Share

2. Firasat

Hall Center Hotel Savero telah dipenuhi penggemar yang terlihat antusias menunggu kedatangan para idolanya. Lampu kelap kelip dan beberapa dekor panggung menambah semaraknya suasana konser B-Men. Sesuai namanya B-Men yang berarti Bright, Briliant, and Brave Men, kelima membernya memiliki wajah yang tampan cemerlang, pintar dan berperawakan gagah dengan tinggi rata-rata 180 sentimeter yang membuat para wanita mengidolakan mereka.

Suasana semakin riuh terdengar dengan teriakan histeris para penggemar. Juga tepukan tangan membahana memenuhi setiap sudut ruangan dan akan semakin riuh ketika para pria tampan itu mengeluarkan suara emas mereka. Kelima pria tampan itu pun menggoyang panggung dengan suara merdu dan tarian mereka yang membuat beribu pasang mata terpesona.

Stik lampu yang diangkat tinggi-tinggi oleh para penggemar menghidupkan suasana konser. Saling berseru menyemangati para idolanya. Sesekali mereka mengajak semua penggemar mereka bernyanyi bersama.

Konser mereka berakhir meriah dengan gemuruh tepukan tangan penggemar setia mereka. Antrian penggemar yang ingin bertemu mereka saat acara meet and greet pun tidak kalah banyaknya. Bahkan sampai tengah malam semua sesi acara mereka baru selesai.

“Hah~ Aku sungguh lelah hari ini,” kata Vino sambil memijat tengkuknya perlahan. “Para wanita itu sungguh gila. Teriakan mereka bisa membuatku tuli.”

“Tangan mereka sungguh mengerikan. Mereka bahkan mencubit pipiku dengan gemas,” gerutu Calvin sambil merengut.

“Kamu itu masih lebih beruntung dibandingkan dengan Rexa,” ucap Zhen sambil menepuk bahu Rexa dan yang bersangkutan hanya tersenyum miris karena sempat mendapat cakaran di tangannya saat para penggemar berusaha menyalaminya dengan tidak sabar.

“Hei, berhentilah mengeluh. Ingat! Kalian bisa sampai seperti ini berkat penggemar kalian yang gila itu, loh!” sahut Nick sambil memasukkan beberapa berkas ke dalam tasnya. “Kalau begitu aku duluan, ya. Ada beberapa hal yang harus aku urus di kantor.”

“Aku juga harus pergi sekarang. Mobilku ada di halaman parkir depan. Jadi, sampai nanti, bye!”

“Hei! Apa kamu tidak akan pulang lagi hari ini?” tanya Calvin yang sudah hapal kebiasaan temannya yang pencinta wanita itu. Rexa hanya melambaikan tangannya sekilas dan terus berlari menuju halaman depan hotel.

Di waktu yang sama, Sofie baru saja menyelesaikan shift-nya dan sedang berjalan menyeberangi lobi hotel. Saat tiba di halaman parkir, Sofie melihat seseorang yang amat dikenalnya. Seseorang yang selama ini dia rindukan terlihat berdiri tepat di gerbang keluar hotel.

Fabian, kekasihnya terlihat baru saja turun dari mobilnya kemudian menghampiri seorang wanita semampai dengan rambut sebahu. Fabian mencium pipi wanita tersebut lalu memeluknya dan membukakan pintu mobil agar wanita itu bisa naik.

Belum sempat Sofie melihat siapa wanita itu, mobil Fabian telah membawa keduanya pergi. Meski terlalu terkejut, Sofie langsung berlari sekuat tenaga berusaha mengejar mobil Fabian. Namun tiba-tiba sebuah mobil escalade hitam melaju ke arahnya dan nyaris menabraknya. Sofie hanya bisa terpaku sambil menutup matanya saat mobil tersebut berhenti tepat di depannya. Terlalu terkejut untuk tahu apa yang terjadi selanjutnya.

“HEI! Apa yang kamu lakukan? Apa kamu mau mati?” teriak si pengendara mobil dengan suara kesal. Ternyata pria itu adalah Rexa, salah satu member B-Men, yang kemudian segera turun menghampiri Sofie.

“Maaf-maaf. Oh ya, tolong bantu aku mengejar mobil yang barusan, ya! Ayo cepat-cepat-cepat!” desak Sofie sambil mendorong Rexa kembali ke mobilnya.

“Hei, apa-apaan ini?” protes Rexa, walaupun akhirnya pria itu masuk juga ke dalam mobil dan duduk di balik kemudi.

“Sudah, ayo cepat! Anggap saja ini balasan untuk kejadian tadi siang!” ucap Sofie tidak sabar kemudian bergegas naik ke dalam mobil Rexa begitu saja. “Ayo cepaaaaaat!!!” Sofie mengangkat tangan Rexa dan memaksanya memegang kemudi mobil.

Setengah hati Rexa menuruti permintaan Sofie untuk mengikuti mobil Fabian. Rexa menginjak pedal gasnya dan melaju kencang mengejar mobil yang dikendarai Fabian. Hingga akhirnya mobil Fabian masuk ke halaman sebuah komplek apartemen di tengah kota.

Sofie tahu betul kalau komplek apartemen tersebut adalah apartemen tempat Fabian tinggal. Sofie gelisah, berkali-kali diremasnya jemari tangannya. Jantungnya berdebar kencang saat dia turun membuntuti Fabian. Sedangkan Rexa menggerutu pelan sambil mengamati gerak gerik Sofie yang mencurigakan.

“Apa yang dia lakukan? Apa aku juga harus turun untuk melihat? Aaah ... menyusahkan saja!” Rexa memutuskan untuk turun dari mobilnya karena penasaran dengan apa yang akan Sofie lakukan. Dengan mengenakan topi dan kacamata hitam supaya tidak dikenali paparazi dan para penggemarnya, Rexa pun berjalan pelan sambil mengendap-endap di belakang Sofie dengan gaya seperti agen rahasia.

Sofie sempat tertinggal ketika keduanya menaiki lift. Namun melihat angka yang terus naik di layar lift, Sofie yakin mereka akan ke unit apartemen Fabian. Sofie baru keluar lift saat melihat dikejauhan keduanya masuk ke unit apartemen Fabian. Sofie melangkah cepat tanpa suara hingga tiba di depan pintu unit Fabian. Untuk beberapa saat Sofie ragu untuk membunyikan bel, sedangkan Rexa hanya mengamati Sofie dari kejauhan saja.

Sepuluh menit Sofie berdiri bimbang di depan pintu unit Fabian. Sambil menarik napas pelan berusaha menguatkan diri untuk kemungkinan terburuk yang dia curigai.

Sofie pun menekan bel dengan tangan bergetar. Ada jeda beberapa saat sebelum akhirnya pintu dibuka perlahan. Seorang wanita muncul dengan rambut yang sedang berusaha dirapikan dan blus yang terlihat kusut seperti habis bergulat. Sebuah tampilan yang semakin menguatkan kecurigaan Sofie sejak tadi.

Yang lebih menyakitkan hati Sofie adalah dia kenal siapa wanita itu. Wanita yang kini sedang mendelik kesal alih-alih terlihat kaget dengan kedatangan Sofie.

“Kyla?!”

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status