공유

Bab 11

작가: Amih Lilis
last update 최신 업데이트: 2021-06-17 18:00:00

*Happy Reading*

"Di sini aja, bang. Nah, iya di sini." beritahuku pada sang ojol, yang kini sedang menepikan mobilnya di lobby perkantoran.

"Makasih ya, Bang." 

Setelah mobil sudah berhenti sempurna, aku pun segera keluar dari mobil, sambil tidak lupa mengucapkan terima kasih karena sudah diantarkan dengan selamat.

"Sama-sama, Mbak. Jangan lupa kasih bintang lima ya, Mbak," balas si sopir, sebelum aku benar-benar turun dari kendaraannya.

"Siap, Bang. Jangankan bintang lima, bintang tujuh saya kasih buat abang, deh," kelakarku.

"Bisa aja nih si, Mbak. Itu mah puyer, Mbak." Si sopir itu menanggapi sambil terkekeh.

Aku ikut terkekeh saja sambil menutup pintu. Setelah itu langsung bergegas masuk, karena memang sudah di tunggu oleh Bang Al.

Tenang, aku udah bayar ongkos, kok. Tapi via apk, soalnya aku gak punya cash. Hehehe ...

Gaya ya, aku. Padahal mah karena emang lagi ada diskon kalau bayar pake apk. Makanya aku memanfaatkan itu. Maklum, aku memang selalu kalah sama godaan diskon.

Okeh, skip. Mari kita lanjut masuk. Karena seperti yang aku bilang, aku sedang di tunggu Bang Al. 

Iya, bener. Saat ini aku sedang ada di kantor Bang Al, abang kesayangan yang hari ini lupa bawa berkas penting.

Alhasil, Bang Al pun meminta tolong aku untuk mengantarkan ke sini, dengan imbalan yang tidak bisa aku tolak sama sekali.

Gak usah di sebut ya imbalannya apa. Nanti kalian mupeng. Hehehe ...

"Permisi, Mbak. Saya mau bertemu dengan Pak Alvaro, bisa?" tanyaku pada receptionis di lobby, yang sangat cantik sekali dengan make up yang tidak bisa dikatakan natural.

"Maaf, Ibu. Sebelumnya sudah ada janji atau belum?" tanya baliknya ramah, dengan senyum seperti iklan pasta gigi.

"Belum, sih," balasku ragu. Karena aku gak tahu kalau ketemu Kakak sendiri aja, harus bikin janji dulu.

"Kalau begitu maaf, Ibu. Anda belum bisa bertemu. Soalnya Pak Alvaro cukup sibuk dan harus membuat janji temu jika ingin menemuinya." Receptionis itu masih menjawab dengan ramah.

Lah, terus ini gimana? Aku kan ke sini atas permintaan Bang Al. Mana ku tahu harus bikin janji dulu. Mana hp ketinggalan lagi tadi pas nunggu mobil.

Aku harus piye, toh?

"Tapi saya ke sini atas perintahnya, Mbak. Kalau gak percaya, telpon aja Pak Al-nya. Dan bilang kalau Nur sudah datang." Aku pun mencoba memberitahukan situasiku.

Anehnya, receptionis itu malah menautkan alisnya, dan tiba-tiba memindaiku dari ujung kepala hingga kaki.

Kenapa, sih? Aku kan jawab jujur. Kenapa dia ngeliatin aku kayak gitu?"

"Maaf, Bu. Tapi prosedur Kantor ini memang begitu. Apalagi untuk Pak Al, kami tidak bisa mengijinkan sembarang orang menemuinya. Karena beliau adalah orang kepercayaan bos kami."

Lah, aku juga tahu kalau itu. Cuma masalahnya adalah .... aku tuh ke sini emang karena permintaan Bang Al. Gimana, dong?

"Iya, Mbak. Saya juga tahu siapa Pak Al itu. Tapi saya bener-bener ke sini atas permintaannya, kok. Kalau gak percaya, telpon Pak Al-nya aja."

"Duh, Ibu. Sekali lagi saya minta maaf. Tapi kami benar-benar gak bisa mengijinkan Ibu menemui beliau tanpa adanya janji. Apalagi untuk sales asuransi seperti anda. Tolong buat janji dulu sebelum ke sini, ya?"

Apa?! Sales asuransi? Lah, nih Mbak-Mbak menor kayaknya salah paham, deh.

"Maaf, Mbak. Tapi saya bukan Sales Asuransi. Saya ini--"

"Siapapun Anda, pokoknya kalau mau bertemu dengan Pak Al, anda wajib membuat janji temu dulu." Pangkasnya seenaknya, mulai kehilangan sikap ramah yang sejak tadi dia tunjukan. 

Duh, Begini nih kalau lupa bawa hp. Jadi ribet sendiri, kan? Nyesel aku gak pernah mau di ajak Bang Al main ke sini selama ini. Jadinya kan, pada gak tahu kalau aku ini adiknya orang hebat seperti Bang Al.

"Tapi saya ini ad--"

"Nur?" 

Ucapanku langsung terhenti, saat sebuah suara tiba-tiba terdengar tak jauh dariku.

Kepalaku pun sontak menoleh ke sumber suara, dan ....

"Loh, kamu?" Gumamku refleks, saat melihat anak sultan bermata abu-abu, yang beberapa malam lalu membelikanku gamis mahal.

Iya, benar. Gamis ternyata mahal banget. Setelah aku seaching di mbah g****e, jiwa misquenku pun langsung meronta melihat harga gamis yang sebenarnya.

Nah, udah bisa nebak siapa dia kan? 

Yups. Itu Ammar!

"Selamat siang, Pak." Kepalaku pun kembali menoleh ke arah Receptionis, saat sapa ramah itu terdengar.

Loh, kok? Nih Receptionis kenal sama Ammar. Apa dia juga kerja di sini?

Eh, tapi ... kayaknya waktu itu aku bukan mengantarkannya ke kantor ini, deh. Itu loh, waktu dia tiba-tiba nyerobot numpang ojolku. 

Ck, ada di bab awal kalau kalian lupa. Nah, seingatku dulu aku tidak mengantarkannya ke sini. Tapi tempat lain.

Lalu, kenapa dia sekarang ada di sini? Mana Receptionis kantor ini mengenalnya lagi. Kan, aku jadi bingung.

"Hay, kamu masih ingat saya, kan?" tanya Ammar lagi, mengabaikan sapaan ramah si Receptionis yang tersenyum lebar ke arahnya dengan pipi mulai merona.

Yah, nih Receptionis kayaknya demen nih sama Ammar.

"Ingat, Kok. Tapi kamu kok ada di sini?" Akhirnya aku pun ikut mengabaikan sang Receptionis itu.

"Kenapa? Saya tidak boleh ke sini?" tanya balik Ammar.

"E-eh, bukan begitu. Cuma ... seingat saya. Kayaknya waktu itu, saya tidak mengantarkan anda ke sini, kan? Nah, jadi wajar kan saya tanya gitu barusan. Soalnya saya bingung aja liat anda di mana-mana? Anda ... sebenarnya kerja di mana, sih?"

Aku tahu ini gak sopan. Cuma asli, deh. Ammar ini lama-lama kek setan. Ada di mana-mana. Di kantor yang berbeda, bahkan di club pun dia juga nongol, kan? Jadi wajar kan kalau aku penasaran sama kerjaannya yang sebenarnya.

Soalnya dia makin misterius untukku.

Udah gitu, kenapa juga aku jadi sering ketemu dia. Please jangan bilang, karena mungkin kami jodoh. Soalnya itu gak mungkin, gaes!

Aku cukup sadar diri pada perbedaan kami. Ibarat kata, aku sama dia tuh kaya langit dan bumi.

Tentu saja dia langitnya, soalnya dia bersinar cerah seperti langit di musim panas. Sementara aku? ndeso!

"Kan saya udah kasih kartu nama waktu itu. Kamu gak simpan?" 

Kartu nama lagi. Duh, jangankan simpen, naroknya di mana aja aku lupa. Beneran deh.

"Jangan bilang kalau kamu menghilangkannya."

Eh, Kok dia tahu.

"Buk--"

"Nur?!" 

Belum sempat aku menjawab tanya Ammar. Sebuah suara lain terdengar memannggilku, dan ....

"Kamu nih ngapain, sih? Abang kan udah bilang, cepetan. Abang butuh berkas itu."

Ya, ampun. Aku lupa tujuanku ke sini.

Ck, gara-gara Ammar, nih!

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (2)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
jangan bilang ammar bosnya bang Alvaro nih
goodnovel comment avatar
IztaLorie
Ammar bikin ga fokus nih. Mampus kamu, Nur. Dimarahin Bang Al, kan? Sukurin
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Kanjeng Ratu Minta Mantu   Last Extra part

    *Happy reading*"Jadi, anak itu kamu, Mas?" tanyaku tak percaya, setelah mendengar penuturan Ammar tentang kisah 12 tahun lalu yang lumayan bikin aku kepo selama ini."Iya, itu aku. Yang baru saja lepas dari para penculik, dan sengaja bersembunyi di keramaian Pasar Malam," akunya kemudian. Membuat aku tertegun setelahnya."Di ... culik?" Beoku tanpa sadar."Yups! Aku memang habis di culik waktu itu, makanya tampilanku kumel dan ... kelaparan sekali," jawabnya lugas, seraya mengelus perut ratanya dengan penuh drama.Kalau begitu, wajar sih dia aneh malam itu. Dia pasti masih waspada pada orang asing saat itu."Makanya aku gak bisa lupain malam itu, sayang. Karena kehadiran kamu itu benar-benar seperti malaikat untukku. Meski malaikatnya lumayan pelit."Seketika aku pun mencebik kesal, dan memukul dada bidangnya karena sindirannya barusan.Ammar malah tergelak renyah, sebelum menangkap tanganku dan menggengmnya

  • Kanjeng Ratu Minta Mantu   Extra part 2

    Sekeping masa lalu ...."Dek, kamu tunggu di sini sebentar, ya? Jangan ke mana-mana! Nanti ilang, repot abang nyariin kamu. Pokoknya, diem anteng di sini sampai Abang balik, okeh!" titah tegas Bang Al, yang aku angguki dengan antusias."Kalau ada yang gangguin, teriak aja. Sekenceng-kencengnya, nanti abang bakalan lari ke sini." Bang Al menambahkan, dengan ketegasan yang sama.Aku pun kembali mengangguk patuh."Iya, Abang. Nur ngerti. Udah sana, nanti antriannya makin panjang, kita pulangnya telat lagi. Nanti diomelin Emak sama Bapak," jawabku kemudian, seraya mengibaskan tangan menyuruh Bang Al pergi.Bukan pergi ninggalin aku. Tapi pergi untuk antri di tukang kerak telor untuk membelikan pesanan Emak juga Bapak.Itu syarat utama agar kami diijinkan datang ke Pasar Malam ini sama Bapak. Karenanya, aku pun tak mau sampai Bang Al kehabisan panganan itu, yang berakhir tamparan keras dari Bapak.Bapakku itu galak banget soalnya. Ka

  • Kanjeng Ratu Minta Mantu   Extra part

    *Happy Reading*"Kenapa?""Pegel, sakit juga," sahutku dengan sedikit cemberut, seraya memijat-mijat betis kaki yang terasa mulai kebas.Ammar pun berdecak sebentar, sebelum kemudian berjongkok dihadapanku dan menyingkap sedikit Rok gaun bagian bawah.Setelahnya, Ammar pun mendesah panjang, sebelum kemudian membuka sepatu heels yang sedang aku kenakan."Aku kan udah bilang, jangan paksain kalau memang tidak biasa, jadinya lecet, nih," omelnya kemudian, sambil membantuku mengurut kakiku yang terasa ngilu."Sshhh ...." tanpa sadar, aku mendesis kesakitan karenanya. Membuat Ammar langsung menoleh ke arahku, dengan wajah masam sekali."Jangan coba-coba pakai benda ini lagi," geramnya seraya menjauhkan sepatuku dengan kasar ke sembarang tempat."Tapi, Mas. Itu satu paket sama gaunnya. Cantik juga bentukannya. Saya suka." Aku pun menyuarakan pro

  • Kanjeng Ratu Minta Mantu   Bab 57

    *Happy Reading*Aku malu! Sumpah! Demi apa coba aku harus berhadapan langsung sama Si Tante kayak gini? Ammar nih emang resek banget! Tinggal jelasin aja padahal, apa susahnya? Malah nyuruh aku ngadepin Si Tante kek gini! Mau dia apa, coba? Mau lihat aku sama pacarnya ini jambak-jambakan?Lah? Mana bisa? Aku kan pake hijab. Si Tante pasti susah jambaknya. Sementara itu, rambut si Tante juga kelihatannya mahal. Jadi mana tega aku jambaknya.Terus ini aku harus kek mana sekarang?Masa malah main liat-liatan, sih? Nanti kalau baper, gimana?"Jadi, kamu cemburu sama saya, Nur?" tanya Si Tante akhirnya, setelah mengulas senyum manis sebelumnya."Eh, itu ... uhm ... bukan gitu juga, Tan. Tapi ... anu ... aduh, gimana ya jelasinnya?" sahutku asal, bingung harus menjawab bagaimana?"Gak papa, Tante ngerti, kok. Tapi, kamu gak usah takut ya, Nur. Tante bukan pacarnya Ammar, kok. Soalnya dia udah bucin akut sama kamu."Eh?

  • Kanjeng Ratu Minta Mantu   Bab 56

    *Happy Reading*"Terima ... terima ... terima ...."Setelah Ammar menyelesaikan kata-kata lamaran, yang menurutnya tidak Romantis. Riuh dan tepuk seruan itu pun terdengar menghiasi ruangan tersebut. Membuat aku mengerjap pelan, sebelum kemudian memindai suasana sekitar yang ternyata lumayan ramai.Meski masih dalam keadaan remang, tapi aku sudah mulai bisa melihat beberapa orang hadir di sana, dengan beberapa orang yang sudah membidik aku dan Ammar. Salah satunya adalah Nurhayati, yang aku yakini pasti sedang membuat IG live.Ah, sialan. Jadi aku sedang dikerjain ceritanya. Kenapa aku gak ngeh, ya? Bodoh banget, ya?"Terima ... terima ... terima ...." Sorakan itu masih menghiasi, membuat aku kembali menatap Ammar yang masih berlutut satu kaki dihadapanku. Tentu saja dengan senyum yang belum luntur sedikit pun.Namun sayangnya, alih-alih menjawab ya, dengan haru yang biasa ditunjukan dalam sebuah sinetron. Aku lebih memilih menyuarakan pertan

  • Kanjeng Ratu Minta Mantu   Bab 55

    *Happy Reading*"Sel, itu--""Ck, menyebalkan sekali," geram Sella tiba-tiba, sebelum menarik tanganku dan mengajak berlari. "Yuk, Kak!"Eh? Aku mau diajak kemana nih?Sebenarnya, aku belum bisa mencerna situasi ini dengan baik, tapi aku juga tidak bisa menolak ajakan Sella yang menarik tanganku tiba-tiba, dan mengajakku berlari begitu saja.Aku bahkan tidak tahu ke mana Sella akan membawaku. Meski masih di area Rumah sakit tempat Bapak dirawat, tetap saja aku tak hafal seluk beluk tempat ini.Penting ikuti aja Sella. Karena, bukannya dia sendiri yang bilang kalau sedang mendapat tugas menjagaku dari Fans Fanatik Ammar.Nah, aku rasa Sella saat ini sedang melaksanakan tugasnya itu. Karena wanita tadi memang terlihat sangat ingin membunuhku.Ngerih juga membayangkannya. Makanya aku nurut aja kemana Sella membawaku. Karena aku yakin, Sella tidak akan mungkin mencelakaiku."Ayo, kak. Cepat!" titah Sella disela pelarian kami

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status