adalah teman Fara semasa sekolah dahulu."Hhmm ... pinter banget nyembunyiinnya, Bu," gumam Dika yang masih mencari info seputar kedekatan istrinya dengan temannya itu.Dika segera mengirimi Yuda pesan melalui inbox, agar ia berhenti menghubungi Fara. Setelah memastikan pesan terkirim, Dika menghapusnya kembali. "Yang udah jadi milik aku, gak boleh dimiliki orang lain," lirih Dika kemudian menyimpan kembali ponsel Fara.Beberapa hari setelah Dika mengirimi inbox pada Yuda, Fara terlihat murung. Dika berfikir, mungkin Yuda m
"Kamu ngapain aja sampe gak sempet masak? Padahal udah aku kasih uang buat belanja biar hemat! Kalo beli terus, ya, boros nanti!" Emosi Dika masih bisa dikontrol. "Atau kamu terlalu sibuk balesin pesan sama teleponan? Sama nomor yang sengaja gak kamu kasih nama itu?" tuding Dika yang sukses membuat Fara mati kutu.Segala praduga hadir di pikiran Fara, ia tak menyangka apa yang ia sembunyikan selama ini akan terbongkar secepat ini."Kamu heran kenapa aku bisa tau?" tanya Dika, karena melihat Fara yang tak kunjung menjawab."Jangan bilang Ayah buka-buka HP Ibu?" Fara memastikan."Loh, emangnya kenapa? Salah? Enggak, 'kan? Aku buka HP istri aku sendiri, kok!" jawab Dika pongah.Fara menunduk, susah payah ia menelan salivanya. Ia bingung harus menjawab apa."Buat apa juga kamu chat-an sama dia? Aku tahu, kok, kalo dia juga udah punya anak istri. Kamu jangan jadi pelakor," tuding Dika tajam.Ucapan Dika itu langsung membuat Fara mendongak.
"Satu lagi, Ayah minta Ibu jangan berhubungan lagi sama temen Ibu itu. Kalo masih berhubungan, Ayah gak segan buat kasi tahu keluarganya," ancam Dika yang sukses membuat Fara membeku di tempat.Setelah berbicara seperti itu, Dika segera menghabiskan sarapannya dan berangkat bekerja. Fara mencium punggung tangan suaminya meskipun dalam hatinya sungguh ia merasa enggan.Fara segera membersihkan rumah selepas keberangkatan suaminya. Dimulai dari membereskan bekas makan Dika, sampai merendam pakaian kotor. Fara yang sedang menuangkan detergen liquid ke dalam ember dikejutkan dengan kedatangan Reza."Bu ...," ucapnya sambil mengucek-ngucek matanya."Duuh, Eza bikin Ibu kaget aja," kata Fara. "Eza mau sarapan?" tawarnya.Reza mengangguk kecil mengiyakan tawaran ibunya. Fara tersenyum melihat Reza yang masih sesekali menguap. Dilapnya tangan yang masih basah ke bagian belakang bajunya. "Cuci muka dulu, yuk?" ajak Fara menggandeng Reza.Dengan mata
"Selagi kamu belum mengakuinya, jangan harap aku bakal lepasin!" bisik Dika yang membuat bulu kuduk Fara berdiri.Fara berfikir sejenak sambil sesekali meringis, karena rupanya Dika tak main-main dengan ucapannya. Akhirnya dengan penuh perhitungan, Fara pun mengangguk.Melihat Fara mengangguk, justru malah membuat Dika murka. Dihempaskannya Fara ke atas kasur dengan kasar, kemudian ia mengacak rambutnya frustasi. Sebenarnya Dika sudah berjaga-jaga jika jawaban Fara menyakiti hatinya. Namun, melihat langsung kenyataan yang ada di depan mata ternyata lebih menyakitkan. "Kenapa, sih, sekarang kamu jadi pembangkang gini?" tanya Dika kesal.Fara yang dihempaskan oleh Dika secara spontan itu memantul dan hampir mengenai Reza. Segera ia duduk lalu mengelus lengannya, yang tentu saja masih menyisakan lukisan tangan Dika yang berwarna merah karena cekalan yang cukup lama lagi kuat.Air mata pun masih saja saling berlomba turun ke pipi Fara yang mulus meskipun usia
"Kakak diem aja? Gak ngelawan?" cecar Raisa tak habis fikir. "Kasih tahu Bapak aja, ya?" usul Raisa. "Jangan!" sanggah Fara cepat sambil menggeleng. Risa menatap wajah cantik kakaknya yang tak terkikis oleh usia. Sosok yang selalu menolongnya saat ia sedang kesusahan, yang tak pernah marah padanya meskipun Raisa melakukan kesalahan. Raisa tak rela jika kakaknya diperlakukan seperti itu. "Tapi ini udh termasuk KDRT, Kak!" paksa Raisa. "Kakak tahu, tapi ini gak semudah yang kamu bayangin, Sa," ucap Fara. Lalu pikirannya menerawang ke masa enam belas tahun yang lalu, saat mereka masih melakukan Long Distance Relationship. Raisa yang mendesak Fara supaya ia bercerita tentang masa lalunya, diangguki oleh Fara. *** Saat itu, hari sedang hujan lebat, Fara sedang berada di kamar menemani Raisa kecil belajar. Tiba-tiba saja pintu depan diketuk, dan tak lama terdengar suara pintu terbuka. Samar-samar terdengar Pak Adi, Bapak Fara sedang berbincang-binca