Share

5. Terkunci

Pov Riko

Akhirnya Lisa pergi juga dari rumah ini. Itu lebih baik daripada aku yang mengusirnya. Sebab dengan cara seperti itu, jika pun dia ingin berpisah dariku secara hukum itu artinya dia yang harus mengeluarkan biaya. Aku bisa beralasan karena memang tidak ingin menceraikannya. Toh, aku masih bisa menikah lagi tanpa menceraikan dia. Buktinya sekarang, aku bisa menikahi Alin. Gadis cantik yang selama setahun terakhir ini mampu mencuri hatiku.

Aku tak peduli Lisa mau tinggal di mana, mau makan atau tidak lantaran dia sudah memilih pergi dari rumah ini. Seandainya dia mau bertahan di sini tentu aku masih bertanggung jawab untuk memberinya nafkah. Tapi jika dia memilih pergi berarti dia bertanggung jawab atas dirinya.

Dulu aku menikahi Lisa karena aku pikir dia gadis yang manut. Tapi belakangan ini dia sering menuntut ini dan itu. Dia pikir mencari uang itu gampang. Dulu sewaktu pertama kali aku menikah dengannya sengaja aku tidak mengizinkan dia bekerja. Dengan cara seperti itu Lisa tidak akan bisa berbuat banyak sebab hidupnya akan tergantung padaku.

Namun sekarang aku menemukan wanita yang sesuai dengan seleraku. Alin adalah salah satu rekan kerjaku yang setiap hari menggodaku dengan bibir merahnya serta baju yang serba ketat. Pria manapun pasti akan tergoda apalagi aku yang sering melihatnya. Akhirnya Aku memberanikan diri mendekatinya dan ternyata Alin juga menyukaiku. Maka terjadilah hubungan itu. Pandanganku tentang wanita yang bekerja dan punya uang sendiri kini berubah. Ternyata wanita yang punya penghasilan sendiri itu bisa meringankan beban pria meskipun sekali-kali dia juga merengek minta sesuatu. Tapi itu wajar menurutku, toh sebanding dengan yang mereka berikan. Berupa penampilan yang memikat dan enak dipandang mata.

Aku tidak bisa selamanya menyembunyikan hubunganku dengan Alin. Apalagi sekarang kami sudah menikah. Kupikir Lisa pun tidak akan keberatan dengan keputusanku ini, toh dia tidak akan sanggup hidup sendirian tanpa aku. Tapi perkiraanku meleset, ternyata wanita itu berani mengambil sikap untuk meninggalkanku. Terserah saja, memangnya dia mau makan apa di luar. Aku jamin dua minggu saja dia akan kembali lagi padaku, mengemis merengek minta dikasihani.

"Mas, kok kamu melamun sih, apa Mas lagi mikirin Mbak Lisa?" Aku tersentak mendengar pertanyaan Alin yang sedari tadi duduk di sampingku sambil bergelayut manja pada tanganku.

"Ngapain mikirin si Lisa, sekarang kan sudah ada kamu di sini," jawabku sambil mengusap pipinya yang mulus.

Alin rencananya akan kubawa ke rumah ini lantaran Lisa sudah pergi. Toh, kami sudah menikah. Selama ini Alin tinggal di sebuah apartemen yang sengaja aku belikan.

"Lagian Mas, kok, bisa bertahan sampai bertahun-tahun dengan wanita yang bulukan seperti itu."

"Sudahlah, Sayang. Tidak usah diungkit lagi, yang penting 'kan dia sudah pergi dan aku sudah menjadi milikmu seutuhnya." Kujawil dagunya yang lancip, memandang Alin selalu membuatku berdesir. Wangi tubuhnya selalu memenuhi indra penciumanku. Jauh berbeda dengan Lisa yang rambutnya hanya bau shampo ketika habis keramas saja. Maklumlah shampo yang dipakai Lisa berbeda dengan shampo yang digunakan oleh Alin.

"Kamu ngapain, sih, dari tadi senyum-senyum terus?"

"Ini lho, Mas, sekarang aku sudah bisa mengunggah fotomu secara bebas di media sosial. Sebab istrimu 'kan sudah pergi, jadi aku juga perlu mengumumkan kalau kamu itu milikku." Alin tersenyum manis, membuatku mengurungkan niat untuk melarangnya.

"Sayang ... kenapa terburu-buru, sih?"

"Ya nggak apa-apa, dong ,Mas. Aku juga istrimu 'kan?"

"Iya Sayang, asal kamu senang, apapun boleh kamu lakukan." Akhirnya aku tidak mau berdebat lagi dengan istri cantikku ini.

Saat ini adalah jam istirahat di kantor dan aku memaksa Alin untuk pulang ke rumah karena aku tak tahan melihat bibirnya terus menggodaku selama kami di kantor.

"Sebentar lagi jam masuk kantor, Mas. Kita kembali ke kantor, yuk. Tidak enak sama bos kalau sampai terlambat."

"Sekali lagi, ya, Sayang. Tapi aku ingin di kamar." Aku mengerlingkan mata lalu menatap wajah cantik Alin.

"Mas ... kita sudah terlambat .... "

"Tidak apa-apa, Sayang. Kita bisa beralasan macet atau apa, kek," ucapku sambil menggendong tubuh Alin dan membawanya ke kamar yang biasa aku tempati dengan Lisa.

Karena kedua tanganku menggendong tubuh Alin, aku membuka pintu dengan menggunakan kakiku. Tapi sialnya, kok, pintunya tidak bisa didorong. Dan terpaksa aku menurunkan tubuh istri mudaku ini.

"Kenapa, Mas?"

"Pintunya, kok, tidak bisa didorong oleh kaki? Apa mungkin rusak?" Aku mencoba memutar handle pintu tapi ternyata pintu ini terkunci.

"Sial! Rupanya si Lisa mengunci pintu ini sebelum dia pergi tadi." Aku mengumpat sambil menendang pintu tersebut.

"Coba Mas cari kuncinya. Barangkali ada di sekitaran sini," titah Alin sambil menengok kanan kiri.

Aku pun bergerak mencari kunci kamar yang jujur saja aku tidak pernah tahu menahu tentang ini.

"Nanti kita cari lagi, Sayang. Sekarang kita masuk kamar lain saja, ya." Akhirnya aku berinisiatif untuk masuk ke kamar lain. Tapi ternyata dua kamar lainnya pun dalam keadaan terkunci dan entah di mana kuncinya. Aku yakin Lisa sengaja melakukan ini karena dia cemburu pada Alin. Dasar wanita tidak berguna, bisanya menyusahkan saja!

"Sial! Aku yakin si Lisa sengaja melakukan ini."

"Sabar, Mas. Di sofa lagi aja, ya." Alin meraih tanganku, namun emosiku pada Lisa membuat seleraku pada wanita ini hilang. Aku pun sontak menarik tanganku. Dengan cekatan aku mengeluarkan ponsel dan mencoba menghubungi nomor Lisa. Tapi sialnya, setelah beberapa kali panggilan, wanita itu tidak mau mengangkat teleponku.

Tanpa pikir panjang aku mengetik pesan pada wanita sialan itu.

[Di mana kamu sembunyikan kunci semua kamar di rumah ini?! Kamu jangan macam-macam, ya, Lis. Ini rumahku, hasil dari keringatku. Kamu tidak berhak satu persen pun atas rumah ini, ingat itu!]

Terkirim.

Kita liat saja, Lisa. Apa yang bisa kamu lakukan tanpa aku?

Bersambung

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
laporkan suami dan selingkuhannya klu kau msh punya otak yg berguna
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status