Aku Adelia Ruth prawita, seorang gadis periang, mempunyai rasa percaya diri tinggi, vokal, ambisius dan apa yang aku inginkan harus aku dapatkan. Bahkan aku tidak peduli sesulit apapun itu, selalu berusaha agar apapun bisa terwujud seperti mauku. Termasuk soal cinta, siapapun pria yang aku sukai harus aku takhlukkan dan wajib hukumnya menjadi milikku. Aku memeluk agama Kristiani, hingga pada satu ketika aku jatuh cinta pada seorang pria muslim, yang menurutku cukup sulit untuk aku takhlukkan. Ya dialah Abian Anggara Firman. Seorang pria muslim yang beberapa hari terakhir ini mengisi pikiranku. Berawal dari pertemuan tak sengajaku dengannya pada sebuah insiden yang tak disengaja, ya ketika aku telat ke kampus, lalu aku menabraknya. Sejak saat itu, aku selalu mengingatnya, bayangan wajahnya yang tampan dan rupawan terus menghantui. Dia adalah pria yang sulit didekati, sifatnya yang cool, cuek dan perfeksionis membuat nyaliku sedikit menciut. Namun aku tak pernah menyerah, selalu berusaha mencari celah agar aku bisa masuk ke dasar hatinya. Namun ada hal yang cukup membuatku sedikit ragu untuk mendapatkannya, perbedaan keyakinan yang paling mendasar yang menghalangi kisah kami.
Pagi ini aku ke kampus seperti biasanya, hampir setiap hari aku bertemu Abian, kami berada pada satu kampus yang sama, tapi berbeda jurusan. Kali ini aku bertemu kembali dengannya, karena terburu-terburu tanpa sengaja aku menabrak seseorang yang tanpa aku sadari ternyata Abian, ya kali ini entah yang keberapa kalinya aku menabraknya lagi. Jantungku tiba-tiba berdetak lebih kencang dari biasanya.
“Tak,tak,tak,tak bunyi langkah kakiku berlari”
Dan tiba-tiba,
“Bruk !”, aku menabrak seseorang, tanpa melihat siapa dia, aku berkata,
“Maaf, maaf, aku tidak sengaja maafkan aku”, sambil meraih buku-buku yang berserakan tanpa melihat siapa yang sudah aku tabrak.
“Tidak apa-apa, lain kali hati-hati !”, suara bariton itu terdengar merdu di telingaku.
Deg-deg , sepertinya suara ini tidak asing bagiku, aku menengadahkan kepalaku.
Melihat siapa sosok yang sudah aku tabrak tadi dan ternyata,
OMG, Abian ? oh, tidak-tidak, apa riasanku sempurna ? berantakankah ?” aduh gawat ini batinku.
“Hei , kamu ? lagi ?”
“Ha ?” Aku dengan tatapan bingung.
“Hei, kamu tidak apa-apa ?” tanya Abian melihatku tak bergeming.
“E-eh ti-tidak, aku tidak apa-apa, sekali lagi maafkan aku, aku sedang terburu-buru.”
“It’s OK, lain kali berhati-hatilah dan jangan sampai kau menabrakku LAGI !” ucap Abian dengan menekankan kata lagi.
“Hah, i-iya maafkan aku, lalu dia berlalu pergi.
“Dasar lelaki aneh, sombong sekali dia, tapi kenapa aku menyukainya ?”
“Oh Tuhan ini benar-benar menarik!”. Jantungku terasa melompat kegirangan, hanya karena dia berkata sarkas padaku”. Bagaimana jika dia berkata lembut padaku ? dan memanggilku sayang, oh mesranya .“
Tuk-tuk-tuk-tuk, aku memukul kepalaku sendiri mengembalikan kesadaranku.
“Aduh, mikir apa sih aku !”
Hufht, menghela napas kasar.
“Aku bisa gila gara-gara kamu Abian!” huh-huh-huh-huh, sambil mengacak-acak rambut.
“Oh ya ampun aku telat, gawat ini !”
Aku berlari mengambil langkah seribu.
Di kelas
“Eeh-eeeehhh, apa-apaan sih kamu Ruth ?”. Dikejar dedemit loh ?”
“Hah-hah-hah !” Menghela napas.
“Kesambet apa loh ?”
“A-ku ham-pir sa-ja te-lat.” Dengan napas terengah-engah.
“Aku gak heran kamu telat, kamu on time, baru aku heran!” ejek Tita padaku.
ya Tita, Titania Amalia, sahabat terbaikku, paling mengerti aku luar dan dalam.
Aku dan Tita sudah berteman sejak masih SMP sampai kami kuliah dengan jurusan yang sama.
“Yeah kamu, kalau ngomong suka benar ya!”
“Baru tau lo!” sahut Tita.
“Enggak, udah lama!”
“Oh ya Ta, kamu tau gak, tadi aku ketemu sama siapa ?”
“Abian ?” tebak Tita dengan santainya.
“Kok kamu tau Ta ?”
“Taulah, Abian Anggara Firman, cowok yang belakangan ini selalu jadi topik pembicaraan kamu. Sampai bosan aku dengarnya. Setiap hari hanya nama dia doang yang kamu sebut!”
“Jangan bosan dong sayang !”
“Jengen besen deng seyeng !” bosan aku.
“Ya udah gak jadi cerita akunya!”
“Bagus !” sambil menampilkan kedua jempolnya.
”Tita !” teriakku.
“Jangan teriak, suaramu gak enak didenger !”
“S**l*n loh !”
“Udah, berisik, noh dosen killer tuh dah datang!”
“Huh!” Aku sambil meninju di udara meluapkan kekesalan.
Perpustakaan.
Bian sedang asyik mencari buku yang diinginkannya di rak yang tersusun rapi dengan banyak buku.
Tiba-tiba,
Bruak, tumpukkan buku terjatuh dan menimpa kepalanya, sambil mengusap-usap kepalanya Bian melihat siapa yang sudah ceroboh menjatuhkan buku-buku itu.
“KAMU ? LAGI ?” dengan mata membulat sempurna.
"Kamu ?" Lagi ?" “Kamu bisa gak sih jadi cewek itu anggun gak pecicilan?” Kayaknya hidup aku tuh gak beruntung banget setiap kali ketemu sama kamu. Hufht, menghela napas panjang. Dengan penuh rasa kesal dihatinya Bian menatap Ruth tajam. “Sorry !”, sahut Ruth sambil menautkan kedua tangannya. Kemudian Bian berlalu pergi, malas jika harus berdebat kusir dengan seorang wanita, apalagi di perpustakaan, dan tiba-tiba Ruth memanggilnya kembali. “Bian !” maaf, aku gak sengaja !” dengan mata puppy eyesnya. “Sudahlah, lupakan!” berlalu pergi. “Aduh Abian kamu makin keren deh kalau lagi jengkel begitu, makin gemes akutuh!” batin Ruth. Kemudian dia berlari kecil mensejajarkan langkahnya dengan Bian. “Bian, tunggu!” “Apalagi sih ? “CEWEK PECICILAN ?” “What ?” “CE-WEK PE-CI-CI-LAN, jelas ?” Ruth hampir menangis dikatakan pecicilan oleh seorang Abian, dengan kristal bening me
Abian telah kembali ke tempat di mana dia menyewa sebuah rumah bersama Dion sahabatnya. Ya rumah yang tidak terlalu besar yang terdiri dari dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Rumah dengan design minimalis dengan cat berwarna hijau muda yang terlihat bersih dan terawat. Cukup nyaman dengan taman kecil yang ditumbuhi rumput hijau dan bunga-bunga yang bermekaran menambah keasrian rumah tersebut. Di tengah langit senja yang temaram, pria tampan itu menjatuhkan bokongnya pada salah satu kursi di teras rumah yang ditempatinya. “ Kenapa aku begitu merindukannya ?” sedang apa dia gadis ayuku ?” Meraih gawai dari saku celana jeansnya hendak melihat apakah ada pesan atau telpon dari sang pemilik hati. “Tidak ada!” gumamnya
Kemudian gadis ayu ini membuka hpnya dan membaca semua pesan yang dikirimkan kepadanya dari pria tampannya “Assalamualaikum Bee !” “Kamu lagi sibuk banget ya ? sampai satu hari ini gak ada kabar dari kamu, nanti kalau kamu udah baca pesan aku, telpon atau kabari aku !” Ok !” “Miss you so much Bee!” Kemudian gadis ayu ini langsung mencari contack name dengan nama “ My Bii”, lalu mencoba menelpon seseorang di sana yang sudah sangat merindukannya Tut,tut,tut, belum ada jawaban kemudian ia mengulangi panggilan kembali Tut, tut, tut, tut Sementara Abian yang memang sudah menunggu kabar dari gadis ayunya segera berlari meraih gawainya, berharap seseorang yang dirindukannyalah yang menghubunginya. Senyum manis terukir di bibirnya mnegetahui siapa yang sudah menelponnya. Sebuah name contack dengan tulisan “ My Bee “. Lalu dengan segera menekan tombol hijau “Hallo, assalammualaikum Bee !” suara bariton itu lembut menyapa gadis a
BAB 5 : Ragu dan Menyerah ? Pagi yang cerah. “Yan, libur semester ini balik gak ?” Tanya Dion pada sahabatnya. “Belum tau sih, Di. Rencananya aku ambil semester pendek, biar cepat kelar studi aku dan cepat dapat kerja, nabung buat ngelamar Bening.” “Ceileh, dah mikir kawin aja lo !” “Yaiyalah Di, kamu kan tau aku tuh sama dia udah berjarak lama banget. Kalau gak cepat-cepat aku halalin ntar keburu orang lain yang halalin. Udah sejauh ini juga kan ?” “Benar juga sih !” Asal jangan lo yang ngebet, lo yang ngingkari.” Untuk sejenak Abian terdiam. Kata-kata sahabatnya itu seperti menusuk tepat di jantungnya. Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba gawai Abian berdering tanda sebuah notifikasi masuk dari gawainya. Senyum pria tampan itu mengembang sempurna dari sudut bibirnya, melihat siapa pengirim pesan bertuliskan “My Bee”. Kemudian dia langsung membuka dan membaca pesan yang dikirimkan oleh pujaan hatinya yang jauh dari pandangan ma
Abian begitu terkejut dengan pengakuan tiba-tiba dari seorang gadis yang menurutnya terlalu berani dan blak-blakan soal pengakuan perasaannya. Saat ini bahkan dirinya belum sempat mencerna keadaan apa yang sedang terjadi. Namun dirimya sempat berfikir bahwa gadis ini sangat bertolak belakang dengan gadis ayunya. Jika Bening adalah seorang gadis yang lembut, ayu, dan penuh kehati-hatian, tidak blak-blakan, baik bahkan sangat baik dan berhati malaikat. Maka Ruth adalah kebalikan dari gadisnya. Lebih terbuka, blak-blakan, periang, ambisius dan sangat vokal dan dominan. "Kamu ngomong apa sih Ruth ?" tanyanya memastikan. "Aku suka sama kamu Yan!". sahut Ruth "Ruth kamu ?" 'Iya, aku gila, tergila-gila sama kamu. Yan !" meraih tangan kanan Abian. "Kamu apa-apaan sih ?" lepaskan Ruth !" perintahnya sambil menepis tangan Ruth. "Yan, kasi aku kesempatan untuk kamu mengenal aku dan aku mengenal kamu. Aku gak minta kamu buru-buru membuat keputusan