BAB 5 : Ragu dan Menyerah ?
Pagi yang cerah. “Yan, libur semester ini balik gak ?” Tanya Dion pada sahabatnya. “Belum tau sih, Di. Rencana pas kelar kuliah aja baru balik, maunya cepat selesai biar cepat kerja, nabung buat ngelamar Bening.” “Ceileh, dah mikir kawin aja lo!” Sahut Dion dengan nada kentara meledek. “Ya iyalah Di, kamu kan tau, aku sama dia udah berjarak lama banget. Kalau gak cepat-cepat dihalalin ntar keburu orang lain yang halalin. Udah sejauh ini juga kan?” “Benar juga sih. Asal jangan lo yang ngebet, lo yang ngingkari.” Ucap Dion mengingatkan kalau temannya lupa. Untuk sejenak Abian terdiam. Kata-kata sahabatnya itu seperti menusuk tepat di jantungnya. Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba gawai Abian berdering tanda sebuah notifikasi masuk dari gawainya. Senyum lelaki tampan itu mengembang sempurna dari sudut bibirnya, melihat siapa pengirim pesan bertuliskan “My Bee”. Kemudian dia langsung membuka dan membaca pesan yang dikirimkan oleh pujaan hatinya yang jauh dari pandangan matanya. Lagi-lagi senyum makhluk tuhan yang nyaris sempurna itu terukir di bibirnya, menandakan dirinya bahagia, seperti dihujani bunga-bunga aneka warna dengan wangi yang semerbak menambah mood boosternya pagi ini. Pesan dari gadis ayu itu berhasil selalu membuatnya bahagia. Pesan itu bertuliskan, “Assalamualaikum My Bii, semoga harimu selalu indah dan dilimpahkan banyak kebahagiaan. Tetap jaga hati, mata dan setia selalu. Aku mencintai dan menyayangimu selalu. Your’s Bee”. Kemudian diapun segera membalas pesan dari gadis ayunya, tak ingin membuat gadis itu menunggu lama. “Waalaikumsalam My Bee, doa yang sama untukmu juga. Aku akan menjaga hati, mata dan kesetiaanku. Rasa cinta dan sayang yang sama buat kamu. Your’s Bii”. Gadis ayu itu tersenyum dengan muka yang memerah, hanya membaca pesan dari pemilik hatinya rasanya sudah sebahagia itu. “Kak, kapan pulang? Rasanya aku sudah tidak kuat menahan rasa rindu yang kian membuncah ini. Sudah hampir dua tahun kamu tidak pulang. Apakah kamu tidak merindukanku kak? Atau rinduku tidak sebesar rindumu padaku?” Tulis gadis ayu itu di pesan yang dikirimnya. Menunggu cukup lama balasan dari sang kekasih, berharap ia itu segera membalasnya. Setelah ditunggu beberapa detik dan menit tak juga ada balasan dari sang pemilik hati, sehingga ia kembali menuliskan pesan. “Kak?” “Bii?” “My Bii?” “Abiaaaaaannn?” “ABIAN ANGGARA FIRMAN? Kamu kemana sih?” “MENYEBALKAN”. Dengan menambahkan ikon cemberut dan menangis. Merasa lelah tidak ada jawaban, gadis ayu itu lalu menyimpan ponselnya kembali kedalam tas. Dengan perasaan kesal yang masih berada pada level tertinggi. “Dasar cowok menyebalkan. Huft". Menghela napas menghirup oksigen untuk melegakan sesak yang dirasa. "seandainya saja dia di sini." Gerutunya mencoba meredam kekesalan. "Tidak mudah, semua ini benar-benar tidak mudah. Baik untukku, begitupun untukmu." “Sampai kapan aku kuat menunggumu Kak? Tanya gadis itu dalam hati. "Sekarang saja aku rasanya ingin menyerah, tapi, aku sangat menyayangi dan mencintaimu jadi mana mungkin aku menyerah. Apakah kamu juga sama Kak? Entah mengapa akhir-akhir ini aku menjadi ragu." Gumamnya hingga nyaris tidak terdengar oleh siapapun. Sementara di sisi lain, “Abian!" sapa lembut seorang gadis. Yang membuat Abian tidak sempat membaca dan membalas pesan dari gadis ayunya. Suara panggilan itu menghentikan gerakan tangannya dan secara reflek memasukkan ponsel miliknya ke tas yang dibawanya. Dan menoleh ke arah sumber suara. “Kamu? Ngapain ke sini?" Tanya Abian. “Aku mau minta tolong sama kamu Yan, bisakah?” “Apa? Aku? Dari sekian banyaknya temanmu kenapa harus aku?” cerca Abian. “Aku cuma percaya sama kamu.” Sahut Ruth. Abian memutar bola matanya malas. Lebih tepatnya tak ingin terlibat terlalu jauh berurusan dengan gadis didepannya ini. “Maksud kamu ?” Bertanya kembali. "Iya, kamu , aku hanya percaya kamu yang bisa bantu dan jagain aku dengan baik." "Kamu ini kenapa sih? Semakin hari semakin terlihat aneh." Menggelengkan kepala dan bersiap beranjak pergi. Namun langkahnya tertahan dengan ocehan gadis yang paling tidak ingin ia temui. "Aneh?" tanya Ruth. "Ya aneh. Kenapa tiba-tiba hanya aku yang kamu percaya dari sekian banyak lelaki di dunia ini." "Karena aku suka kamu." Deg."Ucapan Dion cukup mengejutkan bagi Abian. Lelaki itu seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Lalu dirinya kembali mempertanyakannya lagi.“Di, kamu serius dengan apa yang kamu katakan tadi?”“Yan, Yan, aku hanya bercanda. Mana mungkin aku mengkhianatimu. Kamu dan Bening itu sahabatku, kalian berdua sudah seperti keluargaku sendiri. Tenang saja, masih banyak gadis-gadis lain yang bisa aku suka.”“Benarkah? Tapi kenapa kamu masih sendiri saja sampai sekarang?” ejek Bian.“Itu karena aku hanya ingin satu saja seumur hidup. Tidak ingin menyakiti banyak wanita.”“Benarkah? Dan aku percaya,”celetuk Abian santai sambil merangkul bahu sahabatnya.“Kamu memang harus percaya.”“Baiklah, aku percaya.”####Hari ini terasa sangat melelahkan bagi Bening, setelah seharian menjalankan aktivitas sebagai mahasiswi dengan segudang kegiatan dan segudang pula praktik klinik yang ia jalankan. Ya, sebagai mahasiswi kebidanan waktu untuk sekedar melepaskan lelah dirasa sangat dibutuhkan walaupun h
Teriakkan Bening terdengar nyaring di telinga Abian, dia langsung berlari ke arah sumber suara. Di dapur terlihat gadis itu tengah memegang lututnya yang terluka. Lantai yang licin akibat ada sedikit tumpahan minuman membuat Bening terpeleset dan karena mencari pegangan agar tidak terjatuh, tangan kanannya memegang pada sebuah rak di mana tersusun piring dan mangkuk berbahan plastik dengan brand ternama. Pada akhirnya bukan hanya Bening yang terjatuh, tapi piring dan mangkuk plastik itupun terjatuh dan menimpa dirinya.Abian yang melihat posisi gadis itu terjatuh sambil mengelus-elus kepalanya yang kejatuhan benda sambil memegangi lututnya yang sedikit berdarah langsung mendekati.“Kamu tidak apa-apa? Kenapa bisa jatuh?” Jelas raut khawatir terlukis diwajah dan nada suaranya.Gadis itu menggelengkan kepalanya, ia hampir menangis, airmatanya sudah siap untuk tumpah membasahi pipinya. Abian yang cepat tanggap pada keadaan langsung mencegah agar gadisnya tidak menangis.“Jangan menangis
Bab 8: Jaga Batasanmu“Selamat ulang tahun Abian sayang.” Ucap Ruth dengan nada lembut dan mesra.Abian menoleh ke arah di mana gadis itu berada. Lelaki tampan itu melihat Ruth dengan tatapan tajam.“Ruth?” Gumamnya hingga terdengar oleh Bening.“Ruth?” Tanya Bening dengan nada yang tak biasa.“Bee!” Abian berusaha memberikan penjelasan pada Bening.“Siapa Ruth? Dia memanggilmu sayang kak?” Tanya Bening penuh curiga.Abian terdiam, menatap tajam gadis disampingnya. Tanpa berkata sepatah katapun pada Bening, dirinya langsung mematikan sambungan telepon. Dan itu tentu saja membuat gadis itu semakin curiga. Berulang kali Bening mencoba menghubungi Abian kembali, namun tak satupun panggilannya dijawab oleh lelaki itu. Membuat dirinya semakin kesal dan bertambah curiga.“Ruth siapa? Sayang? Dia bahkan memanggil Kak Bian dengan sebutan sayang. Ada apa ini sebenarnya? Aku yang ingin memberinya kejutan, justru aku yang terkejut. Apa kak Bian selingkuh? Ah, tidak-tidak, ini tidak mungkin, seba
Hari ini setelah pengakuan yang cukup mengejutkan dan melewati hari yang panjang dengan jadwal perkuliahan yang cukup menguras tenaga, Abian sedang duduk di bawah pohon nan rindang, ditemani angin sepoi-sepoi yang cukup membuat udara sekitar menjadi lebih segar. Lelaki tampan itu lalu mengambil ponsel dari dalam tasnya, dirinya baru saja mengingat bahwa ada pesan dari Bening yang sempat terabaikan, lalu ia segera membuka aplikasi berkirim pesan berwarna hijau itu dan membuka ruang chat dengan kontak nama”My Bee”. Senyum terukir dari bibirnya, setelah membaca pesan singkat dari gadis yang kesetiaannya tidak diragukan lagi.“Kak, kapan pulang? Rasanya aku sudah tidak kuat menahan rasa rindu yang kian membuncah ini. Sudah hampir dua tahun kamu tidak pulang. Apakah kamu tidak merindukanku atau rinduku tidak sebesar rindumu padaku kak?”"Kak?”“Kak Bii ?”“My Bii ?”“Abiaaaaaannn?”“ABIAN ANGGARA FIRMAN? Kamu kemana sih?”“MENYEBALKAN.”Setelah membaca pesan singkat dari gadis pujaan hati,
Abian begitu terkejut dengan pengakuan tiba-tiba dari seorang gadis yang menurutnya terlalu berani dan blak-blakan soal pengakuan perasaannya. Saat ini bahkan dirinya belum sempat mencerna keadaan apa yang sedang terjadi. Namun dirinya sempat berpikir bahwa gadis ini sangat bertolak belakang dengan gadis ayunya. Jika Bening adalah seorang gadis yang lembut, ayu, dan penuh kehati-hatian, tidak blak-blakan, baik bahkan sangat baik dan berhati malaikat. Maka Ruth adalah kebalikan dari gadisnya. Lebih terbuka, blak-blakan, periang, ambisius, sangat vokal dan dominan. "Kamu ngomong apa sih Ruth?" Tanyanya memastikan. "Aku suka sama kamu Yan." Sahut Ruth penuh keyakinan. "Ruth kamu?" Abian seolah tak mampu berkata-kata. "Gila?" Sela Ruth memotong pembicaraan. "Iya, aku gila, tergila-gila sama kamu Yan." Mencoba meraih tangan kanan Abian. "Kamu apa-apaan sih? Lepaskan Ruth!" Perintahnya sambil menepis tangan Ruth. "Yan, kasi aku kesempatan untuk kamu mengenal aku dan aku menge
BAB 5 : Ragu dan Menyerah ? Pagi yang cerah. “Yan, libur semester ini balik gak ?” Tanya Dion pada sahabatnya. “Belum tau sih, Di. Rencana pas kelar kuliah aja baru balik, maunya cepat selesai biar cepat kerja, nabung buat ngelamar Bening.” “Ceileh, dah mikir kawin aja lo!” Sahut Dion dengan nada kentara meledek. “Ya iyalah Di, kamu kan tau, aku sama dia udah berjarak lama banget. Kalau gak cepat-cepat dihalalin ntar keburu orang lain yang halalin. Udah sejauh ini juga kan?” “Benar juga sih. Asal jangan lo yang ngebet, lo yang ngingkari.” Ucap Dion mengingatkan kalau temannya lupa. Untuk sejenak Abian terdiam. Kata-kata sahabatnya itu seperti menusuk tepat di jantungnya. Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba gawai Abian berdering tanda sebuah notifikasi masuk dari gawainya. Senyum lelaki tampan itu mengembang sempurna dari sudut bibirnya, melihat siapa pengirim pesan bertuliskan “My Bee”. Kemudian dia langsung membuka dan membaca pesan yang dikirimkan oleh pujaan hatinya yang