Candra? Apa mungkin dia adalah Candra yang selama ini ku kenal?Arghhhhhhh, Bukan. Pasti Bukan Dia. Mana mungkin Bapak kenal dengan orang tuanya. "Bagaimana menurutmu Re? Mungkin saja kamu jadi berubah pikiran karena mendengar namanya?" Tanya Bapak lagi."Jawaban Reina masih sama Pak." Kataku.Bapak lalu pergi setelah mendengar jawabanku. Dia tidak memaksaku untuk setuju dengan apa yang dia mau."Eh, sebentar Pak. Apa Bapak tau nama lengkapnya?" Tanyaku menghentikan langkah Bapak."Aduh, Bapak tidak tau kalau nama lengkapnya Re. Tapi yang bapak tau dia pria yang baik." Jawab Bapak lalu keluar dari kamarku.Setelah Bapak pergi, aku kemudian teringat dengan apa yang Candra katakan ditelepon tadi. Dia bilang dia hanya menjadi aset Kakaknya? Apa berarti dia tinggal bersama Bu Serli. Lalu dimana orang tuanya? Karena dulu kita memang tidak terlalu dekat, aku tidak begitu tau tentang keluarganya. Lagian tidak baik juga ikut campur urusan keluarga orang. Perasaan penasaranku tidak kunjun
Sesampaiku dikantor, ku lihat Bu Serli sudah berdiri didepan pintu ruanganku. Sepertinya dia sengaja menungguku."Selamat pagi Re." Sapa Bu Serli."Iya Bu selamat pagi. Ada apa Ibu pagi pagi menemui saya?" Tanyaku heran. Dia bahkan jarang sekali pergi ke kantor selama ini."Saya mau minta tolong sama kamu Re, boelh?" Lanjutnya."Minta tolong apa Bu?" "Tolong bujuk Candra untuk pulang ya Re. Sepertinya hanya kamu yang bisa menghubunginya." Sambung Bu Serli.Apa Candra belum pulang juga? Kemana dia sebenarnya?"Baik Bu. Nanti saya coba hubungi dia kembali. Memangnya Candra masih belum mengangkat telepon Ibu?" "Belum Re. Dia masih marah dengan saya sepertinya." Tambah Bu Serli.Ternyata Candra beneran marah seperti apa yang dikatakannya. Dia mungkin marah karena bu serli hanya menganggapnya aset."Em, maaf sebelumnya Bu. Ada masalah apa sebenarnya hingga dia pergi?" Tanyaku ragu ragu. Takut Bu Serli akan marah."Cuma hal sepele Re. Aku menyuruh dia meyakinkan Mas Hisyam jika dia mampu
Usai bekerja, seperti yang sudah dibicarakan via telepon semalam, Fida menungguku untuk bersama sama ke butik. Dia ingin mencari baju disana, mungkin aja ada yang ia suka."Hai Da, udah lama menunggu?"Tanyaku yang sudah melihat Fida di depan kantor."Baru aja Re. Ya udah, tunggu ya! Aku ambil mobil dulu." Fida pergi ke parkiran untuk mengambil mobilnya. Sembari menunggu, ku buka ponselku. Siapa tau ada pesan masuk yang belum terbaca.[Re, Candra jadi kesini. Dia bersedia menunggu sampai kamu pulang.] Ternyata pesan dari Ibu.Dia jadi datang? Bukannya aku sudah menyuruh Ibu untuk menundanya?Karena merasa tidak enak jika membuat Fida kecewa, akhirnya aku pergi ke butik dengannya dulu. Biarkan Candra menungguku dirumah. Dia juga bilang akan menunggu sampai aku pulang."Ayo Re." Ajak Fida yang berhenti didepanku.Aku segera masuk dan duduk disebelahnya. Kini hubungan kami sudah baik baik saja. Sudah kembali seperti dulu. Aku bahkan sudah melupakan apa yang Fida perbuat tempo hari."Oh
Sesampainya aku dirumah, Bapak dan Ibu terlihat sengaja menungguku untuk meminta penjelasanku kenapa terlambat pulang. Kali ini kulihat wajah mereka serius."Kenapa baru pulang Re? Gak biasanya pulang terlambat." Tanya Ibu setelah aku duduk bergabung bersama mereka."Maaf Pak, Bu. Tadi Reina ke butik dulu. Lihat perkembangan butik." Jawabku."Kamu sengaja menghindari Candra ya? Kenapa ke butiknya harus hari ini, Kan bisa besuk." Kata Bapak."Reina baru buka pesan dari Ibu ketika sedang berjalan ke butik. Sayang aja kalau harus berbalik arah udah hampir sampai soalnya. Lagian kata Ibu, Candra bersedia menunggu Reina sampai Reina pulang." Jelasku."Iya tadinya memang mau menunggu, tapi dia tiba tiba ada urusan mendadak." Sahut Ibu.Haruskah aku menanyakan nama lengkapnya sekali lagi pada Bapak? Mungkin kali ini dia sudah tau nama lengkapnya. Tapi apa ini ide yang baik? Jika mungkin Candra yang dimaksud adalah Candra temanku, Bapak pasti akan senang karena kami sudah saling mengenal se
"Malam ini Candra akan ke sini Re." Kata Ibu setelah melihatku pulang."Kenapa gak bilang Reina dulu Bu?"Kataku sedikit kesal."Kamu selalu menghindar jika Ibu bilang. Nanti malam Candra akan datang bersama orang tuanya." Kata Bapak menimpali.Berarti Candra akan benar benar kesini. Berarti Ibu dan Bapak juga akan tau jika yang kemarin datang bukan Candra, melainkan orang suruhan Candra."Kamu siap siap dulu, mandi sana." Kata Ibu.Karena tidak ingin membuat Ibu atau Bapak merasa kecewa, akhirnya ku turuti juga kemauan mereka. Selesai mandi, aku segera membantu Ibu didapur. Memasak cemilan yang akan dihidangkan untuk Candra dan kekuarganya."Sini Reina bantuin, Bu." Kataku yang melihat Ibu sibuk didapur."Itu kamu goreng kacang aja Re, biar ibu yang masak ikan." Lanjut Ibu.Ibu terlihat bahagia menyambut kedatangan keluarga Candra. Semoga Ibu tidak kecewa jika melihat Candra yang asli datang, pikirku.Setelah semua makanan siap, kami lalu menunggu kedatangan mereka. Tak lama kami men
Setelah kedatangan Candra malam tadi, kulihat Bapak dan Ibu berwajah sumringah pagi ini. Sebuah asa telah didapatkan mereka kembali."Bagaimana menurutmu Za, Om Candra?"Tanya Ibu ketika kami tengah sarapan."Om Candra baik Nek. Lebih baik dari Om Candra yang sebelumnya." Terang Reza.Ibu dan Bapak hanya tertawa mendengar perkataan polos Reza. Dia masih mengira bahwa Candra ada dua."Reza seneng kan kalau dia jadi Papa baru Reza?" Kini Bapak juga mengeluarkan suara."Reza akan seneng jika lihat Mama juga seneng." Jawabnya membuatku terharu."Terimakasih sayang." Kataku seraya memeluknya. Air mataku hampir saja tumpah."Mama seneng kan jadi istri Om Candra?" Tanya Reza kini. Aku tidak ingin membuat putraku itu sedih. Ku anggukkan kepalaku tanda setuju dengan ucapannya.Cinta akan datang seiring berjalannya waktu, Pikirku. Seperti pepatah bahasa jawa Witing tresno jalaran seko kulino, yang berarti Cinta akan tumbuh karena terbiasa. Kali inj Aku sungguh mempercayainya."Ya udah Mama beran
Jam menunjukkan pukul tiga petang, Waktunya untuk pulang. Sore ini Candra sengaja menjemputku. Dia bilang dia akan jadi sopir pribadiku mulai sekarang.Kulihat Candra melambaikan tangan dari kejauhan ketika melihatku keluar dari kantor."Udah lama?" Tanyaku setelah menghampirinya."Baru juga nih." Jawabnya.Candra segera membuka pintu mobilnya untukku. Senyuman mengembang diwajahnya ketika menatapku."Jangan menatap gitu Ndra, bikin aku salah tingkah nih." Kataku.Candra hanya tersenyum, kemudian menutup pintu mobil setelah aku masuk."Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" Tanya Candra."Lumayan capek Ndra. Banyak berkas yang harus ku periksa." Jawabku."Semangat Reina." Katanya seraya mengangkat genggaman tangannya."Tumben manggil Reina?" Kataku heran. Tidak biasanya dia memanggilku dengan sebutan itu."Gak papa Wul. Mulai sekarang aku panggil kamu Reina aja. Itu kan nama panggilan aslimu?" Tanya Candra.Aku hanya mengangguk. Candra beberapa kami menoleh dan melihatku dengan senyumannya.
Setelah mendengar perkataan Desi semalam, aku semakin yakin dengan keputusanku. Aku merasa lega jika Rendi juga sudah bisa merelakanku. Candra yang sekarang menjadi penjemput setiaku sudah menunggu di depan. "Reina langsung pamit ya Bu." Kataku setelah sarapan." "Iya Re. Hati hati." Jawab Ibu."Salam buat Candra." Lanjut Bapak. Candra sengaja tidak mampir dulu karena sudah siang. Dia takut jika mampir akan membuatku terlambat sampai dikantor."Baik Pak." Jawabku lalu keluar meninggalkan Bapak juga Ibu yang masih meneruskan sarapannya."Maaf hari ini aku datang agak siang Re." Kata Candra."Iya gak papa Ndra. Ini juga baru jam setengah tujuh lewat sedikit. Masih ada beberapa menit lagi kok." Jawabku."Ya udah yuk langsung berangkat aja." Ajakku kemudian.Dalam mobil Candra menanyakan tentang Bu Serli."Apa Kak Serli menghubungimu lagi?" "Tidak Ndra. Dia belum menghubungiku. Mungkin hari ini?" Kataku."Jawab seperti yang aku katakan ya Re. Aku gak mau Kak Serli bertindak terlalu j