Share

124. Kevin Mengadu

last update Dernière mise à jour: 2025-05-09 10:51:33

Pagi itu rumah sakit terasa lebih dingin dari biasanya. Hujan semalam menyisakan embun tipis di jendela ruang tunggu. Di ruang rawat khusus anak, Chiara duduk di ranjangnya dengan bantal peluk di tangan. Rambutnya diikat dua, seperti biasa, tapi kali ini matanya sedikit sayu.

Rama duduk di sampingnya, menggenggam tangan kecil itu dengan penuh kelembutan. Senyum hangat terukir di wajahnya, meski hatinya dicekam kekhawatiran.

“Chia sudah siap?” tanya Rama pelan. “Operasinya sebentar lagi. Setelah itu, kamu bakal mulai jalan pelan-pelan lagi.”

Chiara menunduk. Bibirnya mengerucut, menahan rasa takut yang mulai menyeruak.

“Tapi… kalau operasinya gagal? Kalau Chia nggak bisa jalan lagi?” tanya Chiara lirih, ada ketakutan dalam tiap katanya.

Rama menarik napas. Ada getaran di dadanya. Ia membelai rambut anak itu, lalu memeluknya erat.

“Kalau itu terjadi… papa akan jadi kaki buat kamu. Papa yang akan gendong kamu ke mana pun kamu mau. Mau ke taman, ke sekolah, ke pantai. Ke mana aja.”

Chiara
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Luly Chan
kevin si plg playing victim
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    300. Masalah Baru Rama dan Priambodo

    Suasana pagi yang semula terasa biasa saja di kantor Kevin mendadak berubah tegang. Kevin mondar-mandir di ruang kerjanya, wajahnya memerah oleh amarah.Tangan Kevin mengepal erat sambil memelototi layar ponselnya yang masih memperlihatkan pesan dari pengacaranya yang berisi tentang Lilian resmi ditahan atas laporan Priambodo.“Sialan!” geramnya, lalu menghempaskan ponsel ke sofa kulit di sudut ruangan.Kevin menggeram, lalu segera mengambil ponsel cadangan dari laci tersembunyi. Dengan cepat dia menekan nomor rahasia yang hanya ia gunakan untuk urusan "kotor".Begitu tersambung, suara pria di seberang langsung menjawab,“Halo, Tuan Kevin.”Kevin menggeram pelan tapi penuh tekanan, “Kita jalankan rencana itu sekarang. Tak ada lagi waktu menunda. Semua harus berjalan sesuai target.”“Tentu, Tuan. Sasaran tetap yang kita bicarakan dulu, atau ada perubahan?”Kevin menghela napas, lalu menatap kosong ke luar jendela.“Semua orang yang membuat hidupku berantakan harus bayar. Termasuk Priam

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    299. Kesempatan

    Saat mobil yang ditumpangi Priambodo berhenti di depan rumah, mentari sore menyorot lembut di sela pohon yang tumbuh di taman. Udara terasa hening, hanya langkah kakinya yang terdengar menyusuri teras rumah yang teduh. Langkah Priambodo seketika terhenti saat mendengar suara renyah nan lirih dari dalam rumah, suara Chiara, cucunya.“Mama, kapan kita pulang? Chia mau ketemu Papa Rama, Chia kangen banget.”Suara itu serak, menggantung, seperti menyimpan tangis yang tertahan. Priambodo mematung, hatinya tertohok.Suara kecil itu menghantam sisi hati Priambodo yang paling dalam. Selama ini dia hanya ingin menjauhkan anak dan cucunya dari orang yang telah melakukan kesalahan fatal an hampir merenggut nyawa cucunya. Tapi kenyataannya, ia telah memisahkan cucunya dari sosok yang begitu dirindukan, yang begitu dicintai.Perlahan, Priambodo melangkah masuk. Di ruang tengah, ia melihat Chiara sedang duduk di pangkuan Cinta, wajahnya mendongak dengan mata berkaca-kaca.“Chia sabar, ya.” Hanya k

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    298. Pembicaraan Priambodo dengan Bunda Aminah

    Priambodo menarik napas dalam-dalam, menenangkan debar jantungnya yang sempat tak beraturan. Ia merapikan jas dan dasinya, membetulkan kerah kemejanya seperti hendak bertemu seseorang yang sangat penting.Gerak-geriknya tak luput dari pengamatan Theo yang duduk di sampingnya, menyipitkan mata dengan bingung. Dia hanya berdehem saat melihat gelagat berbeda pada Priambodo.Priambodo mengabaikan Theo yang sepertinya semakin penasaran. Ia hanya mengangkat satu tangan, memberi isyarat agar Theo menunggu sebentar. Ponselnya masih menempel di telinga.“Bunda Aminah…” Suara Priambodo mendadak terdengar hangat, jauh berbeda dari nada suara sebelumnya. “Saya… saya kaget sekali Bunda menelepon. Ada yang dibutuhkan anak-anak di panti?”Wajah yang semula dihiasi gurat kelelahan dan kesedihan, kini berubah sumringah, cerah seperti langit yang kembali biru setelah badai panjang. Bahkan senyum tulus yang lama tak muncul di wajahnya pun kini menyapa kembali.“Bunda ingin bertemu saya?” tanya Priambodo

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    297. Penangkapan Lilian

    Lilian menutup wajahnya dengan kedua tangan, tubuhnya mulai bergetar. Tapi Priambodo belum selesai. Dengan suara lebih pelan, namun menusuk. “Selama ini aku menyalahkan keluargaku atas kematian istriku. Bahkan aku sampai memutuskan hubungan keluarga dengan mereka. Sementara kamu…” Priambodo mengalihkan pandangan dengan tatap mata penuh luka. “Aku justru memberimu segala kemudahan. Selalu merasa bersalah karena membuatmu kehilangan sosok suami yang sangat mencintaimu. Sampai sekarang aku masih tidak percaya jika kau sekeji ini.” Hening menyelimuti ruangan. Hanya terdengar isakan kecil dari Lilian, dan desahan kecewa dari dada Priambodo. Priambodo menarik napas panjang, lalu menatap wanita itu untuk terakhir kalinya dengan sorot mata dingin. “Aku datang bukan untuk mendengar alasan. Aku ingin kau tahu kebenaran pasti akan terungkap. Dan kau harus bertanggung jawab atas semua yang telah kau lakukan, di dunia maupun akhirat.” Setelah mengakhiri kalimatnya, Priambodo langsung berbalik

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    296. Pria Bodoh yang tak Peka

    Pagi itu udara terasa hangat dan damai. Sinar matahari menyusup perlahan lewat jendela besar rumah Priambodo, memantul di permukaan meja makan yang sudah tertata rapi. Aroma roti panggang dan teh melati menyatu dengan canda tawa kecil Chiara yang sedang asyik bercerita tentang mimpinya malam tadi pada ibunya.Dari ambang pintu, Priambodo berdiri diam sejenak, menatap keduanya, putri dan cucunya, dua sosok yang mengisi ruang kosong di dalam hatinya. Ada raut syukur di wajahnya, tatapan hangat penuh rasa rindu yang perlahan terbayar.“Hidupku sudah cukup lama kosong... Tapi pagi seperti ini membuat semuanya terasa lengkap kembali,” batin Priambodo, hingga seulas senyum terbit di bibirnya.Dia tahu, dia telah melewatkan banyak waktu berharga dalam hidup Cinta. Tapi bersama Chiara, Priambodo bersumpah dalam hati untuk tidak lagi menjadi sosok yang abai. Dia akan menjadi Opa yang hadir dalam setiap momen, pertumbuhan, tawa, tangis, hingga pencapaian cucunya. Tidak akan ada penyesalan kedua

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    295. Tekad Widya

    Di dalam kamar rumah sakit yang sunyi, Rama terbaring lemah, selang infus masih menempel di punggung tangannya. Matanya terpejam, namun sepertinya tidurnya tidak lelap, seperti ada kegelisahan yang mengganggu.Widya duduk di sisi tempat tidur putranya, menggenggam tangan Rama yang terasa dingin dan lemah. Pandangannya murung, penuh rasa bersalah.“Jangan nangis, Ma,” ucap Arman mencoba menenangkan istrinya. “Dia hanya capek…”Air mata Widya justru jatuh mendengar suara putranya yang begitu lemah. Ia merasa hatinya diremas-remas.“Ini semua salah Mama… Harusnya Mama dari dulu bicara baik-baik sama Cinta. Harusnya Mama nggak memisahkan mereka. Sekarang Rama seperti ini…”Arman, yang sejak tadi berdiri di dekat jendela dengan tangan menyilang, mendekat menghampiri istrinya.“Ma…” ujarnya tegas.Namun Widya mengabaikannya, tetap menatap Rama dengan dengan sorot mata penuh kesedihan dan penyesalan.“Aku akan menemui Cinta dan Priambodo. Aku akan bicara langsung dengan mereka. Aku akan mint

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status