Aku menangis karena hal yang kusayangi telah pergi untuk kedua kalinya, yaitu adalah ibuku. Ibuku meninggal karena kecelakaan mobil yang dikendarai secara ugal-ugalan oleh pengemudi yang mabuk.
Danny-kun berusaha untuk menenangkanku, namun air matanya tetap saja keluar dikarenakan ibuku juga berarti baginya. Danny-kun memelukku dengan erat seakan dia tidak ingin kehilanganku.
"Danny-kun .... sekarang aku sendirian," ucapku yang masih menangis.
"Kan masih ada aku," ucap Danny-kun yang mencoba untuk menenangkanku.
"Apa kamu akan pergi juga nanti?" ucapku sambil menatap Danny-kun dalam-dalam.
"Tidak akan, aku tidak akan pernah pergi dari sisimu," ucap Danny-kun meyakinkan aku.
"Janji?" tanyaku.
"Janji," jawabnya.
Kami pun mengantar jenazah ibuku ke pemakaman disebelah kuburan ayahku. Setelah selesai, kami pun pulang dengan wajah sedih.
"Sekarang apa yang mesti kita lakukan Danny-kun?" tanyaku kebingungan.
"Kamu lapar Mei?" tanya Danny-kun.
"mmmm," aku mengangguk.
"Yasudah, aku buatkan makan siang dulu ya," ucap Danny-kun dengan tersenyum.
Danny-kun pergi ke dapur untuk memasak untukku, dan jujur aku juga berpikir kalau Danny-kun juga akan pergi meninggalkan aku saat kami sudah SMA. Karena tidak mungkin Danny-kun akan tinggal disini selamanya kecuali kami menikah.
"Ini Mei, makan siangnya ... mungkin tidak seenak masakan bibi, tapi setidaknya kamu menyukainya," ucap Danny-kun sambil tersenyum padaku.
"Terimakasih, Danny-kun," ucapku sambil menghapus air mataku.
Aku memakan masakan Danny-kun dan ternyata memang beda dengan masakan ibuku. Namun ku tetap memakannya karena Danny-kun membuatnya dengan sungguh-sungguh hingga akhirnya makanan pun habis.
"Walaupun hanya tinggal kita bertiga," ucap Danny-kun.
"Siapa satu orang lagi?" tanyaku dengan nada kesal.
"Shirou, kucing kita." jawab Danny-kun.
"Owh," ucapku dengan mengangguk walau sebenarnya aku sedikit menyukai kucing itu.
"Kamu tidak sendirian, Mei ... karena aku dan Shirou ada disini menemani kamu," ucap Danny-kun untuk menghiburku.
"Bukankah tak lama lagi kamu akan pergi meninggalkan aku sendiri?" ucapku dengan sedih.
"Walau aku sekolah di Kibou Gamine Gakuen pun, aku tetap akan mengunjungimu," hiburnya.
"Sungguh?" tanyaku dengan sedih.
"Yup, lagipula kamu adalah seseorang yang istimewa buatku," jawab Danny-kun sambil mengusap kepalaku.
Aku pun kembali tersenyum.
"Kalau begitu, kita akan masuk ke Kibou Gamine Gakuen bersama-sama agar walau kita tidak serumah lagi, kita tetap bisa bersama disekolah," ucap Danny-kun sambil tersenyum.
"Tapi bukankah masuk ke sana itu susah?" tanyaku.
"Asalkan kamu punya kemampuan, kan tidak masalah," jawabnya.
"Oke, kalau begitu aku akan berlatih terus menari Kagura biar aku bisa juga di terima," ucapku dengan semangat.
"Jangan terlalu memaksakan diri ya Mei," ucap Danny-kun sambil tersenyum lagi.
Aku mengangguk.
Setiap hari aku terus berlatih sepulang sekolah, bahkan hari minggu pun aku juga berlatih. Kalau urusan membuat kue dan manisan, kami membuatnya bersama-sama dan terlebih lagi Hatsuki juga ikut membantu.
"Hatsuki? Ngapain dia disini? Ganggu orang lain saja," gumamku.
"Boleh aku membantumu Danny-san?" tanya Hatsuki kepada Danny-kun.
"Boleh, soalnya banyak yang mesti di buat," jawab Danny-kun sambil tersenyum.
"Woi, ada aku juga disini," gumamku.
Kami bertiga mulai membuat kue dan manisan, dan lagi-lagi aku berdiri ditengah mereka agar Hatsuki tidak boleh mendekati Danny-kun. Setelah 5 jam akhirnya kami selesai membuat kue dan manisan, kami pun duduk di ruang tamu sambil minum teh dingin.
"Sudah berapa lama kalian membuat kue dan manisan?" tanya Hatsuki.
"Kalau tidak salah, semenjak masih ada paman dan bibi Kanaya," jawab Danny-kun.
"Wah, sudah lama ya .... kelihatannya kue dan manisannya enak ... pasti selalu habis terjual," kagum Hatsuki.
"Sayang sekali ya kita tidak berada di SMP yang sama," ucap Hatsuki lagi.
"Memangnya kalau kamu 1 SMP dengan kami, kamu bisa terus deketin Danny-kun gitu?" tanyaku dengan kesal.
"Mei, sudahlah ... jangan berantem terus ... mengapa kamu tidak berteman saja dengan Hatsuki-san?" ucap Danny-kun.
"Jadi Danny-kun sudah tidak menyayangiku lagi?" kesalku.
"Aku sayang padamu loh Mei," jawabnya.
"Yasudah, kalau begitu, lebih baik aku pulang duluan saja ya ... soalnya sudah sore," pamit Hatsuki.
"Aku antar kamu sampai depan ya," ajak Danny-kun.
"Terima kasih Danny-san," ucap Hatsuki tersenyum kepada Danny-kun.
Mereka pun keluar, tinggallah aku disini sendiri duduk di ruang tamu.
"Kenapa kamu tidak mengerti sih Danny-kun ... hati ini sakit kalau kamu ngobrol atau berteman dengan gadis lain ... dan ...."
Air mataku terjatuh.
"Aku hanya ingin kamu selalu ada disini menemaniku hingga kita sampai di ujung usia kita," ucapku sambil menangis.
CHAPTER 5 - SECOND TRAUMA
end
"Haaaaaaahhh!?!?!" ucap keempat gadis hama dengan nada kaget."Ups... Sepertinya aku keceplosan..." ucapku dengan tersenyum mengejek.Lalu mereka berempat menjauhkan kami berdua lalu mereka berempat segera melindungi Danny-kun dariku. Malam itu pun berakhir dengan aku yang tersenyum dengan senang karena aku telah menang jauh dari mereka berempat. Paginya, setelah kejadian tadi malam, mereka berempat bangun lebih cepat dariku karena mereka tidak ingin aku berduaan dengan Danny-kun. Awalnya aku merasa tidak terlalu mempermasalahkannya, namun lama kelamaan aku mulai resah dengan mereka berempat."Bagaimana caranya agar aku bisa berduaan dengan Danny-kun ya??" gumamku."Karena kalau begini terus, aku tidak akan bisa tidur dengan nyenyak kedepannya.." gumamku lagi.Lalu aku mencari sesuatu di smartphoneku, lalu akhirnya muncul sesuatu yang menarik untukku dan kemudian aku tersenyum. Esoknya, aku memberitahu Danny-kun bahwasanya besok kita berdua akan makan diluar."Aku tidak sabar untuk me
Mimi POVAku bertemu dengan Danny onii-chan 3 tahun lalu saat aku masih menjadi seseorang yang pemalu diantara teman-temanku. Namun semua itu berubah berkat adanya Danny onii-chan yang telah merubahku menjadi lebih baik dari sebelumnya.Suatu hari Danny onii-chan sedang duduk di sebuah kafe dimana aku bernyanyi disitu."Suaramu bagus..," ucap Danny onii-chan sambil tersenyum."Te ... terimakasih..," balasku dengan gugup."Apakah kamu sering bernyanyi disini??" tanya Danny onii-chan.Aku mengangguk."Ini hadiah cincin untukmu..," ucap Danny onii-chan."Stooooopppp!!!" ucapku."Hei ... mengapa kamu berhentikan aku disaat sedang bagus-bagusnya bercerita..," ucap Mimi dengan kesal."Sejak kapan Danny-kun memberikan cincin kepadamu, huh?!?!" ucapku dengan nada kesal pula."Tentu saja sejak awal..," ucap Mimi dengan bangga."Baiklah kalau itu maumu ... aku akan melenyapkanmu sekarang juga..," ucapku sambil tersenyum dengan kepala berkedut."Ayo maju sini!?!" ucap Mimi dengan menantangku.Hi
Di sebuah ring tinju pada malam sebelum tahun baru, aku dan Mimi akan bertarung. MC tinju pun mulai memperkenalkan kami berdua. "Di sudut merah, dengan tinggi 158 cm, memakai pakaian santa, dan memakai sarung tinju berwarna pink, Kanaya Meiiiiisa..," ucap MC tinju. "Di sudut biru, dengan tinggi 148 cm, juga memakai pakaian santa, namun memakai sarung tinju berwarna pink, Tendou Mimi..," ucap MC tinju lagi. Lalu kami berdua menuju ke tengah ring untuk mendengarkan arahan dari wasit. "Baiklah, aku ingin pertarungan yang bersih ... tidak boleh menendang, tidak boleh menyikut, tidak boleh menyundul, dan tidak boleh menggigit..," ucap wasit. "Apakah kalian berdua sudah mengerti?" tanya wasit. Kami berdua mengangguk. "Sebelum dimulai pertandingannya, ada yang ingin kalian sampaikan?" tanya wasit lagi. "Pendek..," ejekku. "Bucin..," balas Mimi. "Setan kecil..," ejekku lagi. "Mata sipit..," balas Mimi lagi. Lalu kami pun menuju ke sudut ring untuk memasang mouth piece kami, dan ron
"Apa yang harus aku lakukan agar aku bisa berduaan dengan Da-kun?" gumam Hinada."Bukankah sebentar lagi Halloween?" gumam Hinada lagi."Aku rasa inilah saatnya untuk berduaan dengan Da-kun..," gumam Hinada lagi.Lalu 1 hari sebelum perayaan Halloween, Hinada memulai rencananya."Apakah aku bisa meminta tolong kepada kalian berempat?" tanya Hinada."Memangnya kamu mau minta tolong apa?" tanya Hatsuki."Aku ingin merayakan Halloween disini, tapi kita kekurangan bahan..," jawab Hinada."Mengapa tidak pakai yang ada saja?" tanyaku penasaran."Bukankah kalian ingin membuat Da-kun senang? Kalau iya, berarti kalian akan setuju dengan ideku ini..," jawab Hinada sambil tersenyum."Kelihatannya dia ini jujur..," gumam kami berempat secara serentak."Mana daftar bahannya?" tanya Nozomi."Sebentar..," jawab Hinada.Hinada lalu ke kamarnya untuk mengambil daftar bahan yang perlu dibeli, namun yang kami tidak tahu adalah, bahan tersebut sudah pasti sulit didapatkan, apalagi apabila bahan tersebut
"Sekarang saatnya bicara, Akuma Milku..," ucapku.Nozomi masih mengunyah makanannya lalu menelannya."Kalau kamu mau berbicara denganku, tunggu aku selesai makan..," ucap Nozomi."Mengapa kita tidak berbicara sambil makan saja?" tanyaku sambil tersenyum."Apakah ibumu tidak pernah mengajarimu, kalau kamu berbicara sambil makan itu sungguh tidak sopan..," jawab Nozomi.Aku hanya diam saja mendengarnya. Aku duduk menunggunya hingga selesai makan. Setelah Nozomi selesai makan, maka obrolan kami pun dimulai."Ada perlu apa, Meigomi? tanya Nozomi."Apa kamu menyebarkan kabar hoax ke Danny-kun??" tanyaku."Apa maksudmu??" tanya Nozomi lagi.Aku berdiri lalu mendekati Nozomi sambil menatapnya dengan tajam."Kamu tidak usah berpura-pura ... aku ada buktinya..," ucapku."Apa buktinya..," ucap Nozomi membalas tatapanku.Aku pun memberitahunya apa yang aku tahu, lalu Nozomi pun keringat dingin. Lalu aku menarik kerah baju Nozomi."Ternyata kamu kurang ajar ya ... kamu memfitnahku sehingga membua
"Kita putus..," ucap Danny-kun.Aku bingung harus merespon apa yang baru saja dikatakan oleh Danny-kun. Danny-kun lalu meninggalkan ruang tamu. Aku hanya bisa terdiam karena tidak mengerti apa yang telah terjadi. Aku lalu mencubit pipiku untuk mengetahui apakah kejadian ini hanya mimpi atau tidak.Namun ternyata terasa sakit, hal ini menunjukkan bahwa aku masih sadar."Mungkin aku terlalu lelah, lebih baik aku beristirahat saja ... siapa tahu saja, esok Danny-kun mengatakan tadi hanya bercanda semata.," gumamku.Aku pun kembali ke kamarku dan tidur. Didalam mimpi, perkataan Danny-kun masih terasa sakit karena Danny-kun tidak mencintaiku lagi. Aku pun merasa gelisah karena perkataan Danny-kun tadi. Esok paginya, saat aku hendak sarapan, aku melihat Nozomi sedang ngobrol bersama Danny-kun. Aku pun duduk diantara Nozomi dan Danny-kun agar Danny-kun hanya melihatku saja."Selamat pagi, Danny-kun..," ucapku dengan tersenyum manis."Selamat pagi juga, Mei..," balas Danny-kun sambil tersenyu