Share

191. Terus Mencari

last update Last Updated: 2025-06-08 12:36:18

Pagi itu langit tak kalah muram dari hati yang mendung. Burung-burung enggan berkicau, seolah tahu bahwa kabar duka tengah menyelimuti hidup seseorang.

Sebuah panggilan telepon dari pihak berwajib menghantarkan kabar mengerikan ke telinga Priambodo, sebuah kecelakaan tunggal, korban dua orang, dan salah satunya adalah… Rahmania.

Tubuh Priambodo gemetar saat menyudahi panggilan. Dunia terasa berputar pelan. Ia mengenali nama yang disebutkan, Harris juga ada di dalam mobil itu.

Dengan langkah gontai, ia menuju rumah sakit rujukan tempat para korban dievakuasi. Koridor rumah sakit terasa panjang dan asing, setiap detik berjalan seperti menyesakkan dada. Sesampainya di kamar jenazah, seorang tenaga medis menyambutnya dengan anggukan hening, lalu menarik perlahan kain putih yang menutupi tubuh di atas ranjang dingin itu.

Wajah itu, meski penuh luka dan lebam, meski sudah dibalut kematian, masih sangat dikenalnya.

Rahmania. Istrinya.

Tubuh Priambodo lemas. Ia hampir terjatuh, namun menggeng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Michellyn
Lilian ingin jd nyonya priambodo tp cintanya sma ibu cinta tdk berubah
goodnovel comment avatar
Prita Aji
Lilian jahat ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    192. Wajah Itu

    "Setelah kecelakaan itu, tidak pernah ada laporan penemuan jenazah bayi perempuan, baik di lokasi kejadian maupun di sekitar area. Bahkan saksi mata yang pertama kali menemukan mobil mengaku tidak melihat bayi di dalam kendaraan. Hanya dua orang dewasa.”Priambodo menunduk, matanya memejam sejenak. Nafasnya berat, seperti beban bertahun-tahun kembali menghantam dada.Di sebuah ruangan privat berlampu redup, Priambodo duduk membungkuk di kursi, tangan saling menggenggam di pangkuan. Di hadapannya, seorang pria berpakaian rapi namun sederhana duduk dengan ekspresi serius. Pria itu adalah satu-satunya orang yang dipercaya Priambodo selama bertahun-tahun untuk mengusut keberadaan putrinya, Clara.“Artinya… Clara mungkin tidak berada di dalam mobil waktu itu?” gumam Priambodo lirih, nyaris tak terdengar.“Kemungkinan besar, ya. Itu membuka celah baru. Saya akan menyisir kembali area di sekitar rumah sakit tempat almarhumah Ibu Rahmania melahirkan. Saya harap kita bisa menemukan informasi d

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    191. Terus Mencari

    Pagi itu langit tak kalah muram dari hati yang mendung. Burung-burung enggan berkicau, seolah tahu bahwa kabar duka tengah menyelimuti hidup seseorang.Sebuah panggilan telepon dari pihak berwajib menghantarkan kabar mengerikan ke telinga Priambodo, sebuah kecelakaan tunggal, korban dua orang, dan salah satunya adalah… Rahmania.Tubuh Priambodo gemetar saat menyudahi panggilan. Dunia terasa berputar pelan. Ia mengenali nama yang disebutkan, Harris juga ada di dalam mobil itu.Dengan langkah gontai, ia menuju rumah sakit rujukan tempat para korban dievakuasi. Koridor rumah sakit terasa panjang dan asing, setiap detik berjalan seperti menyesakkan dada. Sesampainya di kamar jenazah, seorang tenaga medis menyambutnya dengan anggukan hening, lalu menarik perlahan kain putih yang menutupi tubuh di atas ranjang dingin itu.Wajah itu, meski penuh luka dan lebam, meski sudah dibalut kematian, masih sangat dikenalnya.Rahmania. Istrinya.Tubuh Priambodo lemas. Ia hampir terjatuh, namun menggeng

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    190. Sumber Kekacauan

    Lilian masuk bersama seorang pria berjas putih, mengenalkan dirinya sebagai dokter anak yang menangani Clara.“Bu Rahmania,” ujar dokter itu dengan suara tenang, “Dengan berat hati, kami belum bisa memberikan izin untuk membawa bayi Clara pulang.”“Kenapa dengan Clara?” tanya Rahmania terlihat panik, lalu mengalihkan pandangan pada putrinya yang berada di pangkuannya.“Kami perlu melakukan observasi lebih lanjut pada bayi Anda. Kami mendeteksi sedikit perubahan warna pada kulit dan matanya, kemungkinan ada tanda-tanda hyperbilirubinemia, kulitnya sempat menguning. Jadi, untuk sementara, Clara belum bisa dibawa pulang.”Rahmania menoleh, tatapannya gelisah. “Tapi… dia tadi terlihat sehat. Tidak kuning. Tidak ada tanda apa pun.”Lilian buru-buru mendekat dan meraih Clara dari pangkuan Rahmania, lalu menimangnya dengan lembut.“Tenang, Rahma,” ucap Lilian sambil menepuk pantat Clara yang bergerak resah dalam gendongannya. “Aku yang akan menjaga Clara. Kau baru saja melahirkan, dan harus

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    189. Rencana Berubah

    Dengan napas terburu-buru dan suara yang penuh ketegangan, Priambodo masih menggenggam ponsel di telinga. Di seberang, Harris terdengar menarik napas panjang sebelum akhirnya memberikan jawaban“Jadi kau mau aku mengeluarkan anak dan istrimu dari rumah sakit, lalu membawa mereka ke rumahmu yang di luar kota?Priambodo menelan ludah, keringat dingin mengalir di pelipisnya. “Aku tahu ini gila, Haris. Dan mungkin akan membahayakan Rahmania dan juga putri kami. Tapi aku tidak punya pilihan. Ibu dan Eyang Kakung bisa saja mengirim orang mereka ke rumah sakit begitu tahu Rahmania melahirkan lalu mengambil anak kamu. Aku harus jauhkan mereka dari bahaya. Aku mohon…”Sejenak sunyi. Hanya terdengar detak jarum jam di dinding dan deru napas Priambodo.Akhirnya Harris berkata pelan, “Kamu sadar ini bisa membuat hubunganmu dengan keluargamu makin hancur?”“Aku lebih rela kehilangan semuanya, Har. Asal jangan istri dan anakku.”Di ujung sana, Harris tertawa kecil meski terdengar getir. “Kamu meman

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    188. Meloloskan Diri

    Kontraksi datang semakin sering dan menyiksa dengan rasa sakit yang sangat. Nafas Rahmania terputus-putus, tubuhnya gemetar. Tak ada tangan suaminya untuk digenggam, tak ada suara Priambodo yang biasa menenangkannya saat ia cemas.Tapi Rahmania tahu, ia harus kuat. Bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk bayi yang sedang berjuang bersamanya dari dalam sana.Rahmania menggigit bibir menahan jeritan. Dengan sisa tenaga yang ada, ia mengikuti aba-aba dokter. Berulang kali ia mengejan, mata sampai berair, napasnya pun tercekat, tubuhnya terasa seperti terbelah. Rasa sakit itu seolah tak berujung, menusuk sampai menembus ke tulang.Hingga perjuangan itu tiba pada garis akhir, saat terdengar tangis bayi yang nyaring dan kuat, memenuhi ruangan.Tangis itu seketika meluruhkan semua rasa sakit. Rahmania menangis, bukan karena sakit, tapi karena rasa syukur yang begitu besar. Dokter mengangkat seorang bayi mungil, wajahnya kemerahan, matanya masih terpejam.“Selamat, Bu Rahmania. Putri Anda lah

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    187. Kelahiran

    “Jangan bilang ini adalah acara pernikahanku!”Sang ibu berdiri dari kursinya, merapikan kebayanya dengan tenang lalu menoleh ke putranya. “Kamu nurut saja, Priam. Hidupmu akan lebih sejahtera dari yang pernah kamu bayangkan.”“Aku bukan boneka keluarga!” bentak Priambodo. Tapi sebelum ia sempat membuka pintu, dua pria berjas hitam yang berdiri di sisi mobil membukakan pintu dengan sopan, namun gerak mereka cepat dan sigap. Seperti sudah terlatih untuk menghadapi penolakan.Dengan wajah dingin, mereka menggiring Priambodo masuk ke dalam rumah. Tak ada yang kasar, tapi juga tak ada ruang untuk melawan. Hanya tekanan halus yang membuat langkah kaki terasa seperti rantai.Priambodo digiring ke lantai atas dan dimasukkan ke sebuah kamar berdekorasi klasik. Setelah ia melangkah masuk, pintu di belakangnya ditutup dan suara klik terdengar. Terkunci dari luar.Dia berdiri mematung. Kamar itu besar dan mewah, tapi kini tak ubahnya penjara emas.***Sementara itu, jauh dari rumah besar itu, Ra

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status