Share

Bab 211

Penulis: Sahira
Andreas langsung menyanggupi, "Kak, aku doakan dari awal semoga kamu menang telak! Lebih baik lagi kalau Alina nggak bisa bangkit selamanya!"

Alyana tersenyum tanpa berkata apa-apa. Di balik ekspresinya yang tampak tenang, samar-samar terpancar aura kebencian.

Memang sudah waktunya Alina merasakan pahitnya buah dari kejahatan yang dia tanam sendiri.

Sepuluh menit kemudian, saat ruang siaran langsung dibuka, para netizen langsung membanjir. Dalam waktu singkat, jumlah penonton yang menonton secara langsung melampaui seratus ribu dan masih terus meningkat.

Andreas mengarahkan ponsel ke Alyana, agar dia bisa melihat pertanyaan dari para netizen.

Alyana duduk di bawah sinar matahari, masih menggenggam secangkir kopi panas di tangannya. Penampilannya tampak santai dan kalem, sama sekali tidak seperti seseorang yang sedang berada di tengah badai opini publik.

Dibandingkan dengan Alina yang menangis di depan kamera, ketenangan Alyana justru membuat orang lebih mudah memercayainya.

"Halo semua
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 214

    Setelah siaran langsung berakhir, para wartawan dari berbagai media langsung mengepung gerbang rumah Keluarga Imano hingga tidak ada celah.Untungnya, Sam menyadari situasi yang tidak menguntungkan itu. Jadi, dia lebih awal membawa Keluarga Imano menginap di hotel, sehingga berhasil menghindari kepungan para wartawan.Begitu Alina melangkah masuk ke kamar, sebuah asbak terbang ke arahnya dan pecah berkeping-keping di dekat kakinya, membuatnya sangat terkejut hingga terpaku di tempat, tidak berani bergerak.Royan marah besar. "Hebat kamu Alina, berani-beraninya pura-pura sakit dan menipu kami!""Bukan begitu ...." Alina buru-buru mengibaskan tangan. "Aku sungguh ... sungguh nggak tahu kalau lembaga itu memalsukan rekam medis, ini nggak ada hubungannya sama aku ....""Ayah, pasti itu ulah Kak Alya .... Dia memang menunggu kita mengadakan konferensi pers .... Kalau nggak, mana mungkin waktunya bisa pas banget begitu?""Perkataan Alin juga ada benarnya." Arifin melangkah maju. "Ayah, Alin

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 213

    Alyana benar-benar ingin menghancurkannya sepenuhnya!....Di sisi lain, Alyana mematikan ponselnya dan melemparkannya ke samping, lalu rebahan di sofa dengan perasaan lega seolah-olah beban besar telah terangkat.Andreas dengan bersemangat menelusuri ponselnya. Dunia maya saat ini sedang sangat menarik."Astaga, ini benar-benar plot twist! Alina habis sudah kali ini!""Kak, kamu luar biasa banget, bisa menyimpan kejutan sebesar ini! Sia-sia aku cemas selama berhari-hari!"Evin mengangkat tangan dan bertepuk tangan, sorot matanya penuh kekaguman saat menatap Alyana. "Pantas saja Nona Alyana begitu tenang. Rupanya kamu sudah menyiapkan strategi kemenangan.""Tempat medis itu disegel, apa itu juga kamu yang minta bantuan Jacob?""Ya."Kepala Alyana terasa agak nyeri, dia mengangkat tangan memijat pelipis. "Dokter Jacob cukup paham dengan dunia medis. Aku minta dia selidiki, dan dia memberiku hasil dengan cepat.""Aku sudah tahu sejak lama kalau depresi Alina itu palsu. Dan itu juga salah

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 212

    Permintaan siaran bersama muncul di layar, menarik kembali lamunan Alyana ke dunia nyata."Kak, ada seorang influencer pertanian yang ingin siaran bareng denganmu, mau diterima?" tanya Andreas.Alyana mengangguk, lalu menyeka sudut matanya yang basah.Tak lama kemudian, terdengar suara pria paruh baya yang serak, "Nona Alyana, jangan menangis, semua sudah berlalu.""Halo semuanya, SD yang disebut Nona Alyana tadi berada di wilayah yang saya tangani. Saya adalah aparat desa, dan selama ini saya berkomitmen membantu pertanian di desa.""Dulu saat Nona Alyana datang memotret, saya sempat bertemu dengannya. Istri saya sangat menyukainya dan menyambutnya dengan hangat.""Semua yang dikatakan Nona Alyana hari ini adalah benar. Dulu kami juga pernah melihat foto-foto itu. Sayangnya, fotonya tersimpan di cloud, tapi kameranya hilang dalam badai.""Saat itu desa kami bahkan sempat menawarkan kompensasi kepada Nona Alyana, tapi dia menolak dengan tegas. Karena merasa nggak enak dan kondisi kami

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 211

    Andreas langsung menyanggupi, "Kak, aku doakan dari awal semoga kamu menang telak! Lebih baik lagi kalau Alina nggak bisa bangkit selamanya!"Alyana tersenyum tanpa berkata apa-apa. Di balik ekspresinya yang tampak tenang, samar-samar terpancar aura kebencian.Memang sudah waktunya Alina merasakan pahitnya buah dari kejahatan yang dia tanam sendiri.Sepuluh menit kemudian, saat ruang siaran langsung dibuka, para netizen langsung membanjir. Dalam waktu singkat, jumlah penonton yang menonton secara langsung melampaui seratus ribu dan masih terus meningkat.Andreas mengarahkan ponsel ke Alyana, agar dia bisa melihat pertanyaan dari para netizen.Alyana duduk di bawah sinar matahari, masih menggenggam secangkir kopi panas di tangannya. Penampilannya tampak santai dan kalem, sama sekali tidak seperti seseorang yang sedang berada di tengah badai opini publik.Dibandingkan dengan Alina yang menangis di depan kamera, ketenangan Alyana justru membuat orang lebih mudah memercayainya."Halo semua

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 210

    Di bawah panggung, para wartawan serentak mengangkat ponsel mereka, menunjukkan kepada Alina berita resmi yang baru saja dirilis. Sebuah lembaga medis swasta diduga memalsukan laporan medis dan kini telah ditutup serta sedang menjalani penyelidikan lebih lanjut.Nama lembaga tersebut ternyata persis tercetak sebagai instansi yang mengeluarkan laporan milik Alina!"Nona Alina, tolong tanggapi secara langsung, apa laporan ini benar?""Nona Alina, apa Anda bersedia mencari lembaga resmi lain di bawah pengawasan publik?"....Rentetan pertanyaan membanjiri, membuat Alina seketika panik."Itu ... itu cuma kebetulan. Aku nggak menyangka lembaga itu diam-diam melakukan hal seperti itu ...."Alina tampak seperti rusa kecil yang ketakutan, panik dan tidak tahu harus berbuat apa, menghindari sorotan kamera. "Aku ... aku benar-benar menderita depresi. Kumohon, jangan ragukan aku seperti ini. Yang bersalah 'kan lembaganya ....""Sudah, sudah."Staf maju untuk menghentikan para wartawan, sementara

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 209

    Dalam kepanikan, dia tidak tahu sudah menelan berapa banyak obat. Dia hanya memperkirakan jumlahnya sudah cukup, lalu terbaring di lantai menunggu efek obat mulai bekerja.Setengah jam berlalu, rasa pahit di mulutnya masih belum hilang.Alyana menatap langit-langit, merasakan dengan jelas bagaimana rasa sakit itu perlahan-lahan surut.Dia teringat saat hari itu berbicara lewat telepon dengan Jacob, dia sempat bertanya apakah dosis obatnya bisa ditingkatkan.Nada suara Jacob seketika berubah serius. "Nona Alyana, jujur saja, apa belakangan ini frekuensi sakit kepalanya makin sering?"Menghadapi seorang dokter, Alyana hanya bisa menjawab dengan jujur, "Mm, beberapa kali aku sampai terbangun tengah malam karena sakitnya, dan rasanya lebih parah dari sebelumnya.""Dokter Jacob, aku nggak ingin melanjutkan kemoterapi. Nggak perlu diperiksa pun aku tahu kondisiku pasti makin memburuk.""Sisa waktu yang kupunya nggak banyak, biarkan aku melakukan hal-hal yang benar-benar kuinginkan. Jangan me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status