'Rossa Saraspati! Nama panggung Kelselyn adalah Rossa Saraspati?'
Mata Neilsen mengerjap beberapa kali."Apakah ada foto Kelselyn yang bisa saya lihat?""Tidak ada, HJ Group sangat merahasiakan identitas Kelselyn, aku telah mencoba mencari fotonya dari sumber manapun, tapi tak menemukannya. Katanya ia adalah seorang perempuan yang sangat cantik."Sangat sulit membayangkan, seorang desainer mobil yang menggemparkan dunia justru adalah seorang wanita, dan lagi seorang wanita yang sangat cantik.Ini agak tidak masuk akal.Wanita mana yang tertarik dengan mobil?Kebingungan Santo itu tidak dihiraukan oleh Neilsen, ia hanya terus menatap nama Rossa di dokumen itu begitu lama, kedua matanya terpaku, membuat orang tak bisa menebak isi hatinya, tapi tanpa sadar tangannya mengetuk meja, satu-satu, bertempo, dan seketika membuat suasana ruangan kantor itu bingung."Tuan Neilsen?" sapa Santo."Aturkan saja, saya sendiri yang akan menjemputnya." ucap Neilsen.Akhirnya Neilsen membuka mulutnya, kedua matanya itu menyiratkan sinar yang tak seperti biasanya.'Rossa!'Nama itu tidak buruk, namun apakah hanya kebetulan saja?Enam tahun lalu tak seorangpun menemukan jasad Rossa di tengah-tengah api, pihak kepolisian mengatakan bahwa api terlalu besar dan jasad itu telah habis terbakar, namun Neilsen tak pernah memercayai bahwa Rossa sudah mati, dan sekarang Kelselyn ini justru bernama Rossa.Dia tidak sabar untuk segera bertemu dengan desainer ini.Santo sedikit melongo, sudah enam tahun ini tidak banyak orang yang Neilsen mau turun tangan untuk menjemputnya sendiri, namun ia hanya terbengong sedetik, buru-buru ia merespon, berbalik dan segera mengatur jadwalnya.Ketika mobil tiba di bandara, pesawat yang ditumpangi Rossa baru mendarat.Rossa menarik kopernya keluar dari pintu pemeriksaan. Rambutnya yang berwarna coklat indah terurai, tubuhnya yang indah sempurna, menarik semua orang yang ada di sana.Sementara itu di sisinya ada seorang anak lelaki berpakaian baju kasual berwarna putih, kulit yang putih besih, bulu matanya yang panjang mengerjap-ngerjap, membuat orang memperhatikannya. Ia mengenakan topi berbentuk mulut bebek dengan terbalik, di mulutnya tersumpal sebatang lollipop, terus mengikuti Rossa, melihatnya yang begitu menggemaskan itu, namun matanya yang bulat indah itu membuat orang tanpa sadar tidak berani mendekat."Wandy, di sini adalah Manado, bukan Amerika, tolong kendalikan ekspresimu yang sombong itu, dan ikuti mami."Rossa kewalahan dengan ekspresi anaknya itu, namun di sisi lain ia juga menyukainya.Di saat Wandy Shen mengacungkan tangannya, ia semakin melihat bayang-bayang Neilsen di dalam dirinya. Terkadang mau tak mau ia harus mengaki kekuatan genetik, namun ia lebih berharap semoga Wandy lebih mirip dengannya."Mami, memangnya apa yang telah kulakukan?"Wandy mengangkat bahu tanpa rasa bersalah dengan muka nakal.Rossa hanya menggeleng sambil tertawa kecil, ia mengulurkan tangannya dan mengusap kepala anaknya sejenak."Jangan tunjukkan wajah yang membohongi seluruh dunia itu untuk merengek pada mami, kamu adalah anakku, apa aku tak tahu sifat aslimu? Mami peringati kamu, kali ini kita kembali ke Manado kamu harus bersikap baik, jangan membuat onar, dengar tidak?""Ah, mami kembali untuk bekerja, aku kembali untuk melihat tempat mami dibesarkan, aku tidak akan melakukan apapun. Mami, aku ini anakmu loh! Bagaimana bisa mami melarangku seperti melarang musuh."Mulut Wandy yang kecil itu manyun tanda tak puas.Rossa mengelus kepalanya lembut."Dasar kamu pintar bicara, mami hanya mengingatkanmu berapa kalimat saja. Ayo jalan, kita keluar dari bandara dulu, nanti mami akan menelepon Tante Linny, kita akan tinggal di rumahnya beberapa hari.""Baiklah mami." Wandy tertawa bak malaikat, ia menggandeng tangan Rossa dan berjalan keluar.Tiba-tiba, Wandy merasakan ada sebuah bayangan yang taka sing.Orang itu 80% mirip dengannya, segurat bayangan yang dingin yang membuat orang bisa merasakannya dari kejauhan.Orang ini harusnya Neilsen bukan?Katanya orang ini adalah ayahnya?Wandy diam-diam mengangkat kepalanya dan melihat kepada Rossa sekilas, ia melihat Rossa yang sedang mencari nomor telepon itu, tiba-tiba ia memeluk perutnya."Aih, mami, perutku sakit, aku ingin ke toilet!"Mendengar anaknya memanggil, Rossa memalingkan kepalanya dan melihat Wandy tengah meringkuk sambil memeluk perutnya, wajahnya memerah, kakinya yang kecil itu tidak berhenti bergerak, sepertinya ia sudah tak tahan lagi."Mami akan pergi denganmu."Sambil berkata demikian, Rossa hendak menggendong Wandy, namun tiba-tiba Wandy berlari pergi."Tidak perlu, mami, aku sudah tak tahan lagi, mami di luar saja tunggu aku, aku akan segera kembali." Wandy langsung pergi berlari secepat kilat.Melihat tingkahnya itu, Rossa hanya bisa menggeleng-geleng lembut, sambil kembali mulai menelepon."Linny, ini aku Rossa, aku telah kembali."Rossa menelepon Linny Lan sahabat baiknya itu, selama enam tahun ini mereka tetap berhubungan, sampai saat ini Linny telah menjadi seorang guru TK, ia begitu senang ketika mendengar kabar bahwa Rossa telah kembali."Kapan kamu kembali? Aku akan izin untuk menjemputmu, kamu masih di bandara?"Linny kegirangan setengah mati."Tidak perlu menjemputku, aku membawa Wandy pulang, aku akan naik taksi saja dan langsung ke rumahmu."Sambil berjalan, Rossa sambil terus berbicara, ia tak melihat orang di depannya, akibatnya ia menabrak orang tersebut."Maaf, aku tidak melihatnya."Di saat Rossa sedang sibuk minta maaf, ia mengangkat kepalanya dan seketika itu juga terdiam.'Itu dia, Neilsen! Ini Benar-benar takdir!'Ketika Neilsen melihat Rossa dari kejauhan, sekujur tubuhnya bergetar.'Bayangan itu, siluet yang sedang berjalan itu benar-benar mirip Rossa!'Tanpa bisa menguasai dirinya, ia berjalan mendekat, sengaja.Santo sendiri ternganga melihatnya, ia tidak pernah melihat Neilsen berinisiatif mendekati wanita manapun, terlebih lagi setelah terjadi hal tak terduga pada istrinya enam tahun yang lalu, ia semakin menjadi seperti gunung es saja, membuat orang mau tak mau menghindarinya, baru kali ini dilihatnya ia sengaja mendekati.Tanpa sadar ia kembali melihat Rossa beberapa kali, namun dalam sekejap ia terpaku oleh paras Rossa yang menakjubkan.Paras yang begitu sempurna, bak dipahat oleh seniman saja. Tak kurang tak lebih.Itu juga dirasakan oleh Neilsen, hanya saja Neilsen segera tersadar, ia mengernyitkan alisnya, kakinya tanpa sadar melangkah mundur, lalu berkata dengan dingin, "Kalau jalan lihat-lihat."Dalam hati Rossa tertawa dingin.Saat ini wajahnya dengan yang dulu sama sekali berbeda
Neilsen menghela napas lagi, kemudian berjongkok.Bulu mata anak ini panjang, membuat orang tertarik. Biasanya Neilsen tidak akan mau repot-repot menghabiskan waktu untuk hal semacam ini. Namun saat ini, ia merasa dirinya berubah menjadi seperti bukan dirinya lagi."Kamu umur berapa? Mamimu memakaikanmu celana seperti ini?"Tak sabaran ia bertanya pada Wandy setelah melihat resleting celananya benar-benar tersangkut.Wandy berkata, "Aku umur 4 tahun. Seorang pria yang sudah mau dewasa.""Pria dewasa bahkan tidak bisa menyelesaikan masalah resleting celananya yang tersangkut sendiri?" ucap Neilsen.Biasanya Neilsen tidak akan bicara sebanyak ini, tapi entah kenapa ia merasa nyaman dengan anak di depannya sekarang, dan tanpa sadar sedikit banyak bicara.Mata Wandy sekilas menyiratkan sesuatu, namun secepat kilat sinar itu menghilang, tak sempat ditangkap apa maksudnya."Sudah."Ketika Neilsen membuka resleting celananya, tiba-tiba Wandy berseru."Yah, Paman, aku sudah tidak tahan lagi!"
Matanya memandang ke arah Neilsen yang pergi menjauh, hati Rossa terhenyak."Untuk apa seorang anak lelaki sepertimu memperhatikan apakah pria lain tampan atau tidak? Ayo jalan."Rossa merunduk dan menggendong Wandy.Melihat Rossa yang sepertinya tidak berminat melanjutkan pembicaraan itu dengannya, sorot mata Wandy memancarkan sedikit kenyerian dalam hatinya.la mengulurkan lengannya yang kecil itu untuk merangkul leher Rossa, lalu berkata dengan manja."Aku kan ingin mencarikan pria untuk mami.""Dasar bodoh, kamu tidak perlu mengurusi urusan orang dewasa. Kepulangan kali ini mami sudah meminta Tante Linny menyiapkan satu tempat untukmu di TK-nya, kamu harus ke sekolah dulu. Kalau ada Tante Linny yang mengawasimu, mami jadi lebih tenang."Rossa menggendong Wandy dan berjalan ke luar, tangannya sedikit gemetar.'Mengapa barusan Wandy bisa merasa Neilsen tampan?'Meskipun mereka, ayah dan anak, memiliki kemiripan hingga 80%, tapi Rossa tetap khawatir karena Wandy langsung tertarik pada
Wandy terdiam sejenak. Matanya segera meredup.Ryu lebih besar darinya, sementara Neilsen adalah ayah kandungnya, dan ia mempunyai seorang anak laki-laki yang lebih besar empat bulan darinya, dan bukan mami yang melahirkannya, apa maksudnya?Maksudnya adalah Neilsen selingkuh saat masih menikah. Berarti Neilsen-lah yang menyakiti Rossa. Mata Wandy yang indah itu berkobar marah, ingin rasanya ia membakar Neilsen yang muncul di layar komputer itu.Tampaknya ia memberi pelajaran terlalu sedikit di bandara tadi.Wandy mengeluarkan sebuah micro kamera dari saku bajunya, lalu menghubungkannya ke komputer. la segera mengubah alamat IP komputernya, lalu segera mengupload video berisi Neilsen yang dipipisi olehnya tadi.Setelah selesai, Wandy tersenyum.la kembali menyelidiki sejenak tentang Ryu, didapatinya ternyata ia bersekolah di TK Tante Linny.'Sepertinya TK di Manado cukup bagus.'Wandy menyengir, setelah ia menghapus jejak di komputer itu dengan bersih, ia mematikan komputer lalu bangk
"Rossa, cepat kemari! Ini lucu sekali! Benar-benar deh, orang jahat pasti akan ada balasan yang sangat setimpal!"Tawa Linny yang begitu keras membuat Wandy yang baru keluar dari toilet itu keheranan."Ya ampun, bisakah Tante tertawa pelan sedikit? Sama sekali tidak anggun. Bukan hanya tua, tapi etikanya juga tidak baik, pantas saja sudah umur 28 tahun, tapi Tante masih belum menikah!"Sekali lagi perkataan Wandy menusuk hati Linny."Hei bocah, apa katamu? Sekali lagi bilang, aku akan mencubitmu."Linny mengatakannya sambil menggulung lengan bajunya, seperti seorang tante-tante tua saja.Wandy menatapnya dengan nyinyir dan segera berjalan ke tempat Rossa, namun raut mukanya berubah dalam sekejap."Mami, biar aku saja yang bereskan, mami duduk dan istirahat saja di ruang tamu."Wandy menggulung lengan bajunya, lalu mengambil nasi dan sayur yang dimasak Rossa dan segera menyiapkan sumpit. Melihat Wandy yang begitu pengertian, emosi Linny mereda."Bocah, melihatmu begitu menghormati mamim
Neilsen mengingat-ingat kejadian yang menimpa dia waktu di dalam toilet, saat itu di dalam toilet hanya ada dia dan anak kecil itu.Dia tidak merasa anak kecil berumur 4-5 tahun bisa menyusun masalah seperti ini.Tapi selain anak kecil itu, siapa lagi yang tahu soal ini? Ataukah saat itu ada orang lain lagi di dalam bilik dan dia tidak mengetahuinya?Dahi Neilsen mengernyit. Santo dapat merasakan suasana kantor yang menegang dan membuat pengap, mau tak mau ia melonggarkan kancing kemejanya, seakan-akan dengan begitu ia bisa sedikit membuat dirinya lega.Tiba-tiba Neilsen angkat bicara."Apakah Kelselyn sudah dijemput?"Dia sengaja pergi ke bandara untuk menjemput Kelselyn, namun sayangnya sampai akhir tidak ada orang yang mencari mereka.Melihat Neilsen yang mengganti topik pembicaraan, Santo buru-buru menjawab."Dari Amerika mengatakan, bahwa Kelselyn sudah tiba. Mungkin kita terlambat, atau mungkin dia bukan naik penerbangan itu. Tuan Neilsen, desainer Kelselyn benar-benar adalah ora
"Dia duluan yang membullyku mommy."Wandy tak terima sedikitpun, matanya yang berkerut menatap lurus ke arah Rossa, jangan bilang betapa menyesalnya dia terlihat.Meskipun Rossa tahu Wandy sedang berpura-pura, ia masih tetap tidak bisa menghadapi sikap anaknya yang seperti ini. la menggelengkan kepala dan berkata."Tante Linny menyukaimu, tapi caramu itu benar-benar bukan cara seorang gentlemen, bukan begitu?""Baiklah, aku akan minta maaf padanya mommy."Wandy menunjukkan wajah tidak senangnya, lalu menghela napas sambil berlalu.Linny tetap menyukai Wandy, anak itu memang menyenangkan hati, orang tidak tahan marah padanya, tidak berapa lama kemudian ia tidak lagi bersikap dingin padanya.Wandy terlihat terus menahan diri di mata Rossa, ia sebisa mungkin menjaga jarak dengan Linny.Ketiga orang itu duduk melingkar dengan damai semalaman.Ketika Rossa bangun keesokan paginya, dia melihat Wandy baru saja keluar untuk membeli sarapannya, dan menaruhnya di atas meja."Mommy, pagi."Ia ter
"Siapa saya? Saya adalah calon istri dari CEO SAG! Saya peringatkan Anda, jauhi Neilsen. Nona Zhang, segera panggil satpam, bawa wanita ini pergi dari hadapan saya!"Suara Messie sedikit meninggi."Calon istri CEO? Berarti sekarang masih belum? Saya harus memberitahu Anda, bagi Neilsen, Saya adalah orang yang sangat penting. Kalau Anda sekarang mengusir saya pergi dari sini, takutnya saya akan kembali lagi diundang ke sini."Rossa masih tetap berkata dengan tegar, namun sorot matanya tetap terpaku pada Messie.Kapan Messie pernah diperlakukan seperti ini! Seketika ia muntab."Mengundang Anda kembali? Bermimpilah, cepat pergi dari hadapan saya!"Melihat nona Zhang tidak bergerak, ia sendiri berencana mendorong Rossa keluar, tapi ia tak menyangka Rossa segera menghindarinya.Tanpa bisa dicegah, Messie menjadi sempoyongan dan terjatuh ke depan."Calon istri CEO, hati-hati."Tanpa sadar Rossa mengulurkan tangan hendak membantunya berdiri, namun Messie justru melihatnya sebagai ejekan."Per