Home / Rumah Tangga / Karma Suami Tukang Selingkuh / Bab 6. Tidak Bisa Merawat Diri

Share

Bab 6. Tidak Bisa Merawat Diri

last update Huling Na-update: 2024-12-09 12:27:15

"Bagaimana keadaan kamu, Marni?" Ayu kini sudah berada di ruang inap bersama Faiz juga Aluna.

Marni hendak menjawa pertanyaan sang nyonya besar namun t ata pan ma ta nya beralih pada Faiz juga Aluna.

"Ada apa, Marni?" kembali perempuan paruh baya itu bertanya.

"T-tidak, ndoro.. Saya baik-baik saja," jawab Marni terbata.

Ia tidak mungkin menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, ada perasaan khawatir menyeli-muti hati Marni hingga ia memilih untuk memalingkan wajah dari sang pujaan hati.

"Jangan panggil saya seperti itu, kamu akan menjadi menantu saya," katanya seulas senyum terbit di b i b i r ra-nu-m Ayu.

Deg.

"Maksud, ibu?" Aluna menatap m-ani-k ma-ta ibu mertuanya.

"Iya, saya akan menikahkan Faiz dengan Marni." Ayu hanya menatap wajah Aluna sekilas lalu menoleh pada yang lain.

Tak kuat dengan kenyataan yang semakin meny-ak-itkan Aluna melangkah keluar dari ruangan tersebut, ia duduk di kursi ruang tunggu seraya meremas jari jemarinya.

Tete-san demi tete-san tak bisa Aluna tahan lagi, perempuan itu kembali mena-ngisi nasib rumah tangga nya yang di ujung tanduk.

Ceklek.

Terdengar suara pintu tertutup Aluna melihat bayangan jika suaminya keluar dari ruangan tersebut. Secepatnya menghapus jejak jejak air mata yang tidak bisa berhenti begitu saja.

"Maafkan, aku..." lirih Faiz, lelaki itu men-gge-ngg-am kuat lengan sang istri.

"Lepas, mas," pinta Aluna, namun Faiz menggelengkan kepala. Sejujurnya bukan ini yang dia inginkan, tetapi tuntutan padanya seolah ada dorongan kuat untuk melakukan hal itu.

"Sa y-an g... Lihat aku," katanya seraya menarik dagu sang istri agar menatapnya.

"C i n t a dan s ay an g aku hanya untuk kamu, tidak ada perempuan lain di hati aku, Aluna..," lirih Faiz menatap wajah sang istri penuh keyakinan.

Aluna hanya bisa tersenyum simpul, bagaimana bisa lelaki di depan nya itu berkata konyol seperti ini, pikirnya. Sedangkan di dalam sana ada perempuan lain yang sudah berhasil me nd ung a n a k darinya.

"Aku melakukan itu bersama Marni, bukan atas dasar ci nt a.. Melainkan na fs u belaka, say a ng... Saat ini memang Marni men gand ung an ak ku, tapi akanku pastikan saat bayi itu lahir aku akan me ncer ai ka n Marni dan merawat a na k itu bersama kamu," jelas Faiz panjang lebar masih men at ap Aluna,

Deg.

"J-jadi.. kamu setuju dengan ucapan ibu kamu, mas?"

Faiz tidak sepenuh yakin ia pun menundukkan kepala apa yang harus dia jawab, sementara tidak mungkin jika anak itu lahir tanpa seorang ayah.

Aluna masih menatap Faiz yang tak kunjung memberikan jawaban.

"Jadi Marni sudah ha m il anak kamu, Faiz? Alhamdulilah akhirnya ibu akan punya cucu," Aluna juga Faiz menoleh ketika mendengar suara Ayu.

Perempuan paruh baya yang masih cantik itu sudah berdiri di ambang pintu entah sedari kapan, namun tatapan mata nya mengisyaratkan kebencian semakin me nda la m pada Aluna.

Sadar akan di tatap seperti itu oleh Ayu, Aluna pun berdiri melangkah menjauh dari sana. Ia tidak sekuat itu mendapati kenyataan jika mertua yang selama ini dirinya hormati juga penuh dengan kasih s ay ang tega men usukn ya seperti ini.

"Aluna, say an g... Kamu mau kemana?" langkah Aluna terhenti ketika suaminya bertanya seperti itu, namun ia tidak berani menoleh.

"Biarkan saja dia pergi, Faiz. Wanita itu sudah tidak ada gunanya lagi! Sekarang kamu fokus dengan Marni." jawaban Ayu membuat Aluna menundukkan pandangan perempuan itu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Faiz mentap punggung perempuan yang sangat dia cin-tai itu dengan berat hati mengikuti ucapan sang ibu. Walaupun ia pun sama-sama merasakan sa-kit di hatinya.

"Apalagi yang kamu tunggu, Faiz? Cepat ma-suk!" Ayu melihat putra sulungnya masih menatap jauh punggung Aluna yang sudah tidak terlihat.

"T-tapi, bu.."

"Cepat masu-k!" bentak Ayu, membuat Faiz pun menghela napas berat terpaksa mengikuti keinginan sang ibu.

"Kalian harus cepat menikah, ibu tidak mau orang-orang di luar sana membicarakan kalian berdua,"

Deg.

"Bu, kita bahas soal ini nanti. Aku harus menemui Aluna terlebih dahulu." sela Faiz, bagaimana pun juga ia masih berstatus suami orang.

"Buat apalagi sih, Faiz. Dia tidak bisa merawat diri tidak bisa juga m3mu4sk@n kamu 'kan? Apalagi dia itu wanita mandvl, lihat saja sampai sekarang tidak kunjung ham-il." dengan tegas Ayu berkata seperti itu membuat ulu hati Faiz sak-it.

"Stop mengatakan itu, bu!" Faiz mengkat tangan nya.

"Kenapa, Faiz. Memang itu 'kan kenyataan nya makanya kamu berpaling dari dia?" seolah tak mau berhenti membicarakan keburukan Aluna.

Marni hanya bisa mendengarkan saja tanpa berkomentar ia sangat senang ternyata calon ibu mertuanya sangat mendukung dirinya bersama Faiz, sang pujaan hati.

Seulas senyum terbit dari bi b ir te bal Marni ia sangat bahagia kali ini, walaupun harus menjalani pemeriksaan di area sensitif nya akibat majikan yang tidak tahu malu itu.

Faiz tidak bisa menjawab dan membenarkan apa yang di katakan ibunya. Ia tidak mau jika Marni menggunakan cara ini untuk menyerang Aluna.

"Tidak seperti itu, bu. Aku dan Marni hanya terjebak naf su saja...," lirih Faiz berhasil membuat bola ma-ta Marni nyaris keluar mendengar pengakuan sang kekasih pada ibunya.

Deg.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Karma Suami Tukang Selingkuh    Bab 49. Beberapa tahun Kemudian

    Beberapa tahun kemudian Faiz pun sembuh dari penyakitnya pria itu benar-benar menjaga dan juga mengkonsumsi obat herbal dan non herbal di rekomendasikan oleh dokter. Ia dan keluarganya pindah ke sebuah perkampungan dimana daerah tersebut masih asri dan juga banyak pondok pesantren. Faiz pun mulai mengikuti semua kegiatan di pondok pesantren guna mendamaikan hatinya yang belum bisa move on sepenuhnya dari Aluna. Bahkan pria itu ketika mereka masih berada di jakarta masih suka bulak balik ke klub malam demi mengusir rasa suntuk. Ayu menggiring anak serta cucunya untuk keluar dari kota tersebut demi kesembuhan keduanya. Terbukti setelah Faiz melakukan kegiatan postif ia akhirnya bisa benar-benar sembuh. "Assalamualaikum, Bang Faiz." ia menoleh melihat siapa yang datang. Pria itu pun menghentikan aktivitasnya sejenak. "Waalaikumsalam, iya dek. Ada apa?" jawab Faiz pada santri itu. "Abang di panggil pak Kiayi katanya suruh kesana." Deg. 'Ada apa ya?' batin Faiz. "Oh

  • Karma Suami Tukang Selingkuh    Bab 48. Penyesalan Faiz

    Perkataan Ayu membuat pria berusia hampir memasuki kepala empat itu terdiam. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini hingga membuat Faiz menunduk dalam-dalam.Isak tangis terdengar oleh Ayu membuatnya paham jika putranya tengah menyesali perbuatannya selama ini. Bahkan tidak hanya isak tangis berganti menjadi rancuan kalimat kalimat menyakitkan keluar dari mulut Faiz."Ampuni aku ya allah....," lirih Faiz dalam sujudnya.Setelah beberapa menit Faiz keluar dengan mata yang memerah bengkak karena menangis. "Bu, apa aku bisa bertemu dengan Aluna?" tanyanya."Aluna? Ibu gak tau kabar dia sekarang Iz.. Mungkin aja dia sudah menikah lagi. Tapi, kenapa kamu tiba-tiba ingin bertemu dengannya lagi?" Ayu penasaran."Aku hanya ingin meminta maaf. Itu saja bu gak ada mksud yang lain," "Papa, nangis?" suara Putra mengalihkan semuanya. Faiz pun segera memeluk anaknya menumpahkan segala rasa yang ada di dalam dirinya.Tidak peduli dengan apa yang dokter katakan dia hanya ingin meminta orang-ora

  • Karma Suami Tukang Selingkuh    Bab 47. Kenyataan Pahit

    Ayu tidak tahu memberi tahu seperti apa pada putranya. Apa dia lebih baik tidak memberi tahu akan hal itu? Batin Ayu bertanya-tanya, namun jika dia tidak memberi tahu Faiz sudah pasti dirinya akan semakin merasakan sakit oleh penyakit yang di deritanya.Kebimbangan yang di rasakan oleh Ayu terlihat oleh Fani yang kini tengah memperhatikan dari dalam kamar."Bu." tegur Fani."Eh, iya Fan?" Ayu menoleh, perempuan paruh baya itu menoleh lalu menghampiri Fani dan cucunya."Ada masalah?" tanya Fani lagi, namun Ayu menggelengkan kepala tersenyum pada putrinya.Biarlah ini menjadi rahasia dirinya semoga apa yang di takutkan tidak terjadi. Ayu menyembunyikan hasil lab milik Faiz dia tidak mau jika Faiz semakin terpuruk dengan keadaannya."Ibu jangan bohong. Pasti terjadi sesuatu kan sama aa?" Fani menatap manik mata Ayu. Raffa dalam gendongan Fani hanya bisa meyimak saja obrolan orang dewasa itu.Ekspresinya begitu menggemaskan seperti orang yang mengerti saja mereka membicarakan apa."Enggak

  • Karma Suami Tukang Selingkuh    Bab 46. Hasil Uji Lab

    Satu minggu berlalu Faiz di kabarkan jika hasil uji lab pemeriksaan dirinya sudah keluar. Ia diminta untuk datang ke klinik tersebut bersama pendampingnya."Baik, saya akan segera kesana," saat ini Faiz tengah bekerja di sebuah proyek pembangunan gedung bertingkat di jakarta.Faiz menatap satu persatu rekan kerja nya ia bingung harus meminta izin seperti apa. Dia baru saja keterima bekerja di proyek ini beberapa hari yang lalu jika harus meminta izin tentu saja tidak enak pada atasannya.Tapi, dia sendiri merasa penasaran dengan hasil uji lab apakah penyakitnya tidak separah itu hingga dia masih bisa bebas beraktivitas dengan orang-orang di sekitarnya.Sementara Ayu wanita paruh baya itu tengah mengurusi sang cucu yang baru lahir karena Fani belum bisa beraktivitas seperti biasa."Nenek, dedek bayinya kok tidur terus sih. Aku kan mau main," celoteh Putra membuat Ayu semakin gemas."Adik Raffa masih bayi, sayang. Jadi belum bisa di ajak main sama Putra," jelas Ayu. Pria kecil di sampi

  • Karma Suami Tukang Selingkuh    Bab 45. Hasil Diagnosa

    Ayu menunggu Faiz keluar ia berada di sebuah tuang tunggu salah satu klinik di jakarta."Lama banget,Iz." gerutu Ayu menggu Faiz hampir 2jam."Maaf, bu. Ada beberapa pemeriksaan lagi. Hasilnya tidak langsung juga," jawab Faiz. Keduanya berjalan menuju apoteker untuk menebus obat."Semoga gak ada yang serius lagi ya,Iz.. Kita tidak punya banyak uang." keluh Ayu."Ibu doakan saja ya," Ayu menganggukkan kepala tersenyum pada putranya."Atas nama Faiz," suara lantang apoteker tersebut memanggil satu persatu pasien yang tengah menunggu antrian obat.Faiz menghampiri apoteker tersebut lalu menjelaskan rangakaian obat yang di berikan. Ada beberapa jenis yang harus di minum oleh pria dewasa itu."Em, maaf sebelumnya pak. Untuk saat ini bapak harus pisah alat-alat makan dengan keluarga. Jadi bapak punya khusus untuk makan dan minum serta sabun dan juga pasta gigi ya, pak. ujar apoteker tersebut menjelaskan.Deg."Separah itu?" tanya Faiz."Ini hanya dugaan ya, pak. Karena kami sudah memberika

  • Karma Suami Tukang Selingkuh    Bab 45. Fani Membawa Luka

    Setelah pertemuannya dengan Marni, Putra sama sekali tidak merasa bahagia. Mungkinkah lelaki kecil itu memiliki trauma yang sangat mendalam? Pikir Fiaz."Put?" panggil Ayu."Iya, nek." bocah itu menoleh. Lalu memainkan mainan mobil-mobil yang sudah tidak berbentuk itu."Mainan itu sudah rusak nak, kenapa gak kamu mainin aja yang baru dari bunda kamu." bujuk Ayu agar Putra menerima semua pemberian dari Marni."Ini juga masih bagus, nek. Jalan nya juga gak macet-macet, aku suka ini aja." jawabnya penuh tanpa dosa.Ayu dan Faiz hanya bisa menghela napas kasar biarlah biarkan Putra bermain dengan mainan lamanya hingga merasa bosan.Faiz pun menyimpan kembali mainan baru dan juga barang lainnya pemberian dari mantan istrinya itu.Aws," keluh Faiz merasa sakit."Kenapa iz?" "Gak tau bu, tiba-tiba saja aku merasa tidak enak,""Ya sudah kamu istirahat saja." Faiz pun menganggukkan kepala kemudian merebahkan tububnya di atas tempat tidur.** "Mami, Papi kemana kok gak pulang?" tanya Angle. A

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status