Share

Bab 9: Curiga

Auteur: Mel Lauravin
last update Dernière mise à jour: 2025-01-31 10:26:02

Teriakkan Bening terdengar nyaring di telinga Abian, dia langsung berlari ke arah sumber suara. Di dapur terlihat gadis itu tengah memegang lututnya yang terluka. Lantai yang licin akibat ada sedikit tumpahan minuman membuat Bening terpeleset dan karena mencari pegangan agar tidak terjatuh, tangan kanannya memegang pada sebuah rak di mana tersusun piring dan mangkuk berbahan plastik dengan brand ternama. Pada akhirnya bukan hanya Bening yang terjatuh, tapi piring dan mangkuk plastik itupun terjatuh dan menimpa dirinya.

Abian yang melihat posisi gadis itu terjatuh sambil mengelus-elus kepalanya yang kejatuhan benda sambil memegangi lututnya yang sedikit berdarah langsung mendekati.

“Kamu tidak apa-apa? Kenapa bisa jatuh?” Jelas raut khawatir terlukis diwajah dan nada suaranya.

Gadis itu menggelengkan kepalanya, ia hampir menangis, airmatanya sudah siap untuk tumpah membasahi pipinya. Abian yang cepat tanggap pada keadaan langsung mencegah agar gadisnya tidak menangis.

“Jangan menangis di hari istimewaku, please!” Ucapnya sambil memohon.

“Tidak, aku tidak menangis,” Kilahnya sambil menyeka airmata yang hendak meluncur sempurna. Kata-kata permohonan yang meluncur indah dari bibir Abian ternyata mampu menghipnotis seorang Bening untuk tidak menangis.

“Good girl. Jadi kenapa bisa jatuh? Kemarilah biar nanti mama yang akan mengobati lukamu!”

“Ada tumpahan air di lantai dan aku tidak melihatnya.”

“Ya sudah nanti biar aku yang membersihkannya. Obati saja lukamu.” Titahnya penuh harap.

“Baiklah.” Gadis itu menurut.

Kemudian acara perayaan ulang tahun pun dilanjutkan kembali. Berbagai hidangan sudah tersedia. Mereka semua terlihat bahagia. Meskipun sederhana tapi bagi Abian sangat berarti sekali. Kemudian Abian dan Bening sedang duduk di teras berdua sambil menikmati bintang yang setia menghiasi langit malam dengan udara yang tidak terlalu dingin. Sedangkan Dion sudah pulang sedari tadi.

“Bee, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padam!” Tutur Abian sedikit gugup.

“Ada apa kak?”

“Berjanjilah selama aku tidak ada didekatmu kamu akan baik-baik saja dan tidak akan bersedih!”

“Maksud kakak apa? Kenapa perasaanku jadi tidak nyaman?”

“Bee, aku akan melanjutkan sekolahku, tapi tidak di kota ini. Aku akan ke Jogja, di sana aku akan melanjutkan pendidikanku. Aku tahu ini berat buat kamu dan aku, tapi percayalah aku akan tetap menjadi Bianmu.

“Tapi Jogja jauh sekali kak.” Ucapnya sedikit sedih.

“Iya aku tahu, besok aku akan berangkat ke Jogja Bee.” Ucap Abian ragu akan perasaan gadisnya.

“Apa besok? Kenapa begitu cepat?”

“Ini tidak cepat Bee, hanya saja aku baru memberitahumu sekarang.

Bening hanya terdiam, dirinya tidak akan mampu mencegah lelaki ini pergi. Membayangkan mereka akan berjauhan dalam waktu yang tidak bisa dipastikan sudah membuat ia sedih.

“Pergilah kak, aku tidak akan melarang atau memberatkanmu. Apapun keputusanmu, asal itu baik maka aku juga akan setuju.

Saat Abian memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke Jogja maka sejak saat itulah mereka berdua harus terbiasa dengan keadaan yang mengharuskan mereka berpisah dalam jarak yang begitu jauh. Tepat 1 hari setelah hari ulang tahun lelaki itu, ia pergi mengejar cita-citanya.

Bening ikut mengantarkan Abian ke bandara sore itu, sebenarnya dirinya tidak kuat menahan kesedihan, tapi dirinya berusaha bertahan. Jika ia menangis maka itu akan memberatkan Abian untuk pergi. Sekuat tenaga dirinya berusaha tegar.

“Gadis baik, bertahanlah sebisamu kuat untuk bertahan. Kamu akan tetap menunggukukan? Kita hanya terpisah jarak dan tunggulah aku pulang.

“Aku akan menunggumu kak. Dan akan kuat bertahan. Yang aku ragukan apakah kamu juga akan bertahan? Aku takut di sana kamu akan menemukan seseorang kemudian meninggalkanku, mencampakkanku lambat laun melupakanku.”

“Jangan berpikiran aneh.”

“Ini tidak aneh, itu bisa saja terjadi. Apakah kita harus mengakhiri semuanya sekarang?”

“Tidak jangan, aku tidak mau dan aku tidak bisa.”

“Jika suatu saat nanti itu terjadi, bukankah kita hanya akan menunda perpisahan dan semakin memperdalam luka di hati ?”

“Tidak Bee, jangan berkata begitu. Kamu untuk aku, aku untuk kamu. Dan jika suatu saat nanti aku yang ingkar, apakah kamu akan memaafkanku?” Tanya Bian memastikan.

“Aku akan selalu memaafkanmu kak, sekalipun kau mengkhianatiku. Tapi ingat aku hanya memaafkanmu tidak untuk kembali padamu. Sekeras apapun kau memintaku kembali, sebesar apapun aku mencintaimu tak kan ada tempatmu untuk kembali dihidupku.

Ucapan Bening kala itu selalu diingatnya. Perkataan gadis itu menandakan bahwa dirinya akan sangat terluka oleh sebuah pengkhianatan. Dirinya yakin, bukan hanya Bening saja yang akan terluka karena sebuah pengkhianatan semua orang juga akan merasakan hal yang sama.

Terhitung sampai saat ini sudah hampir 6 tahun berlalu. Meninggalkan seseorang yang sampai saat ini masih setia menunggunya.

Flashback off

“Masa itu sudah lama berlalu, tanpa terasa sudah 6 tahun sejak aku berpamitan padanya. Saat itu dia hendak menangis, tapi dia menahannya karena tidak ingin memberatkan langkahku. Dia benar-benar gadis yang baik,” gumam Abian mengingat masa itu.

Lalu ia merogoh kantong celananya mengambil ponselnya untuk menghubungi gadis ayunya, namun ia urungkan mengingat gadis itu pasti sedang sibuk kuliah, akhirnya ia hanya mengirimkan pesan singkat saja.

“Bee, Ruth bukan siapa-siapa, dia teman sekampusku. Dion juga mengenalnya. Jadi jangan berpikiran aneh. Ok. Nanti aku akan menelponmu.”

Dion yang mengingat hari ini adalah hari ulang tahun sahabatnya langsung menghampiri ketika ia melihat sahabatnya itu sedang duduk sendiri dengan raut wajah sedikit kacau.

“Selamat ulang tahun Yan, aku hampir saja lupa hari ini hari spesialmu. Apakah Bening sudah mengucapkannya padamu?” Tanya Dion penasaran.

“Sudah.” Jawabnya singkat.

“Kenapa? Kelihatannya tidak bahagia? Katanya Bening sudah mengucapkannya padamu, tapi kenapa masih bersedih. Oh iya ini kado dari Bening, kemarin paketnya datang dan paket itu atas namaku, katanya biar bisa diberikan tepat pada hari ini, jadi tidak langsung memakai namamu.”

“Dia mengirimkan ini?”

“Iya. Jadi kenapa masih tidak bahagia?”

“Bening. Dia selalu begitu. Menjadi seseorang yang pertama kali mengingat hari ini sejak 6 tahun lalu. Sejak kami memutuskan untuk bersama. Dia gadis yang sangat baik, terkadang mengingat begitu baiknya dia, aku merasa tidak pantas untuknya.” Ucap Abian penuh keputusasaan.

“Kamu ngomong apa sih Yan? Are you ok? Kenapa jadi pesimis dan ragu begini?” Tanya Dion mengernyitkan dahi. Lelaki itu tampak bingung dan merasa ada yang aneh dari sikap sahabatnya.

“Ini semua gara-gara Ruth.”

“Ruth? Kenapa lagi dia?” Tanya Dion penasaran.

“Saat Bening menelponku, aku sedang bersamanya, dan dia mendengar perkataan Bening bahwa aku berulang tahun hari ini. Lalu dia mengucapkan selamat juga dengan dibubuhi kata sayang didepannya dan Bening mendengarnya.”

Dion tertawa mendengar pengakuan dari sahabatnya sejak kecil ini.

“Jadi?”

“Dia bertanya siapa Ruth.”

“Sebaiknya kamu berhati-hati dengan gadis itu, aku melihat dia menyukaimu Yan. Dia bisa sangat berbahaya untuk hubunganmu dan Bening.” Ucap Dion mengingatkan.

Abian mencermati setiap perkataan Dion. Ia hanya terdim dan tak menjawab pernyataan sahabatnya itu. Sambil memegang sebuah kotak kecil hadiah pemberian gadisnya.

“Bening gadis yang baik, cantik, pintar, bahkan aku tidak pernah melihatnya marah padamu.”

“Kamu benar Di, dia memang gadis yang baik. Tapi kenapa kamu memuji-mujinya di depanku? Jika kamu mengingatkan Ruth berbahaya bagi kami, sepertinya kamu juga berpotensi berbahaya Di.” Ucap Abian asal.

“Apa? Kamu mencurigaiku?”

“Entahlah. Apa kau menyukai Beningku?” Tanya Abian serius dan menyipitkan bola matanya dengan tatapan penuh kecurigaan

Dion hanya terdiam, tak satu katapun ke luar dari bibirnya. Dirinya sendiri ragu, apakah benar yang dikatakan Bian.

“Di, kamu kenapa?”

“Ah, tidak.”

“Kamu suka sama Bening?” Tanya Bian mengulang pertanyaannya.

“Lelaki mana yang tidak menyukainya, dia diciptakan Tuhan nyaris sempurna Yan.”

“Dion kamu?”

“Aku hanya bercanda, maka jaga dia baik-baik, sebisamu, sekuatmu. Jika kamu sudah tak mampu bertahan lepaskan jangan menyakitinya terlalu lama. Dan aku siap menggantikanmu untuknya.” Celetuk Dion santai.

“Dion kamu? Kenapa semakin membuatku curiga?”Ucap Abian mengernyitkan dahi dan mata sedikit menyipit.

“Iya, aku menyukai Bening.”

Deg!

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Karena Kita Berbeda   Bab 10 : Kita Adalah Maybe

    Ucapan Dion cukup mengejutkan bagi Abian. Lelaki itu seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Lalu dirinya kembali mempertanyakannya lagi.“Di, kamu serius dengan apa yang kamu katakan tadi?”“Yan, Yan, aku hanya bercanda. Mana mungkin aku mengkhianatimu. Kamu dan Bening itu sahabatku, kalian berdua sudah seperti keluargaku sendiri. Tenang saja, masih banyak gadis-gadis lain yang bisa aku suka.”“Benarkah? Tapi kenapa kamu masih sendiri saja sampai sekarang?” ejek Bian.“Itu karena aku hanya ingin satu saja seumur hidup. Tidak ingin menyakiti banyak wanita.”“Benarkah? Dan aku percaya,”celetuk Abian santai sambil merangkul bahu sahabatnya.“Kamu memang harus percaya.”“Baiklah, aku percaya.”####Hari ini terasa sangat melelahkan bagi Bening, setelah seharian menjalankan aktivitas sebagai mahasiswi dengan segudang kegiatan dan segudang pula praktik klinik yang ia jalankan. Ya, sebagai mahasiswi kebidanan waktu untuk sekedar melepaskan lelah dirasa sangat dibutuhkan walaupun h

  • Karena Kita Berbeda   Bab 9: Curiga

    Teriakkan Bening terdengar nyaring di telinga Abian, dia langsung berlari ke arah sumber suara. Di dapur terlihat gadis itu tengah memegang lututnya yang terluka. Lantai yang licin akibat ada sedikit tumpahan minuman membuat Bening terpeleset dan karena mencari pegangan agar tidak terjatuh, tangan kanannya memegang pada sebuah rak di mana tersusun piring dan mangkuk berbahan plastik dengan brand ternama. Pada akhirnya bukan hanya Bening yang terjatuh, tapi piring dan mangkuk plastik itupun terjatuh dan menimpa dirinya.Abian yang melihat posisi gadis itu terjatuh sambil mengelus-elus kepalanya yang kejatuhan benda sambil memegangi lututnya yang sedikit berdarah langsung mendekati.“Kamu tidak apa-apa? Kenapa bisa jatuh?” Jelas raut khawatir terlukis diwajah dan nada suaranya.Gadis itu menggelengkan kepalanya, ia hampir menangis, airmatanya sudah siap untuk tumpah membasahi pipinya. Abian yang cepat tanggap pada keadaan langsung mencegah agar gadisnya tidak menangis.“Jangan menangis

  • Karena Kita Berbeda   Bab 8: Jaga Batasanmu

    Bab 8: Jaga Batasanmu“Selamat ulang tahun Abian sayang.” Ucap Ruth dengan nada lembut dan mesra.Abian menoleh ke arah di mana gadis itu berada. Lelaki tampan itu melihat Ruth dengan tatapan tajam.“Ruth?” Gumamnya hingga terdengar oleh Bening.“Ruth?” Tanya Bening dengan nada yang tak biasa.“Bee!” Abian berusaha memberikan penjelasan pada Bening.“Siapa Ruth? Dia memanggilmu sayang kak?” Tanya Bening penuh curiga.Abian terdiam, menatap tajam gadis disampingnya. Tanpa berkata sepatah katapun pada Bening, dirinya langsung mematikan sambungan telepon. Dan itu tentu saja membuat gadis itu semakin curiga. Berulang kali Bening mencoba menghubungi Abian kembali, namun tak satupun panggilannya dijawab oleh lelaki itu. Membuat dirinya semakin kesal dan bertambah curiga.“Ruth siapa? Sayang? Dia bahkan memanggil Kak Bian dengan sebutan sayang. Ada apa ini sebenarnya? Aku yang ingin memberinya kejutan, justru aku yang terkejut. Apa kak Bian selingkuh? Ah, tidak-tidak, ini tidak mungkin, seba

  • Karena Kita Berbeda   Bab 7 : Siapa Ruth?

    Hari ini setelah pengakuan yang cukup mengejutkan dan melewati hari yang panjang dengan jadwal perkuliahan yang cukup menguras tenaga, Abian sedang duduk di bawah pohon nan rindang, ditemani angin sepoi-sepoi yang cukup membuat udara sekitar menjadi lebih segar. Lelaki tampan itu lalu mengambil ponsel dari dalam tasnya, dirinya baru saja mengingat bahwa ada pesan dari Bening yang sempat terabaikan, lalu ia segera membuka aplikasi berkirim pesan berwarna hijau itu dan membuka ruang chat dengan kontak nama”My Bee”. Senyum terukir dari bibirnya, setelah membaca pesan singkat dari gadis yang kesetiaannya tidak diragukan lagi.“Kak, kapan pulang? Rasanya aku sudah tidak kuat menahan rasa rindu yang kian membuncah ini. Sudah hampir dua tahun kamu tidak pulang. Apakah kamu tidak merindukanku atau rinduku tidak sebesar rindumu padaku kak?”"Kak?”“Kak Bii ?”“My Bii ?”“Abiaaaaaannn?”“ABIAN ANGGARA FIRMAN? Kamu kemana sih?”“MENYEBALKAN.”Setelah membaca pesan singkat dari gadis pujaan hati,

  • Karena Kita Berbeda   Bab 6 : Jadilah Pacar Aku

    Abian begitu terkejut dengan pengakuan tiba-tiba dari seorang gadis yang menurutnya terlalu berani dan blak-blakan soal pengakuan perasaannya. Saat ini bahkan dirinya belum sempat mencerna keadaan apa yang sedang terjadi. Namun dirinya sempat berpikir bahwa gadis ini sangat bertolak belakang dengan gadis ayunya. Jika Bening adalah seorang gadis yang lembut, ayu, dan penuh kehati-hatian, tidak blak-blakan, baik bahkan sangat baik dan berhati malaikat. Maka Ruth adalah kebalikan dari gadisnya. Lebih terbuka, blak-blakan, periang, ambisius, sangat vokal dan dominan. "Kamu ngomong apa sih Ruth?" Tanyanya memastikan. "Aku suka sama kamu Yan." Sahut Ruth penuh keyakinan. "Ruth kamu?" Abian seolah tak mampu berkata-kata. "Gila?" Sela Ruth memotong pembicaraan. "Iya, aku gila, tergila-gila sama kamu Yan." Mencoba meraih tangan kanan Abian. "Kamu apa-apaan sih? Lepaskan Ruth!" Perintahnya sambil menepis tangan Ruth. "Yan, kasi aku kesempatan untuk kamu mengenal aku dan aku menge

  • Karena Kita Berbeda   Bab 5: Ragu dan Menyerah ?

    BAB 5 : Ragu dan Menyerah ? Pagi yang cerah. “Yan, libur semester ini balik gak ?” Tanya Dion pada sahabatnya. “Belum tau sih, Di. Rencana pas kelar kuliah aja baru balik, maunya cepat selesai biar cepat kerja, nabung buat ngelamar Bening.” “Ceileh, dah mikir kawin aja lo!” Sahut Dion dengan nada kentara meledek. “Ya iyalah Di, kamu kan tau, aku sama dia udah berjarak lama banget. Kalau gak cepat-cepat dihalalin ntar keburu orang lain yang halalin. Udah sejauh ini juga kan?” “Benar juga sih. Asal jangan lo yang ngebet, lo yang ngingkari.” Ucap Dion mengingatkan kalau temannya lupa. Untuk sejenak Abian terdiam. Kata-kata sahabatnya itu seperti menusuk tepat di jantungnya. Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba gawai Abian berdering tanda sebuah notifikasi masuk dari gawainya. Senyum lelaki tampan itu mengembang sempurna dari sudut bibirnya, melihat siapa pengirim pesan bertuliskan “My Bee”. Kemudian dia langsung membuka dan membaca pesan yang dikirimkan oleh pujaan hatinya yang

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status