"Ah!"Rossa menjerit, tubuhnya terjatuh, dan sebuah tubuh lain yang panas menimpa jatuh di atasnya.Pikirannya yang kacau karena mencium aroma tubuh yang tak asing itu sejenak menjadi kosong.Pernah selama beberapa waktu, ia begitu menanti-nantikan bersentuhan intim dengan Neilsen seperti saat ini, dan bukannya ranjang yang kosong dan dingin yang hanya sebatas untuk melaksanakan kewajiban, sayangnya sampai sebelum ia mengandung pun mereka tidak pernah sedekat itu.Neilsen merasakan bau yang harum masuk ke hidungnya, aroma yang begitu dikenalnya itu menguak kembali ingatan akan bau dari bantal yang dikenangnya siang dan malam, untuk sesaat ia seperti linglung, merasa ini hanyalah sebuah mimpi dan imajinasinya saja."Rossa?"Neilsen menggumam, sebuah wajah yang tampan itu pelan-pelan menunduk, mengarah ke bibir Rossa.Tiba-tiba, sebuah suara bel terdengar, Rossa seperti tersadar dari mimpi, ia segera mendorong Neilsen, jantungnya berdegup kencang dan cepat, seketika ia merasa darah mengg
Rossa langsung buru-buru menghapus air matanya, namun sekali lagi tertangkap basah oleh Neilsen."Ada apa?"Dia buru-buru mendekat, melihat tangan Rossa yang masih menggenggam ponsel, kebetulan layar ponsel saat itu belum mati, ia dapat melihat dengan jelas bahwa Rossa sedang mengobrol dengan Tommy, ia bahkan masih dapat melihat dengan jelas video call yang mereka lakukan.Melihat Rossa yang menangis hebat, lalu sekali lagi Rossa menatapnya dengan penuh benci seperti ingin membunuh, api amarah yang telah diredam Neilsen sejak tadi akhirnya membara."Kau sedang video call dengan Tommy dan memelas padanya bukan? Memberitahu dia bahwa Neilsen tidak sanggup menjagamu dengan baik bukan, sampai-sampai kau langsung mengalami kecelakaan ketika kembali ke sini. Tommy menghiburmu? Dia memintamu langsung pulang ke Amerika? Atau kau memberitahunya bahwa tadi aku memaksa menciummu, dan dia akan segera terbang kemari dan menghajarku?"Kata-kata Neilsen membuat Rossa semakin gusar, apalagi waktu ia m
Tentu saja perawat itu tidak berani melanggar peringatan Neilsen, ia buru-buru masuk dan melayani. Melihat Rossa yang tertidur pulas, Neilsen yang telah menggenggam rambut Rossa di tangannya itu bergegas pulang.Messie yang melihat Neilsen telah pulang buru-buru menyambut dengan tersedu-sedu."Neilsen, aku tidak sengaja, aku hanya ingin menghukum Ryu sedikit, sama sekali tidak menduga anak itu akan seperti itu. Maaf, benar-benar minta maaf, aku yang jahat."Neilsen jengkel melihat wajahnya yang sedang menangis itu."Sudahlah, aku tahu kau salah memperhatikannya. Bagaimana keadaan Ryu? Sudah minta dokter keluarga untuk memeriksanya?""Dokter masih memeriksanya."Mata Messie merah, sepertinya ia sangat mengkhawatirkan Ryu.Neilsen segera beranjak ke kamar Ryu. Messie mengikutinya masuk.Wajah Ryu merah, ia terus mengigau, membuat hati Neilsen trenyuh.“Lain kali tidak bisa mengajar anak-anak dengan tangan.”"Aku tahu, aku tidak akan berani lagi. Aku hanya tidak ingin ia membuat perusahaa
"Aku tidak pernah mendengar Ryu menyebut nama Wandy, Tuan Muda dari keluarga manakah dia?" Tanya Messie mendetail.Namun Neilsen justru mengangkat alisnya lalu berkata pelan."Sudahlah, lebih baik tunggu Ryu sembuh saja baru bertemu dengan temannya itu. Jaga dia baik-baik, kecelakaan yang menimpa desainer Kelselyn kali ini mendorong SAG sampai ke ujung tanduk, aku harus ke rumah sakit untuk mengawasinya."Selesai mengatakannya, Neilsen hendak beranjak pergi, tapi Messie menahan lengannya."Neilsen, di perusahaan ada banyak orang yang bisa pergi mengawasinya, lagipula desainer Kelselyn adalah seorang wanita, pasti tidak nyaman bagimu seorang pria dewasa untuk merawatnya, bagaimana kalau begini? Aku menggantikanmu menjaganya? Lagipula aku seorang wanita juga, aku dan dia tidak mungkin saling sungkan kan?"Mata Messie bersinar.Namun Neilsen berkata datar."Tidak perlu, meskipun kau adalah wanita, tapi diantara kalian pernah ada sesuatu, dan lagi seluruh Manado tahu, masih untung kalau ka
Wandy mengikuti Neilsen meninggalkan rumah sakit, lalu naik ke mobilnya.Neilsen memandangnya, hatinya terasa penuh, anak ini semakin lama semakin terasa tidak asing."Apa kau mau membeli sesuatu untuk Ryu?"la hanya ingin bersama Wandy lebih lama, tapi ia tidak menemukan alasan lain.Bukankah hanya dengan satu kalimat dari seorang CEO saja sudah bisa membeli barang?Wandy agak terdiam, ia juga merasa datang dengan tangan kosong kurang baik, akhirnya ia mengangguk. Kedua orang itu pergi ke mall."Ryu suka apa?"Wandy baru kembali ke Manado, dan sebenarnya ia tidak terlalu mengenal Ryu, yang ia tahu hanyalah Ryu adalah anak dari Neilsen saja, tapi statusnya itu justru membuatnya kontradiksi di dalam batinnya.Neilsen yang kini justru terdiam.Ryu suka apa?la bahkan tidak tahu.la selalu memberikan yang terbaik bagi Ryu, entah itu mainan model terbaru, baju trend terbaru, yang penting itu yang terbaik, ia pasti akan meminta orang memberikannya pada Ryu, tapi tentang apa yang sebenarnya
Tanpa memedulikan ekspresi wajah Wandy, Ryu menggenggam lengan Wandy, dan ia berkata seenaknya."Aku tidak peduli, aku tidak peduli, kau lebih pantas dariku, aku akan menganggapmu sebagai kakakku. Mulai hari ini kau adalah kakakku."Belum pernah Wandy melihat orang seenaknya seperti ini.Sejak kecil hingga sekarang, selain Lulu yang selalu berhubungan dengannya, ia tidak pernah bersentuhan dengan orang lain seperti ini.Saat ini hampir seluruh tubuh Ryu menggantung padanya, wajah yang dipenuhi tawa dan cengiran itu membuat Wandy tidak mampu marah."Lepaskan! Dua orang laki-laki saling bergandengan, seperti apa saja!"Wandy merasa sangat malu.Ryu adalah anak Neilsen, dialah yang merebut posisinya dan Lulu di rumah keluarga Neilsen, bukankah seharusnya ia membencinya?Tapi Ryu malah memeluk Wandy seperti seekor cumi-cumi."Tidak mau, tidak mau, tidak mau! Kau setuju dulu jadi kakakku, kalau tidak aku tidak akan lepaskan!""Ryu, kamu tidak tahu malu, bukan? Kamu adalah pewaris keluarga P
"Nona Rossa, Tuan Neilsen sudah menanyakan padaku tentang hasil tes DNA, maaf kalau saya bertanya, tapi bagaimana saya harus menjawabnya?"Ketika kepala rumah sakit Zhang meneleponnya, Rossa sedang mengobrol dengan Linny.Begitu mendengar pertanyaan kepala rumah sakit Zhang, matanya menyipit seketika."Hasil tes DNA itu sudah keluar?""Besok keluar.""Kalau begitu beritahu Neilsen yang sebenarnya."Rossa berkata datar, ia tidak merasa itu hal besar, tapi kepala rumah sakit Zhang yang justru keheranan."Nona Rossa ingin agar Tuan Neilsen tahu tentang status Wandy sebenarnya?""Iya, lakukan saja seperti yang kukatakan.""Baik!" Kepala rumah sakit Zhang menutup telepon, Linny mendengarnya kaget setengah mati, belum sempat ia bertanya, dokter Huang menelepon."Nona Rossa, Tuan Neilsen mengambil sehelai rambutmu, memintaku untuk membandingkannya dengan rambutmu yang dulu, baru saja ia memintaku untuk mempercepat prosesnya. Apa yang harus kulakukan?"Kali ini tangan Rossa menegang.la tak me
"Kau ingin pergi?"Tiba-tiba Neilsen tidak tega pada Wandy.Hatinya sangat kontradiksi saat ini, juga sangat bersusah hati.Jelas-jelas ia tahu bahwa hasilnya belum keluar, tapi hati kecilnya telah meyakini bahwa ini adalah anaknya, kalau tidak kenapa dia bisa begitu menyerang dirinya seperti ini?Sepertinya hanya dengan berpikir seperti itu, hatinya baru sedikit terhibur, perasaan bersalah dan kasihan yang meliputi hatinya itu sedikit berkurang.Wandy melihat tangannya memegang mantel itu, dia tahu dia ingin pergi juga, tapi dia hanya menganggukkan kepalanya sedikit.Ryu berlari dari dalam kamarnya, sambil berlari ia berteriak."Wandy, besok kau datang lagi ya!"Begitu diangkatnya kepala dan dilihatnya Neilsen berdiri di sana, seketika ia terhenyak."Ayah."Ryu buru-buru menyimpan sikap anak-anaknya, lalu berdiri dengan sikap tegap dan rapi di sana.Wandy yang melihatnya seperti itu berkata pelan. "Sebaiknya Paman memperlakukan anak Paman lebih baik. Apalagi Paman sudah menjadi seora