....Sejak kejadian itu, Lyan tak kembali. Bahkan, hingga hari menjelang persidangan, Lyan sama sekali tak datang ke apartemen. Hal itu membuat Almira terpukul dan bersedih. Bahkan ia merutuki diri sendiri yang tak bisa membuat benteng pertahanan hati. Selama ini, Lyan selalu ada untuknya dan saat dia tak nampak, hati Almira terasa kosong. Ada yang patah di dalam sana saat Almira tahu, Lyan tak pernah nampak setelah itu."Ka, Lyan ke mana ya? Seminggu ini tak pulang," tanya Almira sendu."Aku juga nggak tahu. Dia tidak mengaktifkan nomornya. Mungkin nanti dia datang di persidangan."Hari ini, sidang putusan digelar. Lyan yang memberikan kepercayaan pada pengacaranya, hanya bisa memantau dari jauh. Bukti yang kali ini Farhan dan Abbas berikan sebagai banding, cukup membuat Zidan kalah telak. Ditambah datangnya Suaka dan Iriana, membuat Zidan mati kutu di depan majelis hakim karena kedapatan memalsukan bukti. Bahkan dia diancam pidana 6 tahun dan denda 1 miliar karena sudah terbukti be
..."Dek, Mas mau ngomong," ajak Suaka saat dirinya baru sampai di rumah.Desy mengikuti suaminya ke kamar dengan rasa yang penasaran. Wajah suaminya terlihat datar dan menakutkan."Bagaimana persidangan tadi pagi, Mas?" Desy berkata dengan nada gugupnya. "Ba-ik?" tanya Desy mengurai rasa gugupnya."Baik, jika kamu bisa menjelaskan pada Mas. Tentang apa yang sudah kamu katakan pada media dan juga pada keluarga Mas," ucap Suaka.Desy kaget. Dia kira Suaka tidak akan tahu apa yang ia lakukan, tetapi kenyataannya Desy salah. Suaminya kini terlihat marah."Jawab!" Suaka sedikit meninggikan suara membuat Desy sangat takut."Mak-sud Mas apa? Desy nggak paham," kilah Desy.Ia tak bisa lagi bersabar. Kepergian Lyan yang sampai saat ini tidak pernah kembali, juga kemarahan ayah pada Lyan yang berimbas pada masalah keluarga yang bertambah runyam juga pemberitaan media yang pastinya kini membuatnya semakin pusing.Suaka menatap lekat wanita yang baru beberapa minggu ini ia nikahi. Bahkan pernika
..Suaka mendapati Desy yang sudah lelap di dalam dekapannya. Sengaja ia bangun tengah malam untuk melakukan Qiyamul Lail. Meminta petunjuk pada Sang Pencipta agar memudahkan jalannya yang terjal itu. Setelah berwudhu dan menggelar sajadah, Suaka mencoba khusyu ketika beribadah. Tetap saja, sholatnya begitu banyak masalah yang melintas. Barulah saat berdoa, dia bisa meneteskan air mata hingga bisa merasakan nikmatnya Qiyamul Lail yang dia lakukan kali ini.Entah kenapa selepas sholat, Suaka penasaran ingin membuka ponsel Desy yang tergeletak di atas meja. Diraihnya ponsel itu dan saat ingin membukanya, ternyata ponsel terkunci. Suaka mencoba memasukkan nomor sandi tanggal lahir, pernikahan dan juga hari bahagia mereka, namun sayangnya tak bisa terbuka. Akhirnya Suaka memiliki ide, membukanya dengan sidik jari Desy.Suaka meraih jari telunjuk dengan pelan dan menempelkannya pada ponsel Desy. Seketika ponselnya terbuka dan menampakan walpaper Desy saat menikah dengannya. Suaka membuka p
..."Kenapa mengajakku bertemu?" tanya Desy saat ia baru sampai di tempat yang sudah dijanjikan sebelumnya."Kenapa nada bicara kamu aneh sekali? Bosan dengan permainan yang sedang kita lakukan?" tanya Raisa dengan senyum menyeringainya. "Kamu mau menyerah?" tawar Raisa sekali lagi.Desy yang baru saja duduk merasa aneh dengan sekeliling tempat yang sepi dan juga lengang. Resto yang seharusnya ramai pengunjung itu, terlihat aneh dengan hanya ada dia dan Raisa seorang."Resto ini sengaja saya booking dia jam ini biar kita sama-sama aman. Tenang saja, saya selalu melakukan semuanya dengan rapi," ucap Raisa seakan sudah tahu kegelisahan yang dirasakan Desy."Apa yang ingin kita bahas di sini?" tanya Desy."Sepertinya kamu sudah tidak sabar mendengar apa ingin saya datang mengajakmu. Tentu saja ini tak lain tentang Lyan dan janda gatel itu. Saya mau, kamu membantu saya menyingkirkan janda itu dari kehidupan Suaka dan Lyan. Apa kamu tidak sadar? Selama ini dia hanya memanfaatkan kebaikan L
..."Loh, kok dah balik?" tanya Suaka yang kaget melihat Desy sudah kembali dari rumahnya dengan cepat."Iya. Maaf, Mas. Soalnya tadi aku ke sana dan ketuk berulang kali bahkan tombol bel aku bunyikan berulang kali tak juga ada tanggapan. Lalu aku mencoba tanya satpam, katanya Mbak Almira sudah meninggalkan apartemen sejak pagi."Suaka begitu kaget dengan kabar yang Desy katakan. Ia sampai berdiri dan memandang wajah istrinya dengan sangat dekat."Kamu sedang tidak bohong, kan?" Suaka benar-benar tak percaya dengan apa yang istrinya katakan."Tidak, Mas. Sumpah demi apapun! Kalau Mas tidak percaya, Mas bisa ke sana dan tanya dengan petugas satpam yang tadi aku temui. Buat apa Desy berbohong, kalau faktanya begitu. Bahkan satpam tadi mengatakan, jika dia pergi dengan terburu-buru dan membawa dua koper besar di tangannya.""Kamu nggak tanya dia mau ke mana?""Sudah tanya, tapi satpam nggak tahu. Terus bagaimana ini, Mas?" Desy tidak begitu panik sebenarnya. Ia yakin Almira tidak mungkin
..."Bagaimana?" tanya Raisa saat menghubungi Desy yang sedang dinas malam ini dengan mengirimnya pesan."Dia sudah pergi dan kita sudah tidak ada urusan lagi. Jadi, sekarang juga hapus semua video yang kamu punya tentangku itu. Jangan ingkar Raisa, aku tak akan memaafkanmu jika itu terjadi.""Maafmu nggak akan ada gunanya bagi saya. Memaafkan atau tidak, tak penting! Saya akan simpan video ini sebagai bahan untuk membuatmu membantu saya.""Kurang ajar!"Setelah kalimat umpatan itu, Raisa tak membalas lagi. Nomornya juga tak aktif, membuat Desy merasa kesal. "Apa tidak bisa berlaku baik sedikit saja? Baru tahu ada artis kelakuan bar-bar seperti itu," batin Desy.Desy memasukkan ponselnya ke dalam saku dan ia menggosokkan telapak tangannya yang terasa dingin. Deringan ponsel membuatnya kaget karena saking seriusnya menatap ruangan yang sangat sepi itu."Assalamualaikum, Dek. Lagi ngantuk ya?" Ternyata kali ini Suaka yang menelpon. "Iya. Sepi banget rumah sakitnya malam ini. Biasanya
...Almira pandangi benda pipih pemberian Abbas. Pengacara Lyan sengaja memberikan ponselnya kembali agar dia bisa berkomunikasi dengan orang yang ada di kontaknya. Termasuk Meysila dan Suaka. Rindu karena selama ini, ia menjalankan butik dengan pantauan Lyan yang tidak ia ketahui keberadaannya. Abbas hanya mengatakan, jika Lyan mewariskan butik untuknya dikembangkan. Abbas mengatakan seolah-olah Lyan sudah mati dan Almira harus berjuang mewujudkan cita-cita Lyan yang tertunda. Jangan ditanya bagaimana perasaan Almira saat itu. Selain duka mendalam, Almira juga bingung apakah berita itu benar atau tidak. Karena sejauh pantauan media, pemberitaan Lyan hanyalah hilang dan tak kembali. Begitupun dengan dia, yang dikabarkan hilang karena tak diketemukan di manapun. Kemarin ia membuka ponsel miliknya dan iseng mengirim pesan pada sahabatnya, Meysila. Berharap nomor sahabatnya itu masih aktif. Saat mengirim pesan itu, hanya centang satu yang dia dapat sehingga ia mematikan kembali ponsel m
.....Lyan pandangi hamparan sawah nan hijau. Rindu ingin bertemu kian menggebu tapi ego seakan memaksa untuk tinggal. Jika saja semesta mendukungnya melakukan itu, sudah ia lakukan jauh-jauh hari."Den ada telepon penting. Harus disampaikan katanya."Lyan yakin ini dari Abbas. Pengacaranya itu pasti akan menanyakan kapan dia pulang ke Bogor."Kenapa dirimu susah sekali dihubungi? Aku diberondong Raffi dan Almira agar mau memberitahu mereka jika kamu ada di sini. Gimana dong?" tanya Abbas. "Jika saja ilmu teleportasi masalah itu ada, tidak perlu aku menggunakan jasa orang lain untuk menghandle semua masalahku."Abbas berdecak sebal. Selalu Lyan mengatainya dengan hal seperti ini. Nggak nyambung emang, tapi menyimpan rahasia terlalu lama juga beresiko padanya. Terlebih Raffi mengancam akan membuatnya diserbu wartawan kalau sampai tidak mau memberikan informasi pada dirinya."Apakah di dunia ini tak ada yang bisa membuat diriku tenang sebentar saja? Katakan pada mereka, aku akan pulan