Share

Bab 12

Author: Amih Lilis
last update Last Updated: 2021-06-18 18:00:00

*Happy Reading*

"Bang, Al?" gumamku kemudian, dengan rasa bersalah karena kelalaianku.

"Maaf, Bang. Nur--"

"Loh, Pak Ammar. Anda sudah datang?"

Eh? Loh, kok? Aku malah dicuekin gitu sama Bang Al, dan dia lebih memilih menyalami Ammar di sebelahku.

"Ya, baru saja. Tapi langsung melihat Nur di sini, jadi saya menyapanya," jawab Ammar lugas, seraya melirikku.

Tak ayal, ucapannya itu pun membuat alis Bang Al bertaut dalam, dan ikut melirik ke arahku dengan tatapan selidik.

"Bapak kenal adik saya?" Lalu, Bang Al pun menyuarakan keheranannya.

"Loh? Dia adik kamu?" Namun Ammar malah bertanya balik tak kalah bingungnya.

Alhasil, mereka pun sama-mana menatapku dengan tatapan minta penjelasan, membuat aku juga ikutan bingung sekarang. Karena ....

Apanya yang mau aku jelasin, coba? Lah, aku aja gak tahu kalau mereka saling kenal.

"Nur? Kok kamu gak pernah cerita sama Abang kalau kenal Pak Ammar?" tuntut Bang Al.

Aduh? Gimana ini jelasinnya? Pasti Bang Al salah paham, nih. Dikiranya aku mulai nakal, udah mulai berani deket sama cowok dibelakangnya.

Bukan apa-apa. Kalian harus tahu jika Bang Al ini sebenarnya lumayan posesif sama aku. Ya ... namanya juga cowok satu-satunya di Rumah. Jadi, dia tuh kayak punya tanggung jawab gitu neglindungi aku sama emak. 

Wajar sih kalau dia jadi curiga gini sama aku.

"Anu ... Nur ... sebenarnya gak terlalu kenal kok, sama Pak Ammar. Cuma ... kami pernah ketemu saja." 

Aku bingung harus jelasin kek mana tentang Ammar. Karena seperti yang pernah aku bilang. Aku tuh gak tahu apa-apa soal pria ini. Kecuali bule yang nunggak uang bensin, dan nyelametin aku dari om-om girang tempo hari.

Ah, ya. Sama yang beliin aku gamis mahal juga. Jangan lupakan itu!

Nah, selebihnya aku gak tahu apa-apa. Serius deh.

"Ketemu di mana?" tanya Bang Al penuh selidik.

"Di ojol, pas Pak Ammar hampir telat ngantor. Jadi, kita sharing ojol mobil gitu, Bang."

Aku gak bohong, kan? Itu awal pertemuan kami.

Bang Al akhirnya terlihat mengangguk mengerti dengan penjelasanku.

Fyuh ... Alhamdulilah.

Aku pun lalu melirik Ammar diam-diam, memohon lewat tatapan padanya, untuk tak memberitahu cerita lain pertemuan kami. 

Kalau Bang Al tahu tempat pertemuan kami selanjutnya. Habis sudah aku!

"Jadi anda pernah satu mobil dengan adik saya?" Kali ini Ammar yang di introgasi Bang Al.

"Ya. Begitulah," jawab Ammar santai.

"Kenapa, bisa? Setahu saya anda punya mobil, kan?" tanya Bang Al penuh selidik.

Nah, aku juga sebenarnya mau tahu hal itu. Soalnya sampai sekarang, jujur saja aku belum tahu alasan dia nyerobot ojol mobilku waktu itu.

Ammar menghela napas berat sebelumnya. Lalu kembali membuka suara.

"Hari itu mobil saya mogok. Saya sudah telepon Rumah untuk mengirim mobil lain, ternyata sopir yang ada sedang mengantar Mom. Jadi, saya terpaksa menyetop sembarang mobil agar tidak telat meeting."

Oh begitu, toh! Baru tahu aku.

Sama halnya denganku, akhirnya Bang Al pun bergumam sambil mengangguk-anggukan kepalanya tanda ngantuk. Eh, paham maksudnya.

"Untung saat itu saya bertemu Nur. Dia baik mau mengantar saya, meski tidak mengenal saya. Saya berhutang banyak padanya."

Eh? Seketika aku merasa wajahku seperti menghangat, mendengar penuturan Ammar yang tidak kusangka-sangka.

Duh, jangan bilang aku baper.

"Jangan memujinya. Nanti adik saya terbang."

Sue! 

Lagi enak-enak terbang sama pujian amar, Bang Al langsung bikin nyungsep seenaknya. Dasar Abang kamp--"

Eh, gak boleh ngumpat, Nur. Bagaimanapun dia Abangmu. Peri baik dalam hati langsung menegur.

Alhasil, aku pun hanya bisa cemberut saja mendengar ejekan Abangku itu.

"Jangan masukin hati." Bang Al menepuk puncak kepalaku pelan. "Abang cuma becanda, kok," lanjutnya lagi, namun hanya kutanggapi dengan dengkusan kesal saja.

Ceritanya aku merajuk, gaes. Ngerti, kan?

"Nanti Abang tambahin deh uang saku kamu. Gimana?"

Seketika senyumku pun langsung terbit, mendengar penawaran yang sangat menggiurkan itu.

Siapa juga yang bisa nolak uang saku lebih, yee kan.

"Okeh!" seruku riang, seraya mengacungkan satu jempol semokku.

Bang Al hanya terkekeh pelan melihat reaksiku barusan.

"Kalau begitu, sekarang boleh Abang minta file-nya?" Dia lalu mengangsurkan tangannya, seperti orang minta-minta.

Aku pun langsung mengubek-ubek takku, sebelum kemudian menyerahkan apa yang dia minta barusan dengan senang hati.

"Lain kali, kalau Abang bilang cepet, patuh ya, Nur? Jangan malah nyangkut keenakan ngobrol," gumamnya kembali menyindirku.

"Ih, bukan gitu ceritanya Abang. Tadi tuh Nur gak bawa Hp. Makanya gak bisa kasih tahu Abang kalau Nur udah datang."

"Ya, kan, bisa langsung naik aja ke atas."

"Gak tahu ruangannya."

"Ck, alasan aja kamu, Nur. Kamu kan punya mulut, bisa tanya orang. Tuh, receptionis juga ada. Kamu bisa nanya di sana, nanti Fitri pasti anter kamu ke tempat Abang," terang Bang Al, sambil menunjuk wanita menor yang ternyata bernama Fitri.

Tak ayal, ucapan Bang Al pun langsung membuatnya gelagapan di tempatnya. Karena mungkin dia sudah menyadari kesalahannya tadi.

"Kenapa?" Bang Al pun langsung merasa curiga. Saat melihat reaksi Fitri yang tidak biasa.

"Dia tadi mengusir, Nur!"

Eh? Jangan salah paham. Itu bukan aku ya, pemirsah! Meski aku memang cukup kesal tadi pada wanita itu, tapi aku gak suka ngadu, kok. Jadi, tadi itu bukan jawabanku.

Lalu, jawaban siapa?

Ck, siapa lagi kalau bukan Si Bule Anak Sultan. Dia kan emang suka banget nyamber kek petir.

"Uhm ... maaf, Pak. Sata benar-benar tidak tahu kalau mbaknya sedang di tunggu Bapak. Soalnya, saat saya tanya ada janji atau enggak. Mbaknya bilang--"

"Dia adik saya. Jadi tidak butuh janji apapun jika ingin bertemu dengan saya," pangkas Bang Al tegas. Membuat Fitri langsung tertunduk dalam.

"Bukan cuma itu, tadi dia juga menganggap Nur itu sal--hhmmmffftt ...."

Aku refleks menutup mulut Ammar dengan tangan, saat bule itu hendak mengompori lagi.

Duh, Nih bule ternyata lemes juga mulutnya.

Aku melayangkan pelototan kesal pada Ammar, tanda protes dengan sikap lancangnya itu. Namun, Ammar malah, tersenyum dalam bekapan tanganku. Sebelum tiba-tiba mencium dan menjilat telapak tanganku dengan iseng.

Aku pun langsung menjauhkan tanganku, dan semakin menatapnya dengan galak.

Dasar bule gila!!

"Kenapa?" tanya Bang Al kembali curiga.

"Eh? Eng-nggak papa, kok." Aku jadi kikuk sendiri mau menjelaskan bagaimana kelakuan bule gila ini.

"Itu berkas buat saya?" tanya Ammar tiba-tiba, sambil menunjuk map yang ada di tangan Bang Al.

"Iya, Pak."

Lalu, Ammar pun mengkode Bang Al menyerahkannya, sebelum membukanya sebentar dan langsung menandatanginya dengan cepat.

"Loh, tapi saya belum menjelaskan apa-apa soal proyek ini, Pak?" tanya Bang Al bingung dengan sikap Ammar.

"Tidak perlu. Saya percaya pada proyek kalian," ucapnya santai sambil menyerahkan map itu kembali pada Bang Al.

"Tapi--"

"Lagi pula ini sudah masuk jam makan siang, dan saya sudah lapar sekali. Jadi ... saya ingin pinjam Nur untuk menemani saya lunch siang ini?"

Eh? Kok, aku?

"Ngapain ngajakin saya?" tanyaku dengan bingung.

"Saya ingin traktir kamu, Nur. Ya ... anggap saja sebagai ucapan terima kasih untuk tumpangannya waktu itu," jawab Ammar lugas.

"Eh, gak usah. Kan udah impas sama kejadian malam itu di club."

"Club?"

Mampus! Keceplosan gue!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
aduh Nur km juga punya mulut lemes bgt bisa keceplosan gt sih
goodnovel comment avatar
軽利川 さゆり
hahahaha... mati dah lu Nur keceplosan jg..
goodnovel comment avatar
Anita Ratna
Huahha udh susah² ngumpetin, eh mlh keceplosan blg ke club. Dasar Nur.........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kanjeng Ratu Minta Mantu   Last Extra part

    *Happy reading*"Jadi, anak itu kamu, Mas?" tanyaku tak percaya, setelah mendengar penuturan Ammar tentang kisah 12 tahun lalu yang lumayan bikin aku kepo selama ini."Iya, itu aku. Yang baru saja lepas dari para penculik, dan sengaja bersembunyi di keramaian Pasar Malam," akunya kemudian. Membuat aku tertegun setelahnya."Di ... culik?" Beoku tanpa sadar."Yups! Aku memang habis di culik waktu itu, makanya tampilanku kumel dan ... kelaparan sekali," jawabnya lugas, seraya mengelus perut ratanya dengan penuh drama.Kalau begitu, wajar sih dia aneh malam itu. Dia pasti masih waspada pada orang asing saat itu."Makanya aku gak bisa lupain malam itu, sayang. Karena kehadiran kamu itu benar-benar seperti malaikat untukku. Meski malaikatnya lumayan pelit."Seketika aku pun mencebik kesal, dan memukul dada bidangnya karena sindirannya barusan.Ammar malah tergelak renyah, sebelum menangkap tanganku dan menggengmnya

  • Kanjeng Ratu Minta Mantu   Extra part 2

    Sekeping masa lalu ...."Dek, kamu tunggu di sini sebentar, ya? Jangan ke mana-mana! Nanti ilang, repot abang nyariin kamu. Pokoknya, diem anteng di sini sampai Abang balik, okeh!" titah tegas Bang Al, yang aku angguki dengan antusias."Kalau ada yang gangguin, teriak aja. Sekenceng-kencengnya, nanti abang bakalan lari ke sini." Bang Al menambahkan, dengan ketegasan yang sama.Aku pun kembali mengangguk patuh."Iya, Abang. Nur ngerti. Udah sana, nanti antriannya makin panjang, kita pulangnya telat lagi. Nanti diomelin Emak sama Bapak," jawabku kemudian, seraya mengibaskan tangan menyuruh Bang Al pergi.Bukan pergi ninggalin aku. Tapi pergi untuk antri di tukang kerak telor untuk membelikan pesanan Emak juga Bapak.Itu syarat utama agar kami diijinkan datang ke Pasar Malam ini sama Bapak. Karenanya, aku pun tak mau sampai Bang Al kehabisan panganan itu, yang berakhir tamparan keras dari Bapak.Bapakku itu galak banget soalnya. Ka

  • Kanjeng Ratu Minta Mantu   Extra part

    *Happy Reading*"Kenapa?""Pegel, sakit juga," sahutku dengan sedikit cemberut, seraya memijat-mijat betis kaki yang terasa mulai kebas.Ammar pun berdecak sebentar, sebelum kemudian berjongkok dihadapanku dan menyingkap sedikit Rok gaun bagian bawah.Setelahnya, Ammar pun mendesah panjang, sebelum kemudian membuka sepatu heels yang sedang aku kenakan."Aku kan udah bilang, jangan paksain kalau memang tidak biasa, jadinya lecet, nih," omelnya kemudian, sambil membantuku mengurut kakiku yang terasa ngilu."Sshhh ...." tanpa sadar, aku mendesis kesakitan karenanya. Membuat Ammar langsung menoleh ke arahku, dengan wajah masam sekali."Jangan coba-coba pakai benda ini lagi," geramnya seraya menjauhkan sepatuku dengan kasar ke sembarang tempat."Tapi, Mas. Itu satu paket sama gaunnya. Cantik juga bentukannya. Saya suka." Aku pun menyuarakan pro

  • Kanjeng Ratu Minta Mantu   Bab 57

    *Happy Reading*Aku malu! Sumpah! Demi apa coba aku harus berhadapan langsung sama Si Tante kayak gini? Ammar nih emang resek banget! Tinggal jelasin aja padahal, apa susahnya? Malah nyuruh aku ngadepin Si Tante kek gini! Mau dia apa, coba? Mau lihat aku sama pacarnya ini jambak-jambakan?Lah? Mana bisa? Aku kan pake hijab. Si Tante pasti susah jambaknya. Sementara itu, rambut si Tante juga kelihatannya mahal. Jadi mana tega aku jambaknya.Terus ini aku harus kek mana sekarang?Masa malah main liat-liatan, sih? Nanti kalau baper, gimana?"Jadi, kamu cemburu sama saya, Nur?" tanya Si Tante akhirnya, setelah mengulas senyum manis sebelumnya."Eh, itu ... uhm ... bukan gitu juga, Tan. Tapi ... anu ... aduh, gimana ya jelasinnya?" sahutku asal, bingung harus menjawab bagaimana?"Gak papa, Tante ngerti, kok. Tapi, kamu gak usah takut ya, Nur. Tante bukan pacarnya Ammar, kok. Soalnya dia udah bucin akut sama kamu."Eh?

  • Kanjeng Ratu Minta Mantu   Bab 56

    *Happy Reading*"Terima ... terima ... terima ...."Setelah Ammar menyelesaikan kata-kata lamaran, yang menurutnya tidak Romantis. Riuh dan tepuk seruan itu pun terdengar menghiasi ruangan tersebut. Membuat aku mengerjap pelan, sebelum kemudian memindai suasana sekitar yang ternyata lumayan ramai.Meski masih dalam keadaan remang, tapi aku sudah mulai bisa melihat beberapa orang hadir di sana, dengan beberapa orang yang sudah membidik aku dan Ammar. Salah satunya adalah Nurhayati, yang aku yakini pasti sedang membuat IG live.Ah, sialan. Jadi aku sedang dikerjain ceritanya. Kenapa aku gak ngeh, ya? Bodoh banget, ya?"Terima ... terima ... terima ...." Sorakan itu masih menghiasi, membuat aku kembali menatap Ammar yang masih berlutut satu kaki dihadapanku. Tentu saja dengan senyum yang belum luntur sedikit pun.Namun sayangnya, alih-alih menjawab ya, dengan haru yang biasa ditunjukan dalam sebuah sinetron. Aku lebih memilih menyuarakan pertan

  • Kanjeng Ratu Minta Mantu   Bab 55

    *Happy Reading*"Sel, itu--""Ck, menyebalkan sekali," geram Sella tiba-tiba, sebelum menarik tanganku dan mengajak berlari. "Yuk, Kak!"Eh? Aku mau diajak kemana nih?Sebenarnya, aku belum bisa mencerna situasi ini dengan baik, tapi aku juga tidak bisa menolak ajakan Sella yang menarik tanganku tiba-tiba, dan mengajakku berlari begitu saja.Aku bahkan tidak tahu ke mana Sella akan membawaku. Meski masih di area Rumah sakit tempat Bapak dirawat, tetap saja aku tak hafal seluk beluk tempat ini.Penting ikuti aja Sella. Karena, bukannya dia sendiri yang bilang kalau sedang mendapat tugas menjagaku dari Fans Fanatik Ammar.Nah, aku rasa Sella saat ini sedang melaksanakan tugasnya itu. Karena wanita tadi memang terlihat sangat ingin membunuhku.Ngerih juga membayangkannya. Makanya aku nurut aja kemana Sella membawaku. Karena aku yakin, Sella tidak akan mungkin mencelakaiku."Ayo, kak. Cepat!" titah Sella disela pelarian kami

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status