Share

Bab 3

'Rossa Saraspati! Nama panggung Kelselyn adalah Rossa Saraspati?'

Mata Neilsen mengerjap beberapa kali.

"Apakah ada foto Kelselyn yang bisa saya lihat?"

"Tidak ada, HJ Group sangat merahasiakan identitas Kelselyn, aku telah mencoba mencari fotonya dari sumber manapun, tapi tak menemukannya. Katanya ia adalah seorang perempuan yang sangat cantik."

Sangat sulit membayangkan, seorang desainer mobil yang menggemparkan dunia justru adalah seorang wanita, dan lagi seorang wanita yang sangat cantik.

Ini agak tidak masuk akal.

Wanita mana yang tertarik dengan mobil?

Kebingungan Santo itu tidak dihiraukan oleh Neilsen, ia hanya terus menatap nama Rossa di dokumen itu begitu lama, kedua matanya terpaku, membuat orang tak bisa menebak isi hatinya, tapi tanpa sadar tangannya mengetuk meja, satu-satu, bertempo, dan seketika membuat suasana ruangan kantor itu bingung.

"Tuan Neilsen?" sapa Santo.

"Aturkan saja, saya sendiri yang akan menjemputnya." ucap Neilsen.

Akhirnya Neilsen membuka mulutnya, kedua matanya itu menyiratkan sinar yang tak seperti biasanya.

'Rossa!'

Nama itu tidak buruk, namun apakah hanya kebetulan saja?

Enam tahun lalu tak seorangpun menemukan jasad Rossa di tengah-tengah api, pihak kepolisian mengatakan bahwa api terlalu besar dan jasad itu telah habis terbakar, namun Neilsen tak pernah memercayai bahwa Rossa sudah mati, dan sekarang Kelselyn ini justru bernama Rossa.

Dia tidak sabar untuk segera bertemu dengan desainer ini.

Santo sedikit melongo, sudah enam tahun ini tidak banyak orang yang Neilsen mau turun tangan untuk menjemputnya sendiri, namun ia hanya terbengong sedetik, buru-buru ia merespon, berbalik dan segera mengatur jadwalnya.

Ketika mobil tiba di bandara, pesawat yang ditumpangi Rossa baru mendarat.

Rossa menarik kopernya keluar dari pintu pemeriksaan. Rambutnya yang berwarna coklat indah terurai, tubuhnya yang indah sempurna, menarik semua orang yang ada di sana.

Sementara itu di sisinya ada seorang anak lelaki berpakaian baju kasual berwarna putih, kulit yang putih besih, bulu matanya yang panjang mengerjap-ngerjap, membuat orang memperhatikannya. Ia mengenakan topi berbentuk mulut bebek dengan terbalik, di mulutnya tersumpal sebatang lollipop, terus mengikuti Rossa, melihatnya yang begitu menggemaskan itu, namun matanya yang bulat indah itu membuat orang tanpa sadar tidak berani mendekat.

"Wandy, di sini adalah Manado, bukan Amerika, tolong kendalikan ekspresimu yang sombong itu, dan ikuti mami."

Rossa kewalahan dengan ekspresi anaknya itu, namun di sisi lain ia juga menyukainya.

Di saat Wandy Shen mengacungkan tangannya, ia semakin melihat bayang-bayang Neilsen di dalam dirinya. Terkadang mau tak mau ia harus mengaki kekuatan genetik, namun ia lebih berharap semoga Wandy lebih mirip dengannya.

"Mami, memangnya apa yang telah kulakukan?"

Wandy mengangkat bahu tanpa rasa bersalah dengan muka nakal.

Rossa hanya menggeleng sambil tertawa kecil, ia mengulurkan tangannya dan mengusap kepala anaknya sejenak.

"Jangan tunjukkan wajah yang membohongi seluruh dunia itu untuk merengek pada mami, kamu adalah anakku, apa aku tak tahu sifat aslimu? Mami peringati kamu, kali ini kita kembali ke Manado kamu harus bersikap baik, jangan membuat onar, dengar tidak?"

"Ah, mami kembali untuk bekerja, aku kembali untuk melihat tempat mami dibesarkan, aku tidak akan melakukan apapun. Mami, aku ini anakmu loh! Bagaimana bisa mami melarangku seperti melarang musuh."

Mulut Wandy yang kecil itu manyun tanda tak puas.

Rossa mengelus kepalanya lembut.

"Dasar kamu pintar bicara, mami hanya mengingatkanmu berapa kalimat saja. Ayo jalan, kita keluar dari bandara dulu, nanti mami akan menelepon Tante Linny, kita akan tinggal di rumahnya beberapa hari."

"Baiklah mami." Wandy tertawa bak malaikat, ia menggandeng tangan Rossa dan berjalan keluar.

Tiba-tiba, Wandy merasakan ada sebuah bayangan yang taka sing.

Orang itu 80% mirip dengannya, segurat bayangan yang dingin yang membuat orang bisa merasakannya dari kejauhan.

Orang ini harusnya Neilsen bukan?

Katanya orang ini adalah ayahnya?

Wandy diam-diam mengangkat kepalanya dan melihat kepada Rossa sekilas, ia melihat Rossa yang sedang mencari nomor telepon itu, tiba-tiba ia memeluk perutnya.

"Aih, mami, perutku sakit, aku ingin ke toilet!"

Mendengar anaknya memanggil, Rossa memalingkan kepalanya dan melihat Wandy tengah meringkuk sambil memeluk perutnya, wajahnya memerah, kakinya yang kecil itu tidak berhenti bergerak, sepertinya ia sudah tak tahan lagi.

"Mami akan pergi denganmu."

Sambil berkata demikian, Rossa hendak menggendong Wandy, namun tiba-tiba Wandy berlari pergi.

"Tidak perlu, mami, aku sudah tak tahan lagi, mami di luar saja tunggu aku, aku akan segera kembali." Wandy langsung pergi berlari secepat kilat.

Melihat tingkahnya itu, Rossa hanya bisa menggeleng-geleng lembut, sambil kembali mulai menelepon.

"Linny, ini aku Rossa, aku telah kembali."

Rossa menelepon Linny Lan sahabat baiknya itu, selama enam tahun ini mereka tetap berhubungan, sampai saat ini Linny telah menjadi seorang guru TK, ia begitu senang ketika mendengar kabar bahwa Rossa telah kembali.

"Kapan kamu kembali? Aku akan izin untuk menjemputmu, kamu masih di bandara?"

Linny kegirangan setengah mati.

"Tidak perlu menjemputku, aku membawa Wandy pulang, aku akan naik taksi saja dan langsung ke rumahmu."

Sambil berjalan, Rossa sambil terus berbicara, ia tak melihat orang di depannya, akibatnya ia menabrak orang tersebut.

"Maaf, aku tidak melihatnya."

Di saat Rossa sedang sibuk minta maaf, ia mengangkat kepalanya dan seketika itu juga terdiam.

'Itu dia, Neilsen! Ini Benar-benar takdir!'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status