Share

Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah
Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah
Author: Henny Djayadi

1. Aib yang Terbongkar

last update Last Updated: 2025-02-18 12:42:35

Cinta berlari menyusuri koridor rumah sakit. Napasnya tersengal. Air mata mengalir, bercampur keringat di wajahnya yang pucat. Pakaiannya berantakan, penuh noda darah yang sudah mulai mengering. Darah putrinya, bau anyirnya menusuk hidung, bercampur dengan aroma antiseptik rumah sakit.

“Bertahanlah, Nak. Bertahanlah….” Suara Cinta terdengar parau, nyaris tak terdengar di tengah hiruk-pikuk rumah sakit.

Di atas brankar yang melaju kencang, tubuh kecil Chiara tergolek tak berdaya. Tadi saat keluar dari sekolah, tiba-tiba ada mobil yang melaju dengan kencang menghempaskan tubuh mungilnya.

Darah mengalir dari keningnya, membasahi rambut dan wajahnya yang dulu begitu cantik. Sekarang, wajah Chiara hampir tak bisa dikenali. Luka-luka di dahinya menganga. Kelopak matanya tertutup, terlalu lemah untuk terbuka.

Lutut Cinta gemetar, kakinya hampir tidak kuat menopang tubuh, tetapi dia terus mengikuti brankar tersebut.

Brankar berhenti di depan pintu ruang gawat darurat. Para dokter dan perawat bergerak cepat. Cinta ingin ikut masuk, ingin selalu berada di samping putrinya. Namun, seorang perawat menghadangnya di depan pintu.

“Ibu, mohon tunggu di luar.”

Cinta menggeleng. Matanya penuh ketakutan. “Tolong, izinkan saya masuk. Saya ibunya!” Suara Cinta bergetar, terdengar sangat nelangsa.

“Ibu, mohon bekerja sama. Kami harus segera menangani anak Anda,” ucap perawat itu dengan tegas, tanpa memberi ruang untuk berdebat.

Pintu tertutup di depan wajahnya. Tangis Cinta pecah, membayangkan putrinya yang sedang berjuang antara hidup dan mati.

Cinta tidak peduli dengan tatapan orang-orang di sekitarnya, tidak peduli dengan suara langkah kaki yang berlalu-lalang. Hanya satu yang ada di pikirannya, keselamatan Chiara.

Tangannya gemetar saat merogoh ponsel di saku. Cinta menekan nomor Kevin, suaminya. Tidak ada jawaban. Tidak ingin pasrah begitu saja, Cinta kembali mencoba, tetapi tetap tidak diangkat.

“Angkat, Kevin. Angkat ….” Suara Cinta tidak jelas karena dibarengi dengan isak tangis.

Matanya nanar menatap layar ponsel. Cinta meremas rambutnya, seakan itu bisa meredakan rasa panik yang menyesakkan dadanya.

Dering berulang, tapi tetap tak ada sahutan. Lalu terdengar nada sibuk. Cinta menggigit bibirnya hingga berdarah. Dia ingin berteriak. Ingin marah. Tapi yang tersisa hanya rasa putus asa.

Berulang kali Cinta memperhatikan arlojinya. Ini sudah dua puluh menit dan belum ada kabar tentang putrinya.

Pintu terbuka, langkah kaki cepat menghampirinya. Seorang dokter dengan jas putih berdiri di hadapannya. Wajahnya terlihat sangat serius, dan sorot matanya penuh beban.

“Ibu dari Anak Chiara?”

Cinta mengangguk cepat. Dadanya naik turun menahan napas yang tersengal. Tatap matanya terlihat penuh harap akan mendengar kabar baik di tengah kegundahan hatinya. Tetapi kenyataan tak seperti yang diharapkan.

"Jadi seperti ini, Anak Chiara mengalami luka serius di kepala dan kakinya, kami harus segera melakukan tindakan operasi."

"Operasi?" Cinta membeku. Dia tidak menyangka jika luka putrinya separah ini. "Kalau begitu lakukan apa saja, Dok. Yang terpenting anak saya selamat."

"Ada masalah lain, Bu. Pasien sudah kehilangan banyak darah dan memerlukan transfusi. Kami butuh donor segera.”

Cinta membatu. Matanya berkedip cepat, mencoba memahami kata-kata dokter itu. Kepalanya berdenyut kala menyadari satu hal yang sangat sulit.

Ingatan menghantam Cinta. Sekitar dua tahun lalu, Chiara pernah mengalami demam berdarah yang parah dan membutuhkan transfusi darah segera.

Saat itu, Kevin tanpa ragu menjadi pendonor. Dia satu-satunya yang memiliki golongan darah yang sama. Darah Kevin menyelamatkan Chiara kala itu.

“Golongan darah yang sesuai dengan Anak Chiara, stok di rumah sakit kosong. Kami sudah menghubungi PMI juga tidak punya persediaan saat ini.”

Kalimat itu seperti tamparan untuk Cinta. Terlebih lagi dirinya memiliki golongan darah yang berbeda dengan anaknya.

Dia menatap dokter tersebut. "Dok, tolong selamatkan anak saya. Saya ... Saya akan mencari pendonor yang sesuai."

Begitu dokter pergi, Cinta berusaha menghubungi Kevin. Kembali hanya dering yang dia dengar, tanpa ada jawaban.

Hanya Kevin yang bisa menyelamatkan Chiara, tetapi sampai saat ini dia tidak bisa dihubungi.

"Kevin ... angkat telponnya. Chiara membutuhkanmu." Suara Cinta bergetar, dipenuhi rasa panik.

Berulang kali Cinta mencoba menghubungi nomor suaminya. Tetap tidak ada jawaban, hingga membuatnya semakin putus asa. Bahkan saat ini nomor suaminya justru menjadi tidak aktif.

Dengan sisa tenaga yang ada, Cinta berlari keluar dari rumah sakit. Dia bertekad untuk menemui Kevin langsung di kantornya. Tidak ada waktu untuk menunggu. Tidak ada waktu untuk berpikir.

Pada saat putrinya sedang bertaruh nyawa, Kevin entah di mana. Cinta tetap berpikir positif, mungkin saat ini Kevin sedang ada rapat penting dan tidak bisa diganggu, sehingga ponsel dia matikan.

Setelah turun dari taksi, Cinta melangkah ke meja resepsionis untuk memastikan jika Kevin sedang berada di tempat. Setelah mendapat informasi yang pasti tentang keberadaan suaminya, Cinta semakin tidak sabar hingga setengah berlari agar bisa segera tiba di ruang kerja suaminya.

Karena panik dan terburu-buru Cinta membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. Tetapi tubuhnya lemah seketika, kala matanya disuguhi pemandangan yang tidak pernah dia duga sebelumnya.

Kevin berdiri di belakang Maira, sekretarisnya. Perempuan dengan pakaian yang berantakan itu sedang membungkukkan tubuhnya dengan kedua tangan yang bertopang pada meja kerja yang besar. Gerakan tubuh Kevin yang diiringi desah dan erangan itu tiba-tiba berhenti saat pintu terbuka.

Kevin tampak gusar menyesali keteledorannya yang lupa mengunci pintu. Tetapi semua terlambat, Cinta sudah melihatnya.

“Kevin ….” Lirih suara Cinta, hampir tidak terdengar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
mayuunice
Ihhhh badjingluncatttt kau Kevin!!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    275. Pengakuan Priambodo

    Rama membeliakkan matanya. “Siapa Theo?”Selo Ardi menghembuskan napas secara kasar. “Dia orangnya Priambodo.”“Sial!” maki Rama, lebih pada dirinya sendiri yang tidak bisa melindungi Cinta, dan tidak peka dengan situasi.Ekspresi wajahnya mengelap. “Bisa jadi... ini perintah langsung dari Priambodo. Dan mereka bergerak dengan sangat rapi. Ini bukan penculikan biasa. Tapi, dari cara mereka memperlakukan Cinta dan Chiara, sepertinya mereka tidak diperintahkan untuk menyakiti.”Arman menarik napas panjang. “Jika Priambodo yang bergerak, aku rasa ini masalah yang sangat serius.”Rama mengepalkan tangan, dadanya sesak. “Kalau dia menyentuh Cinta atau Chiara sedikit saja…”Arman mengangkat tangan, menahan. “Jangan emosional. Kita selamatkan mereka, tapi harus dengan kepala dingin.”Selo Ardi mengangguk. “Saya akan segera susun tim. Tapi... kita juga harus memikirkan satu hal.”“Apa itu?” tanya Arman.“Mungkin kita bisa melakukan negosiasi, agar Priambodo melepas mereka... tanpa ada kekeras

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    274. Sebuah Petunjuk

    Sementara itu di tempat yang berbeda, tepatnya di ruang tamu rumah keluarga Narendra yang megah dan dingin, ketegangan terasa pekat. Rama datang dengan napas terengah, wajahnya pucat dan penuh kecemasan. Matanya mencari sosok sang ayah, Arman Narendra, satu-satunya orang yang bisa dia andalkan saat seluruh dunia terasa runtuh.Tampak Selo Ardi, penasihat keluarga yang loyal, sudah duduk dengan wajah serius.Begitu juga Widya yang berdiri dengan tangan bersedekap di dada. Ketika Rama masuk, Widya langsung menyahut dengan nada sinis namun tetap terdengar anggun."Masih kau cari perempuan itu? Lihatlah… sejak Cinta masuk ke hidupmu, yang datang hanya masalah."Rama menatap mamanya dengan getir. Ia ingin membantah, ingin mengatakan betapa besar cintanya pada Cinta, tapi mulutnya tak sanggup terbuka. Yang bisa dia lakukan hanyalah memalingkan wajah, berusaha menahan amarah yang sebenarnya sudah siap meledak.Arman melangkah maju, menatap putranya lalu istrinya bergantian.“Widya…,” panggil

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    273. Mengungkap Kebenaran

    Begitu mereka memasuki ruangan, Cinta menatap sekeliling. Ruangan itu ternyata bukan ruangan gelap atau menyeramkan seperti yang dia bayangkan. Ruangan itu terang dan hangat. Di dalamnya ada rak buku besar, lukisan pemandangan di dinding, dan meja kerja klasik yang dipenuhi bingkai foto. Tatap mata Cinta tertuju pada satu foto besar, foto pernikahan yang dia yakini adalah pernikahan Priambodo dan istrinya. Cinta terpaku, seperti pernah melihatnya, tapi dia lupa. Priambodo menarik napas panjang, lalu perlahan mengisyaratkan Cinta untuk duduk di sofa empuk berwarna krem yang menghadap langsung ke rak penuh foto-foto lawas. Cinta duduk dengan hati waspada, tubuhnya kaku, sementara matanya sesekali melirik foto pernikahan yang belum lama tadi membuatnya penasaran. Pertanyaan demi pertanyaan berputar dalam kepalanya, tapi tak satu pun dia lontarkan. Priambodo duduk di seberang, kedua tangannya saling menggenggam di pangkuan. Wajahnya tak sekeras sebelumnya, tak ada aura dingin seoran

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    272. Dua Perasaan Berbeda

    Priambodo terhenti sejenak. Senyumnya makin lebar. Sementara wajah Cinta berubah antara bingung dan terperanjat. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Panggilan spontan dari Chiara membuat suasana yang tegang berubah canggung. Priambodo mengangkat kedua tangannya, seolah menyerah, lalu tertawa pelan. “Opa Genit, ya?” ujar Priambodo dengan nada menggoda. “Kenapa dibilang genit, anak cantik?” Chiara menatapnya dengan serius, lalu menjawab polos, “Karena waktu itu Opa suka senyum-senyum sendiri waktu lihat Mama…” Cinta langsung merengkuh tubuh Chiara dalam pelukannya. Berharap apa yang dia lakukan tidak menimbulkan amarah pada pria di hadapannya. Sementara itu Priambodo justru tertawa terbahak, lalu menunduk dan berlutut agar sejajar dengan Chiara. “Itu karena Mama kamu memang cantik,” ucap Priambodo dengan lembut, sambil menatap Cinta dengan tatap mata penuh binar bahagia. Cinta membeku, semakin dijejali rasa takut. Masih lekat dalam ingatan Cinta saat Priambodo berusaha

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    271. Opa Genit

    Cinta melangkah perlahan menyusuri tiap sudut rumah yang terasa asing namun begitu nyaman itu. Rumah itu begitu megah, penuh detail klasik, namun tak ada satu pun petunjuk siapa pemiliknya. Tak ada foto keluarga, tak ada pajangan pribadi, hanya lukisan-lukisan bergaya naturalis hutan, danau, gunung bersalju, dan padang bunga liar. Semua tampak indah, tapi juga membuatnya semakin resah. Semuanya terlalu bersih, terlalu sempurna, tapi misterius.Cinta mulai merasa panik. "Rumah siapa ini? Bagaimana aku bisa di sini? Tapi… kenapa aku tidak bisa mengingat apa pun, bagaimana aku sampai di sini?" batin Cinta gemetar dipenuhi ketakutan.Tiba-tiba, terdengar suara lembut dari arah belakang."Non Cinta..."Cinta sontak berbalik, sedikit terkejut. Di hadapannya berdiri seorang perempuan paruh baya, mengenakan seragam rapi berwarna krem dan kerudung sederhana. Wajahnya teduh, senyumnya tulus, dan suaranya terdengar sopan serta penuh hormat."Non Cinta panggil saja Bi Siti, saya pembantu di ruma

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    270. Mencari Cinta

    Rama tersenyum kecil."Pasti mereka sedang menyiapkan kejutan." Piker Rama sambil melangkah masuk lebih dalam.Namun semakin lama suasana sunyi itu justru terasa semakin mencekam. Ia menyalakan lampu ruang tamu. Seketika cahaya menyebar ke seluruh penjuru ruangan menampakkan ruang yang rapi, tapi terlalu rapi. Seperti tidak ada yang tinggal di sana.Rama meletakkan bunga dan makanan di meja, lalu membuka kamar tidur.Kosong.Kamar Chiara?Sepi.Langkah Rama mulai tak tenang. Napasnya memburu. Tangannya dengan cepat merogoh ponsel dan menghubungi nomor Cinta.Nada sambung terdengar.Namun…Dering ponsel justru terdengar di kamar Chiara. Matanya membelalak saat melihat ponsel Cinta tergeletak di sana, seperti sengaja ditinggalkan."Tidak mungkin..." gumam Rama dengan suara tercekat.Tangannya menggenggam erat ponsel itu, lalu menatap sekeliling ruangan lagi, mencari tanda-tanda. Tidak ada yang hilang, semua masih berada di tempatnya dengan rapi, hanya istri dan anaknya yang tidak dia te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status