"Linny, sebaiknya kau tidak berkata-kata seperti menyalahkanku seperti itu, aku juga tidak ingin ia mengalami hal yang semacam ini."Emosi Neilsen sedang tidak stabil, tapi karena Linny adalah teman Rossa, saat ini ia sedang berusaha keras untuk bisa menahannya.Tapi Linny justru berkata tanpa perasaan."Anda tidak menginginkanya? Untung saja Anda tidak menginginkannya, kalau Anda ingin, mungkin Kelselyn saat ini akan sama seperti Rossa lima tahun yang lalu, terbakar hidup-hidup karenamu.""Linny!" Neilsen seperti mau meledak, matanya merah.Seluruh Manado tahu, Rossa adalah larangan bagi Neilsen, selain Linny, tidak ada lagi yang berani menyebut nama Rossa di hadapannya, apalagi tentang kebakaran itu, namun kini Linny tanpa sengaja sedang menantang pertahanan terakhir Neilsen.Melihat Neilsen yang hampir kehilangan kontrol, Wandy berkata datar."Mami alergi chepalosporin.""Apa?" Neilsen tidak mendengar jelas bagaimana Wandy memanggil Rossa tadi, ia hanya mendengar kata? chepalosporin
Wangi susu yang lembut mengembalikan kesadaran Neilsen, ia menatap bakpao kecil di hadapannya, hatinya sangat kacau, untuk sesaat ia tak tahu harus mengatakan apa.Wandy juga tidak berbicara, ia hanya duduk diam di sampingnya, seakan-akan hanya ingin mencari tempat untuk duduk saja, tanpa peduli siapa yang duduk di sebelahnya.Tapi Neilsen menyadari perasaan di hatinya bukanlah perasaan gembira.Ryu juga berumur 4 tahun, tapi Ryu hidup dengan bebas, bahkan sedikit keras kepala, ketika ia senang ia bisa tertawa-tawa, ketika ia sedih ia bisa menangis tersedu-sedu.Bertolak belakang dengan Wandy, ia selalu telihat tenang tidak seperti anak-anak.Kesan pertama dari Wandy yang ditemuinya di toilet bandara waktu, Wandy yang memohon padanya sambil berlutut, dengan wajah yang lebih mirip bunga mekar itu, sangat berbeda dengan Wandy yang ada di depan matanya kini.Kehidupan seperti apa yang membentuk Wandy menjadi karakter seperti ini? Jika dia memang putranya, lalu kepahitan apa yang dia alami
"Sayang, maafkan mami sudah membuatmu khawatir."Rossa menggenggam tangan Wandy, matanya dilumuri rasa bersalah.Ketika Neilsen mendengar Rossa memanggil Wandy? Sayang?, timbul sepercik haru di hatinya, seperti ingin memastikan sesuatu, namun sebaiknya ia tidak mengatakannya di saat situasi yang seperti ini.Wandy yang merangkak ke pelukan Rossa itu gemetar, akhirnya anak itu sedikit berlaku layaknya anak berumur empat tahun. Dokter dan perawat di sampingnya tidak berani mengganggu, mereka hanya menatap Neilsen tak berdaya.Neilsen berdeham."Hei bocah, mamimu baru sadarkan diri, bagaimana kalau kita minta biar dokter memeriksanya dulu?"Wandy mengernyit, tapi akhirnya ia turun dari ranjang dan tanpa sadar Neilsen menggandeng tangannya.la ingin melepaskannya, tapi tenaganya tidak cukup kuat, ia pun mengangkat kepala dan melotot marah pada Neilsen, tapi Neilsen berpura-pura tidak melihatnya, matanya terus terpaku pada dokter dan Rossa.Rossa yang mendengar kata-kata Neilsen tadi, khusu
Seketika tubuh Rossamenjadi kaku.Menikah selama tiga tahun, adegan intim diantara mereka satu persatu meluap dalam pikirannya, begitu manis, begitu membuat orang lain iri, pernah ia berpikir bahwa laki-laki ini akan menjadi miliknya seumur hidup, namun siapa sangkat justru ia menjadi mimpi buruk baginya!Jemarinya mencengkeram sprei ranjang dengan erat, matanya menatap wajah Neilsen yang semakin mendekat, semakin mendekat, membuat jantungnya hampir berhenti berdetak. Di saat bibirnya berada 1 cm di depannya, Neilsen berhenti.Rambut di wajahnya sampai terlihat jelas.Sudah lima tahun, ia masih tetap tampan menawan, namun Rossa tidak tergerak, anak mereka saat ini sedang dirongrong sakit yang menempatkannya antara hidup dan mati.Mengingat hal ini, Rossa mengangkat tangannya, "Plak", sebuah tamparan seketika terdengar ke penjuru ruangan.Neilsen tidak melewatkan sorot mata kebencian yang sekilas terlihat di matanya itu, pandangan yang menyedihkan itu seperti pedang tajam yang menusuk d
"Ah!"Rossa menjerit, tubuhnya terjatuh, dan sebuah tubuh lain yang panas menimpa jatuh di atasnya.Pikirannya yang kacau karena mencium aroma tubuh yang tak asing itu sejenak menjadi kosong.Pernah selama beberapa waktu, ia begitu menanti-nantikan bersentuhan intim dengan Neilsen seperti saat ini, dan bukannya ranjang yang kosong dan dingin yang hanya sebatas untuk melaksanakan kewajiban, sayangnya sampai sebelum ia mengandung pun mereka tidak pernah sedekat itu.Neilsen merasakan bau yang harum masuk ke hidungnya, aroma yang begitu dikenalnya itu menguak kembali ingatan akan bau dari bantal yang dikenangnya siang dan malam, untuk sesaat ia seperti linglung, merasa ini hanyalah sebuah mimpi dan imajinasinya saja."Rossa?"Neilsen menggumam, sebuah wajah yang tampan itu pelan-pelan menunduk, mengarah ke bibir Rossa.Tiba-tiba, sebuah suara bel terdengar, Rossa seperti tersadar dari mimpi, ia segera mendorong Neilsen, jantungnya berdegup kencang dan cepat, seketika ia merasa darah mengg
Rossa langsung buru-buru menghapus air matanya, namun sekali lagi tertangkap basah oleh Neilsen."Ada apa?"Dia buru-buru mendekat, melihat tangan Rossa yang masih menggenggam ponsel, kebetulan layar ponsel saat itu belum mati, ia dapat melihat dengan jelas bahwa Rossa sedang mengobrol dengan Tommy, ia bahkan masih dapat melihat dengan jelas video call yang mereka lakukan.Melihat Rossa yang menangis hebat, lalu sekali lagi Rossa menatapnya dengan penuh benci seperti ingin membunuh, api amarah yang telah diredam Neilsen sejak tadi akhirnya membara."Kau sedang video call dengan Tommy dan memelas padanya bukan? Memberitahu dia bahwa Neilsen tidak sanggup menjagamu dengan baik bukan, sampai-sampai kau langsung mengalami kecelakaan ketika kembali ke sini. Tommy menghiburmu? Dia memintamu langsung pulang ke Amerika? Atau kau memberitahunya bahwa tadi aku memaksa menciummu, dan dia akan segera terbang kemari dan menghajarku?"Kata-kata Neilsen membuat Rossa semakin gusar, apalagi waktu ia m
Tentu saja perawat itu tidak berani melanggar peringatan Neilsen, ia buru-buru masuk dan melayani. Melihat Rossa yang tertidur pulas, Neilsen yang telah menggenggam rambut Rossa di tangannya itu bergegas pulang.Messie yang melihat Neilsen telah pulang buru-buru menyambut dengan tersedu-sedu."Neilsen, aku tidak sengaja, aku hanya ingin menghukum Ryu sedikit, sama sekali tidak menduga anak itu akan seperti itu. Maaf, benar-benar minta maaf, aku yang jahat."Neilsen jengkel melihat wajahnya yang sedang menangis itu."Sudahlah, aku tahu kau salah memperhatikannya. Bagaimana keadaan Ryu? Sudah minta dokter keluarga untuk memeriksanya?""Dokter masih memeriksanya."Mata Messie merah, sepertinya ia sangat mengkhawatirkan Ryu.Neilsen segera beranjak ke kamar Ryu. Messie mengikutinya masuk.Wajah Ryu merah, ia terus mengigau, membuat hati Neilsen trenyuh.“Lain kali tidak bisa mengajar anak-anak dengan tangan.”"Aku tahu, aku tidak akan berani lagi. Aku hanya tidak ingin ia membuat perusahaa
"Aku tidak pernah mendengar Ryu menyebut nama Wandy, Tuan Muda dari keluarga manakah dia?" Tanya Messie mendetail.Namun Neilsen justru mengangkat alisnya lalu berkata pelan."Sudahlah, lebih baik tunggu Ryu sembuh saja baru bertemu dengan temannya itu. Jaga dia baik-baik, kecelakaan yang menimpa desainer Kelselyn kali ini mendorong SAG sampai ke ujung tanduk, aku harus ke rumah sakit untuk mengawasinya."Selesai mengatakannya, Neilsen hendak beranjak pergi, tapi Messie menahan lengannya."Neilsen, di perusahaan ada banyak orang yang bisa pergi mengawasinya, lagipula desainer Kelselyn adalah seorang wanita, pasti tidak nyaman bagimu seorang pria dewasa untuk merawatnya, bagaimana kalau begini? Aku menggantikanmu menjaganya? Lagipula aku seorang wanita juga, aku dan dia tidak mungkin saling sungkan kan?"Mata Messie bersinar.Namun Neilsen berkata datar."Tidak perlu, meskipun kau adalah wanita, tapi diantara kalian pernah ada sesuatu, dan lagi seluruh Manado tahu, masih untung kalau ka