Share

5 apapun itu

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2024-09-19 06:55:54

"Apapun yang telah dilakukan ibuku, itu tidak ada kaitannya denganku, Pak."

"Hmm, begitu ya, kamu ini naif atau pura pura bodoh sih?" bisiknya dengan tatapan penuh makna.

Dadaku makin berdebar, takut dan tidak tahu harus apa pada situasi ini. Cemas dia akan terus mengancamku, akhirnya kuputuskan saja untuk menjauh.

"Maaf, aku masuk dulu, selamat bermain lagi, Pak," ucapku sambil memaksakan senyum.

"Kau takut ya, heran sekali bisa ada wanita yang takut padaku, padahal biasanya, wanita akan terpesona," ungkapnya sambil mengangkat kerah bajunya.

"Bagaimana pun saya akan mengingat perjumpaan kita," jawabku sambil menjauh.

"Aku pernah dengar kabar bahwa anak Nyonya Sakinah sangat cantik, dia bisa dijadikan alat negosiasi yang bagus alih-alih menikahkan dia dengan seorang preman," ungkapnya menahan langkahku.

"Saya bukan barang, Pak. Lagi pula saya menikah karena keinginan sendiri," jawabku yang langsung pergi membawa emosi.

Di depan pintu aku berpapasan dengan suami, dia terkejut melihatku yang berjalan terburu-buru dan hampir menabraknya.

"Lho, kenapa masuk, kok kamu kelihatan marah?"

Sepertinya Bendi bisa melihat ekspresi wajahku.

"Nggak marah tiba-tiba teringat sesuatu dan ingin masuk saja," ucapku menahan sakit hati.

"Kata harus menjalin hubungan yang baik dengan Roni karena dia adalah jaksa yang bisa membela kita. Kita bisa mengandalkannya ketika tersangkut perkara."

"Aku hanya tidak nyaman saja bertemu dengan pria lain yang bukan suamiku, aku tidak terbiasa."

"Kalau gitu kau harus membiasakan diri sayang, bisnis bisnis kita akan lebih sering bertemu dengan orang dari banyak latar belakang."

"Aku akan belajar," ujarku yang masih tak bisa mengendalikan gemetar badan.

Ya, Tuhan, siapa dia, mengapa dia mengaitkanku dengan masalah Mama, apa salahku? Dan aku terus teringat bagaimana tatapan tajam dan senyum nakalnya, aku benar-benar ketakutan.

**

Karena tidak membawa ponsel ketika keluar ke taman, sesampai di kamar ternyata ponselku sudah berdering dan ada panggilan tidak terjawab yang sudah beruntun di sana.

Ternyata, panggilan tidak terjawab itu adalah panggilan dari ibu mertua, aku yakin bahwa dia sekarang sedang menunggu jawaban atas pertanyaannya kemarin.

Selagi bimbang memikirkan apa yang harus kulakukan ponselku berdering lagi dan menyentak lamunanku. Dia adalah Mami lagi

"Halo Mami," jawabku pelan.

"Hah, Bagaimana dengan keputusanmu?"

"Sebenarnya aku masih bingung Mami, aku tidak mengerti sebenarnya apa yang Mami inginkan."

"Kau tahu 'kan bahwa Bendi tidak sepenuhnya adalah milikmu, dia adalah anakku dan dia adalah pemimpin dari beberapa orang yang menggantungkan hidup keluarganya dari bisnis kami, kau akan mengancam kehidupan mereka, jika pengaruh burukmu masuk ke dalam anakku," balasnya dengan nada dingin.

"Tapi, saya tidak pernah mengatakan apa-apa Mami, saya hanya patuh pada arahannya saja" jawabku.

"Aku punya teman yang merupakan investor dan juga pelindung dari bisnisku, dia punya anak perempuan yang harus dilindungi masa depan dan keamanannya, kau harus bersedia membiarkan Bendi menikahi gadis itu. Bukan untuk berbagi kasih tapi untuk memuluskan bisnis, ingat bahwa ini adalah bisnis," tegasnya menekan.

"Bisnis memang adalah bisnis, aku sadar Mi. Tapi, Bagaimana dengan perasaan saya, belum sebulan saya jadi istrinya tapi saya sudah dapat ujian sebesar ini," ujarku yang tak mampu menahan tangis.

"Apa Bendi tak memberi tahu?"

"Tidak, mana mungkin Mas Bendi tega mengatakan itu, Mi," jawabku sambil mengusap air mata.

"Aku tak mau tahu ya, kalo gara gara kamu anakku melepaskan tanggung jawab dan tampuk kepemimpinan bisnis kami! dia adalah Bendi Hartono, dia adalah orang yang bisa diandalkan!"

"Saya tidak tahu harus jawab apa, saya mohon jangan paksa saya Mi, saya gak sanggup," jawabku menangis sejadi jadinya.

"Aku akan datang ke rumahmu sore nanti, dan meminta pendapat bendi, kau bersiaplah. Dan ya, jika kau pikir aku menyukaimu maka kau sudah salah anggapan, Dari dulu aku tidak menyukai sosok Ibumu dan keluarga kalian yang selalu masuk ke dalam berita dan membuat keributan, aku tidak menyukai latar belakang kalian."

"Tapi, saya bukan Mama saya," jawabku.

"Tetap saja sifatnya akan menurun, tapi kau jangan senang dulu dan berpikir mampu melakukan apapun hanya karena anakku sangat mencintaimu, aku ada di sini mengawasimu."

"A-aku tak akan macam-macam, Mi."

"Kau juga kularang terus menerus keluar dari mansion, tanpa seizinku dan Bendi. Kau tidak boleh pergi, dan ingat, tutup mulutmu rapat-rapat, karena aku tak mau mendengar rumor tak sedap karena keluhanmu!" Dia langsung menutup telpon dengan kasar.

Aku langsung lemas mendengar ucapan mertua, kembali kubuka kontak dan hendak menghubungi Mama, namun entah kenapa aku tak menemukan nomor kontaknya, yang tersisa di sana hanya nama Bendi dan ibu mertua. Entah siapa yang melakukan ini pada ponselku.

Tentu geram sekali rasanya, diperlakukan seperti ini.

Lalu aku tersadar, bahwa diri ini sudah terjebak dalam penjara yang kubuat sendiri, aku memilih menikah untuk bahagia dan punya suami, namun ternyata aku akan dipasung dengan cara paling konyol di dunia ini.

Ah, mama, aku merindukanmu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   143

    "Tunggu!" Cegahnya sambil menelan ludah. Dari tangannya ku ambil alih senjata api otomatis lalu aku masuk ke lift."Kita tidak punya waktu lagi," jawabku sambil menutup pintu lift.Ketika sampai di lantai atas dan bunyi lift berdenting, aku disambut oleh puluhan orang penjaga dengan pistol yang sudah mengarah moncongnya kepadaku."Hai, senang bertemu kalian!" para penjahat itu melongo di beri ucapan selamat.Aku langsung menggeber senjata dan tidak membiarkan seorang pun memberikan perlawanan. Mereka memang menembak tapi itu hanya menembus di dinding besi lift dan hanya meleset begitu saja. Sementara aku berhasil menjatuhkan sebagian besar dari mareka. Ketika seseorang menghalangi jalanku aku langsung memukul wajahnya dengan gagang senjata dan berhasil membuat dia terjerembab, tubuhnya melewati pembatas lalu jatuh ke atas patung air mancur yang ada di lantai bawah, tempat pesta berlangsung dengan posisi perut tertusuk. Seketika keriuhan terjadi dan para wanita berlari menyelamat

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   142

    Seminggu kemudian.Aku telah berhasil mengabarkan Roni akan, keberadaan dan keadaanku. Tadinya ia khawatir, tapi setelah kuyakinkan bahwa aku harus menjemput papa dan Mama, Roni segera setuju. Tadinya ia memintaku berhenti dan dia berjanji akan membawa aparat dan pasukan yang banyak untuk menangkap Nyonya erika. Namun mengingat wanita licik bak belut itu selalu punya cara untuk menyembunyikan bukti, kurasa, semua usaha akan sia sia saja."Roni, jaga dan pulihkan saja dirimu, kau harus sembuh seperti sedia kala._""Iya, kau juga Mel. Jaga dirimu, aku sangat mencintaimu, dan merindukan suasana rumah kita yang bahagia.""iya, setelah ini tuntas, kita akan berkumpul lagi dan berbahagia." Kupastikan bahwa putri dan adikku aman bersama keluarganya dan kuminta juga padanya agar ia bersembunyi di tempat yang aman bersama anggota keluarga inti.*Selama seminggu bersembunyi dan berusaha memulihkan diri sudah banyak yang terjadi terkait dengan penyerangan dan kejahatan Bendi. Banyak korban mat

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   141

    "Tarik napas dan bersiaplah mengejan!" teriak pria itu diantara deru mesin mobil yang mengebut. Aku tidak peduli dia pria atau hanya orang asing yang akan melihat bagian pribadiku, yang aku tahu ... aku membutuhkan bantuannya untuk menyelamatkan bayiku.Anak buah tuan Peter yang terkesima melihat dia sigap menyiapkan momen lahiran hanya melongo kebingungan. plak!Tuan Peter menggeplak salah seorang anak buahnya dan memintanya tetap fokus melihat ke jalanan."Apa yang kau lihat, kenapa kau melongo. Jaga kami dan pastikan semua aman dari segara arah. Pasukan bendi bisa datang dari mana saja dan kapan saja!" Ujar tuan Peter setengah marah."Ayo Imelda, mengejanlah ketika rasa sakit itu datang. Jangan mengerang, tapi mengejan dengan menekan napas di tenggorokan!" "Baik, Pak.""cukup panggil saja aku dengan ucapan Peter seperti sebelumnya kau memanggilku, jangan sebut tuan atau pak!" pria itu memarahiku di tengah rasa sakit."Iya baiklah. arrggggg... hsssgggghh ....""sekali lagi!""hgg

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   140

    "Kau ... Punya sisi baik juga?" tanya pria itu ragu, melihat ekspresi wajahnya yang bingung dan tercengang aku langsung tergelak dan menggeleng cepat. Lampu hijau menyala dan kumajukan mobil meluncur di jalan raya."Kau sungguh punya kepedulian seperti tadi?""Iya, tuan Peter, aku ini juga manusia yang punya hati.""Ya Tuhan ... Aku tidak menyangka." Pria itu masih menganga dan menggeleng tidak percaya." ... Kupikir kau hanya mesin pembunuh, tapi, ternyata, kau wanita yang baik juga.""Asalnya diriku ini adalah wanita yang baik, dan mungkin akan kembali baik lagi seperti dulu," jawabku sambil membelokkan mobil ke jurusan timur, ke arah pinggir kota di mana mansion sekaligus perkebunan Nyonya Erika berada. Mungkin kurang waspada atau tidak menaruh curiga, tiba mobilku ditabrak oleh sebuah mobil besar dari arah samping. Aku terkejut dan berusaha mengendalikan kemudi, perutku mulai sakit dengan goncangan keras barusan. Kukebut gas agar bisa menghindar, dan meminta tuan Peter mengangkat

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   139

    Di dalam perjalanan menuju mansion mantan mertua, matahari sore mulai menguning dan semilir angin semakin kencang menerpa wajah ini. ada perasaan sedih yang tiba-tiba menyeruak di hatiku di mana Aku merindukan kehidupanku yang dulu. Entah kenapa keadaan hatiku tiba-tiba menjadi melodramatis dan aku tidak mengerti mengapa itu terjadi.Mungkinkah karena tekanan mental, dan beban yang begitu banyak yang kini ada di pundakku. Belum lagi dosa dosa yang sudah kutanggung, ditambah kini, bersamaku ada calon kehidupan baru yang menunggu tanggung jawab besar."Aku tidak bisa terus-terus seperti ini... aku harus berjanji pada diriku sendiri, setelah masalah dengan bendi dan Erika tuntaskan maka aku akan kembali ke kehidupanku yang awal, di mana aku akan menjadi istri yang manis dan ibu yang baik juga.""Ada apa kau melamun, Apakah kau merasa takut seharusnya kau tidak perlu takut karena sekarang ada 50 Jeep yang beriringan bersama kita.""Aku yakin Nyonya Erika sudah mengerahkan pasukannya dan j

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   138

    "Kau ... Punya sisi baik juga?" tanya pria itu ragu, melihat ekspresi wajahnya yang bingung dan tercengang aku langsung tergelak dan menggeleng cepat. Lampu hijau menyala dan kumajukan mobil meluncur di jalan raya."Kau sungguh punya kepedulian seperti tadi?""Iya, tuan Peter, aku ini juga manusia yang punya hati.""Ya Tuhan ... Aku tidak menyangka." Pria itu masih menganga dan menggeleng tidak percaya." ... Kupikir kau hanya mesin pembunuh, tapi, ternyata, kau wanita yang baik juga.""Asalnya diriku ini adalah wanita yang baik, dan mungkin akan kembali baik lagi seperti dulu," jawabku sambil membelokkan mobil ke jurusan timur, ke arah pinggir kota di mana mansion sekaligus perkebunan Nyonya Erika berada. Mungkin kurang waspada atau tidak menaruh curiga, tiba mobilku ditabrak oleh sebuah mobil besar dari arah samping. Aku terkejut dan berusaha mengendalikan kemudi, perutku mulai sakit dengan goncangan keras barusan. Kukebut gas agar bisa menghindar, dan meminta tuan Peter mengangkat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status