"Rossa, kamu pulang saja dulu, aku akan jelaskan padamu tentang hal ini nanti."
Neilsen mematikan teleponnya, dahinya berkerut, matanya jelas menyorotkan kekhawatiran dan kepanikan, dan emosi itu bukan ditujukan untuk istrinya.Rossa mendorongnya dengan dingin."Uruslah urusanmu, lagipula dia memang lebih penting untukmu."Namun hatinya sedang menitikkan darah.Neilsen masih ingin berkata sesuatu lagi, namun akhirnya ia tidak mengatakannya, ia hanya menyetop sebuah taksi, membawanya untuk naik ke dalamnya, dan buru-buru meninggalkan tempat itu.Rossa hanya bisa menangis sesedih-sedihnya. Di saat seperti ini ia malah kepikiran pria lain, pernikahan seperti ini, patutkah ia pertahankan?Setelah sampai di rumah, pembantunya menyambut Rossa, namun ia berlalu seperti tak mendengarnya saja.la sedang menatap kamar tidur yang bernuansa hitam putih dimana ia tidak terlibat di dalamnya, tiba-tiba ia merasa keberadaannya seperti seorang bodoh saja. Sementara itu pernikahannya terasa seperti adegan yang kompleks, yang sampai saat ini harus disudahi.Rossa menunggu Neilsen semalaman.la tidak sekalipun meneleponnya. Sikap dingin semacam ini terus-terusan menghujam hati Rossa."Anakku, maaf, mami tidak bisa memberikanmu keluarga yang utuh, tapi kamu tenang saja, mami nanti akan berkali-kali lipat menyayangimu."Wajah Rossa yang bersimbah air mata, malam itu ia menandatangani surat cerai yang telah dicetak.Setiap huruf terasa seperti menggores hatinya, mengalirkan darah segar. Rossa telah menandatanganinya, lalu ia melepaskan cincin kawin yang diberikan Neilsen padanya, diletakkannya di atas surat cerai itu.Cincin yang pernah ia anggap sebagai barang berharga miliknya, selama tiga tahun ini, cincin itu telah meninggalkan bekas pada jemarinya.Sampai ketika dilepaskan saat ini, bekas itu masih ada, sama seperti cintanya pada Neilsen, menyisakan bekas yang tak bisa dihapuskan.Rossa takut dia berubah pikiran, takut hatinya kembali melembut, ia pun membulatkan tekad untuk segera angkat koper meninggalkan rumah itu."Nyonya, kondisi kesehatan Nona Messie sedang buruk, Tuan Neilsen akan selalu menemaninya. Tuan Neilsen memerintahkan kami untuk mengantar Nyonya ke luar negeri, kita berangkat sekarang."Baru saja Rossa keluar dari pintu, ia melihat pengawal Neilsen menghadang jalan keluarnya, dan mengatakan hal yang membuat Rossa naik pitam."Atas dasar apa menyuruhku ke luar negeri? Aku tidak mau!""Maaf, Nyonya, Tuan Neilsen telah mengatakannya, ini bukan pilihan Anda!"Selesai mengatakannya, pengawal itu mendekat dan memukul pingsan Rossa, mendorongnya masuk ke dalam mobil.Dia didorong ke sebuah gudang kosong, lalu pakaiannya dilepas paksa, seorang pria berbaring di sebelah tubuhnya dan bercinta dengannya. Kamera di sebelahnya itu terus merekam, setiap gerakan tak senonoh itu terekam satu persatu."Nona Messie, semua sudah dilakukan dengan baik."Begitu selesai merekam, orang yang di sebelahnya itu langsung menelepon Messie.Messie menjawab sambil tertawa dingin."Bagus. Setelah ini sebarkan ke internet, dan aku percaya Neilsen tak akan mau lagi mempunyai istri yang mencoreng nama baiknya. Bereskan semuanya dengan rapi ketika kamu keluar.""Baik Nona."Setelah pria itu menutup telepon, ia segera menyiramkan bensin ke sekeliling gudang itu dan melemparkan api.Dalam sekejap api menjalar dan mulai membakar, ditambah dengan bau bensin yang menusuk dan membuat orang sulit bernapas.Ketika Rossa baru sadar dari pingsannya, sekelilingnya sudah menjadi lautan api. Asap yang tebal membuatnya tak bisa membuka mulutnya, api semakin menjalar dan menjilat-jilat ke arahnya."Tolong! Tolong!"Rossa tidak memedulikan tubuhnya sendiri, ia segera meraih sebatang bambu di sampingnya untuk memukul-mukul pintu gudang, namun yang terdengar justru adalah suara sang penjaga."Nyonya, maaf, ini adalah perintah dari Tuan Neilsen. Pergilah dengan tenang, Tuan Neilsen akan membuatkanmu sebuah nisan yang indah."Rossa terdiam.'Nelson ingin aku mati? Mengapa? Apa karena aku dan Messie sama-sama hamil? Karena ia ingin memberikan nama Nyonya Neilsen pada Messie, sehingga anak mereka dapat lahir tanpa cela? Neilsen, kejam sekali kamu! Bahkan kamu tak memikirkan anak darah dagingmu sendiri?'Di tengah kesedihan, Rossa berteriak."Neilsen, aku benci kamu! Seumur hidup aku telah buta, mencintai pria sekejam dirimu. Kalau ada kehidupan berikutnya, aku akan membuatmu merasakan dibunuh oleh orang yang kamu cintai sendiri!"Api yang berkobar menelan suaranya, ia hanya merasa sulit bernapas, matanya perih, ia tak sanggup lagi bertahan, membiarkan api melalap kulitnya, menelan jiwanya?***Enam tahun kemudian?Asisten Santo memberikan dokumen yang dipegangnya itu kepada Neilsen."Tuan Neilsen, Ini adalah dokumen yang dikirimkan oleh desainer dari HJ Group dari Amerika, katanya hari ini telah sampai di Manado, apa kita mau menyuruh orang untuk menjemputnya? Kudengar desainer ini sangat terkenal di luar negeri, hasil rancangan mobil balapnya sulit didapatkan, kalau bukan karena mereka bekerjasama dengan Group HJ kali ini, mereka pasti tidak akan meminta desainer itu ke tempat kita untuk mengadakan pelatihan.""Kelselyn?" Mata Nelson menyipit."Ya, desainer itu bernama Kelselyn." Santo buru-buru mengangguk.Desainer Kelselyn adalah desainer mobil balap yang baru mulai naik daun dua tahun ini, katanya mobil balap pertama yang dirancangnya berjudul "Sayap Kasih" itu meraih juara pertama dalam lomba desain internasional, mobil balap ini belum dipasarkan, banyak pihak yang memperebutkannya, tapi katanya Kelselyn hanya memproduksi dua unit, dan harganya selangit, namun tetap saja ada begitu banyak konglomerat yang menginginkannya.Sampai saat ini karena kerjasama dengan HJ Group, Kelselyn langsung mengunjungi sendiri kota Manado, karena Neilsen suka dengan mobil balap, barulah Santo memberitahunya tentang ini.'Kalau bisa membuat Kelselyn menetap di Semesta Abadi Group (SAG), maka?' Mata Nelson kembali menyipit.la mengambil dokumen Kelselyn dan melihatnya kembali, dan ia terhenyak ketika matanya terhenti pada nama panggung Kelselyn."Ada apa ini?"Akibat suara dari luar ruangan, Rossa terbangun, lalu dia ke luar dan menanyakan apa yang terjadi. Setelah mendengar terjadi sesuatu dari kamar Cerry, Rossa langsung datang ke sana dengan cepat.Dia tidak terlalu peduli jika itu adalah hal normal, tapi jika itu berurusan dengan Cerry, dia tidak dapat menahannya. Saat Rossa datang untuk bertanya, Wandy langsung menangis,"Mami, aku digertak oleh wanita jahat itu! Mami!"Suara Wandy sekejap membuat Rossa kaget, lalu dia dengan cepat maju ke depan menembus keramaian dan melihat wajah Wandy memar dan merah. Raut wajah Rossa tiba-tiba berubah."Siapa yang melakukan ini! Siapa!"Dari kecil hingga sekarang, dia tidak pernah memukul anaknya. Siapa di dunia ini yang berani, dan membuat anaknya menjadi seperti ini? Neilsen sedikit tertekan saat melihat Rossa datang."Ros, biarkan aku yang mengurus ini. Kamu sekarang kembalilah dulu."Rossa melihat ada Neilsen dan Nyonya Besar di sana. Mata Nyonya Besar mengelak dan malu. Dia meng
Nyonya Besar juga tidak mau menunda, dia langsung mengikuti Neilsen masuk ke dalam.Dokter memberikan Cerry perban kembali di lukanya. Jari Wandy cukup beracun, dia menusuknya di sayatan bekas operasi. Rasa sakitnya seperti orang tua Cerry melahirkan seorang bayi tanpa menggunakan anestesi.Semakin sakit rasanya, semakin membuat Cerry marah. Dia seperti tercebur ke dalam selokan dan diejek oleh seorang bocah tengik. Bagaimana ini bisa terjadi?"Di mana bocah tengik itu! Di mana! Bawa dia kemari, aku akan memotongnya!" Cerry merasa kesakitan dan mulai menangis.Para perawat tidak menghiraukan kata-kata Cerry, tapi kata-kata itu didengar oleh Neilsen yang baru saja memasuki pintu."Siapa yang ingin kamu potong?" Neilsen tiba-tiba muncul dan membuat Cerry kaget. Bahkan membuat para dokter dan perawat juga kaget, bahkan mereka merasa sangat gugup.Cerry adalah tamu keluarga Neilsen, tapi untuk hal seperti ini, seluruh rekan medis tidak tahu bagaimana menjelaskan semua ini ke Neilsen. Ter
Wandy melakukannya dengan sengaja! Lagipula kedua mata dia yang menyedihkan membuat perawat itu tidak dapat menolaknya."Bagaimana menurutmu? Saya pergi sebentar untuk memanggil dokter memeriksa bibi tadi. Kamu ke kamar mandi yang ada di dalam sana saja, tapi jangan kamu mengganggu dia ya. Emosi dia sangat tidak baik."Perawat dan Wandy bersepakat.Wandy dengan nada ketakutan berkata, "Tapi bibi itu sangat jahat!""Kamu tidak usah memperdulikan dia, Dia sekarang hanya bisa berbaring di ranjang. Selama kamu tidak mengganggunya, dia tidak akan menyakitimu. Sana, kamu pergi buang air kecil, aku akan memanggil dokter. Ok?" Perawat itu sedikit tergesa-gesa.Walaupun dia tidak menyukai Cerry, tapi dia adalah orang yang dibawa oleh Keluarga Neilsen. Pada saat itu, dia tidak tahu keadaan Cerry seperti apa. Dia takut nanti dia akan menerima konsekuensinya.Wandy dengan sedikit malu menganggukkan kepalanya, tapi di dalam hatinya dia merasa senang. Situasi seperti ini adalah yang dia inginkan.M
Viki tidak peduli dengan suara melengking Linny. Bahkan saat ini dia menghargainya. Wanita ini sangat berani bahkan dia meludahinya. Mental Linny sangat kesel, tapi sayangnya dia tidak bisa berteriak.Dasar bajingan apa yang ingin dia lakukan?Viki membawa Linny masuk ke dalam tempat pemakaman yang jauh, lalu melemparkan dia ke tanah. Dinginnya suhu di sana membuat Linny langsung gemetaran. Linny melihat ke arah atas dan melihat sebuah peti mati, dan membuat wajahnya pucat."Hm ... hm!" Dia menggelengkan kepalanya ke arah Viki.Viki tersenyum dan berkata, "Kamu pikir dengan memprovokasi saya, saya bisa mundur begitu saja? Saya beritahu kamu, Jangan pikir kamu adalah teman baik Rossa, saya tidak akan bisa memukulmu. Bahkan orang tua saya pun dapat saya kalahkan.""Kakakmu bajingan!"Dia hanya bisa menatap Viki dengan ganas dan mengumpat dalam hati.Viki sepertinya tahu apa yang dia ocehkan, tapi dia tidak memperdulikannya. Bahkan dia berkata, "Oh, saya lupa memberitahumu, petugas kubu
Linny menatap Wandy bingung, dan membuat Wandy merasa sangat tidak nyaman."Oh, aku tidak menelan air buruk apa-apa."Wandy membebaskan diri dari Linny dan berusaha kabur, tapi Linny dengan cepat menarik kerah bagian belakang Wandy."Kamu pikir aku belum mengenalmu? Cepat katakan ada masalah apa? Mana mamimu?"Sejak kembali dari pelatihan militer, Rossa tidak pernah berhubungan lagi dengan Linny dan mengatakan ini untuk kebaikannya. Linny pun juga tidak bertanya lebih lanjut.Dia selalu berpendapat bahwa Neilsen bukanlah orang yang dicintai Rossa, tapi karena dia adalah sahabat baiknya, dia tidak ingin berkelahi dengan Rossa karena hal ini. Dia tahu ini adalah untuk kebaikannya juga, sehingga dia tidak perlu tahu banyak hal.Seperti pada lima tahun lalu. Rossa tidak pernah memberitahu Linny bagaimana kehidupannya di dalam sebuah keluarga kaya, tapi Linny adalah tujuan akhirnya.Selama Rossa membutuhkan dia, Linny dapat m
Saat telepon Wandy berdering, Neilsen yang sedang menelepon, meletakkan teleponnya sebentar seakan ingin berbicara pada Wandy ketika telepon Wandy berdering."Siapa yang menelepon?" Neilsen tanpa sadar bertanya.Wandy meliriknya dan menjawab,"Itu privasi saya."Setelah selesai berbicara, dia berlari dengan membawa teleponnya."Privasi? Seorang anak bau kencur punya privasi?"Neilsen merasa dihina oleh putranya, tapi hal ini adalah hal yang sering terjadi, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya.Setelah Wandy keluar untuk mengangkat telepon itu, dia menemukan sebuah sudut yang sunyi untuk menjawab panggilan video, lalu pada layar telepon tampak Lulu yang sedang merasa sedih."Kak, kamu tidak sayang lagi padaku.""Mana mungkin, yang paling kakak sayangi adalah kamu."Saat Wandy melihat Lulu, dia masih terlihat sangat pucat tapi semangatnya jauh lebih. Dia tidak dapat membantu apa-apa, tapi dia merasa sang