Share

Karenamu Kujatuh Cinta
Karenamu Kujatuh Cinta
Penulis: Ayu Anggun

1. Sembunyikan Aku!

Nada sambung berganti dengan suara operator telepon yang merdu. Fabian tidak menjawab teleponnya lagi. Jelas hal ini membuat Sofie jengkel. Diletakkannya ponsel tersebut ke dalam tas selempang mungilnya dan kembali melangkah menuju sebuah hotel bintang lima tempatnya bekerja sebagai resepsionis.

Sofie melangkah tergesa memasuki halaman parkir menuju lobi hotel. Sofie menghela napas pelan sebelum memasuki lobi hotel. Menarik sudut bibirnya untuk melemaskan otot bibir yang sedari tadi mengerucut. Dia harus bergegas dan tiba tepat waktu. Hotelnya telah disewa untuk acara konser boyband terkenal bernama B-Men dan semua pegawai diharapkan melakukan tugasnya dengan baik demi kelancaran acara tersebut.

Sofie mempercepat langkah kakinya saat menyeberangi lobi hotel yang dihiasi lampu kristal besar berkilauan di tengah ruangan menuju ruang loker karyawan yang terletak di sudut paling belakang hotel tersebut. Namun seorang pria berlari masuk dan menabrak Sofie dengan kencang. Tubuhnya terhuyung hingga nyaris tersungkur kalau saja pria itu tidak cepat menangkap tubuh Sofie.

Sofie terperangah. Kaget sekaligus kesal. Mulutnya sudah bersungut akan melontarkan kata-kata makian, tetapi pria itu dengan cepat menyambar pergelangan tangan Sofie dan menariknya pergi. Berlari nyaris membuat Sofie terseret. Terseok mengikuti langkah panjang pria tak dikenal itu yang kini berlari ke arah sudut belakang hotel. Sepertinya dia sedang dikejar sesuatu. Entah apa yang membuat pria dengan garis wajah tegas dan mata menyipit sinis itu lari terbirit-birit.

“HEI! Kenapa menarikku?” teriak Sofie marah, tetapi pria itu tak menggubrisnya. “Hei! Berhenti kataku!” teriak Sofie lagi sambil berusaha menarik tangannya yang digenggam erat oleh pria itu.

“Sttt ... berhenti berteriak! Ayo cepat sembunyikan aku!” balas pria itu dengan nada yang tak kalah tinggi ketika kewalahan dengan perlawanan Sofie.

“Memangnya kamu ini siapa? Pencuri? Teroris? Kenapa ada orang yang mengejarmu seperti itu?” cecar Sofie jengkel sambil mengusap pergelangan tangannya yang memerah dan perih.

“Tak ada waktu untuk menjelaskan. Ayo cepat sembunyikan aku!” jawab pria itu ketus. Dengan gusar dia memandang sekeliling berusaha mencari tempat yang aman untuk bersembunyi. Namun, belum sempat Sofie mengeluarkan protes, pria itu kembali menarik tangannya. Memasuki sebuah ruangan di dekat mereka berdiri yang ternyata adalah ruangan loker karyawan.

“Aduuuh, kamu ini siapa sih? Hmmp—" Sofie kembali menggerutu kesal, tetapi pria itu segera membungkam mulut gadis itu dengan tangannya kemudian menajamkan telinganya. Mendengarkan suara ribuan langkah kaki yang berlari mendekati ruangan yang baru mereka masuki.

“Sepertinya tadi dia di sini,” kata suara seorang perempuan yang terdengar di balik pintu.

“Mungkin masuk ke ruangan ini. Aku yakin sekali tadi dia ke arah sini,” timpal suara perempuan lainnya.

“Coba kita cek saja! Siapa tahu benar dia ada di dalam,” sahut yang lainnya lagi diikuti oleh gemuruh suara beberapa orang mengiyakan.

Sekerumunan orang tersebut masuk ke dalam ruangan loker karyawan hotel. Detik berikutnya yang terdengar adalah embusan napas kecewa dari orang-orang tersebut.

Sofie yang mulutnya masih dibekap sampai menahan nafas agar tidak menimbulkan suara sedikit pun. Setelah suara semua orang itu menghilang, barulah sang pria melepaskan tangannya dari mulut Sofie.

“Kamu ini sebenarnya siapa sih?” bentak Sofie kesal. “Kenapa orang-orang itu mengejarmu?”

“Kita keluar dulu dari sini baru lanjutkan lagi menggerutunya!” jawab pria itu tak acuh.

Mendengar perkataan pria tersebut, Sofie baru sadar kalau sedari tadi mereka saling berpelukan merapat dalam lokernya yang sempit. Sofie melangkah keluar lebih dulu. Suasana di antara keduanya menjadi semakin canggung. Sofie berdehem pelan untuk menetralkan degup jantungnya yang memburu, tetapi si pria terlihat santai seperti tak terjadi apa pun.

“Terima kasih. Berkat kamu, aku selamat. Bye!” Pria itu melambaikan tangan sekilas dan pergi begitu saja.

“Hei ... kamu—" Sofie bahkan tak sempat mengajukan protes untuk apa yang baru menimpanya. Pria itu sudah lari begitu saja dan menghilang di balik pintu meninggalkan Sofie yang melongo sendirian di ruangan tersebut.

Berjalan dengan hati-hati dan waspada, pria itu merapatkan topinya saat memasuki elevator. Berharap tidak banyak orang yang ikut naik bersamanya. Elevator berhenti di lantai enam. Dia segera memasuki sebuah kamar hotel yang mewah, di mana teman-teman satu timnya sedang asik bersolek dan bersiap. Malam ini mereka akan tampil dalam acara mini konser yang sudah ditunggu ribuan penggemar.

“Hei Rex, kenapa baru datang?” tanya Vinody Wilson yang tengah sibuk memilih sederet aksesoris yang akan dikenakannya malam ini.

“Seperti biasa. Ada sedikit masalah di bawah tadi,” jawab Rexano Arkatama cuek sambil mengambil pakaian yang sudah disediakan untuknya.

“Aku juga heran kenapa para wanita sebrutal itu, ya?” sahut Zhen Hazen yang ikut menimpali sambil mematut dirinya di cermin.

“Di mana Kenzie dan Calvin?” tanya Rexa sambil mengganti pakaiannya.

“Mereka lagi sibuk makan,” jawab Vino asal.

Terdengar suara pintu kamar terbuka dengan suara keras. Kenzie Larson dan Calvin Quino masuk dengan tegesa-gesa.

“Cepat nyalakan televisinya!” kata Kenzie pada Calvin yang dengan cepat mengambil remote dan menyalakan layar pipih hitam yang menempel di dinding ruangan. “Tampaknya kamu harus membereskan masalah ini Nick,” lanjutnya sambil melirik ke arah sang manager, Nicky Antares yang diam dengan mimik wajah penuh tanda tanya.

Begitu televisi dinyalakan, raut wajah Nick mulai menegang. Kedua tangannya di pinggang. Bahkan sesekali pria itu memijat pelipisnya pelan.

“REXA!!! Kali ini ulah apa lagi yang kamu lakukan?” Nick berbalik menatap geram ke arah Rexa setelah melihat berita yang ada di televisi.

Kini layar persegi panjang itu tengah menayangkan berita yang menampilkan sosok Rexa yang sedang dikejar oleh para penggemar fanatiknya yang mayoritas adalah perempuan. Dalam berita tersebut juga ditampilkan ketika Rexa seperti sedang memeluk seorang wanita berambut panjang kemudian menarik tangannya sambil berlari. Bahkan dalam berita itu cukup terlihat jelas wajah kedua orang yang berlari menghindar dari sekelompok wanita yang mengejarnya dengan histeris. Sepertinya gambar itu diambil oleh seorang fotografer profesional melihat bagaimana sudut pengambilan gambar yang cukup jelas.

“Siapa perempuan itu, Rex?” tanya Vino dengan pandangan tak lepas dari layar televisi. “Kali ini pilihanmu lumayan manis,” godanya.

“Benar kata Vino, wanita ini lebih cantik daripada aktris-aktris wanita yang sering menempel padamu itu. Dia terlihat lebih natural,” sahut Zhen menambahkan.

“Dasar kamu ini!” Nick yang sedang jengkel menepuk bahu Vino pelan. “Apa kamu kenal wanita itu, Rex?” tanya Nick memulai interogasinya.

“Tidak,” jawab Rexa cuek.

“Dia bukan salah satu di antara wanita-wanitamu itu, kan?” tanya Nick menegaskan.

“Bukan. Kenal pun tidak. Jadi mana aku tahu dia itu siapa. Hanya tidak sengaja tertabrak olehku saja.”

“Arrrrgh ... kamu ini! Kenapa selalu bertingkah semaumu? Berita ini akan cepat menyebar sebagai gosip. Kamu tahu sudah berapa banyak gosip tentangmu bersama banyak wanita yang harus aku urus?! Berhentilah bermain-main! Apa kamu tidak bisa serius menjalani hidupmu?” gerutu Nick sambil menasihati Rexa.

“Hidupku yang seperti ini lebih menyenangkan daripada hidupku yang serius dulu. Lagipula, itu kan, memang tugasmu sebagai manager untuk menyelesaikannya,” jawab Rexa enteng.

“Dasar kamu ini!” gerutu Nick sambil menjitak kepala Rexa. Sedangkan yang dipukul hanya mengaduh sambil mengusap kepalanya yang berdenyut. “Sudahlah! Akan kuurus itu nanti. Sebaiknya kalian segera bersiap. Sebentar lagi acara kalian akan dimulai!” perintah Nick pada kelima pria tampan itu.

****

Halo readers ...

Aku bawa cerita baru. Semoga kalian suka. Mau tau ceritaku yang lainnya? Mari berteman di I* aayu_anggun.

Selamat membaca. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status