Ketika Neilsen melihat Rossa dari kejauhan, sekujur tubuhnya bergetar.
'Bayangan itu, siluet yang sedang berjalan itu benar-benar mirip Rossa!'Tanpa bisa menguasai dirinya, ia berjalan mendekat, sengaja.Santo sendiri ternganga melihatnya, ia tidak pernah melihat Neilsen berinisiatif mendekati wanita manapun, terlebih lagi setelah terjadi hal tak terduga pada istrinya enam tahun yang lalu, ia semakin menjadi seperti gunung es saja, membuat orang mau tak mau menghindarinya, baru kali ini dilihatnya ia sengaja mendekati.Tanpa sadar ia kembali melihat Rossa beberapa kali, namun dalam sekejap ia terpaku oleh paras Rossa yang menakjubkan.Paras yang begitu sempurna, bak dipahat oleh seniman saja. Tak kurang tak lebih.Itu juga dirasakan oleh Neilsen, hanya saja Neilsen segera tersadar, ia mengernyitkan alisnya, kakinya tanpa sadar melangkah mundur, lalu berkata dengan dingin, "Kalau jalan lihat-lihat."Dalam hati Rossa tertawa dingin.Saat ini wajahnya dengan yang dulu sama sekali berbeda.la masih ingat rasa sakit yang tak tertahankan ketika api membakar kulitnya, masih ingat bagaimana ia harus menahan sakit selama Sembilan bulan demi menjaga anak dalam kandungannya, dan setelah melahirkannya barulah ia menjalankan operasi plastik.Siang dan malam ia selalu dihantui mimpi buruk, dan setiap kali juga air matanya membasahi bantalnya. Saat ini dalang dari kecelakaan yang menimpanya ada di depan mata, ia tak tahan lagi ingin mengoyakkan wajahnya, merobek hatinya dan melihat sebenarnya apa warna hatinya itu, dan yang lebih ingin ia tanyakan adalah, apakah dia punya hati?Tangan Rossa menggenggam lollipop yang belum habis dimakan Wandy, ketika ia menabrak Neilsen, lollipop itu juga mengenai jasnya.Dia berkata sambil tersenyum."Maaf, barusan aku sungguh tidak melihatnya. Jasmu jadi kotor, sebaiknya aku menggantinya, punya telepon? Aku akan meminta orang untuk mengantarnya padamu setelah membelinya."Suara Rossa serak-serak basah.Mata Neilsen memancarkan kekecewaan.'Bukan dia!'Bukan hanya wajahnya yang tidak sama, suaranya pun juga.la masih ingat suara Rossa yang nyaring seperti bebek, tapi wanita cantik di depan matanya ini justru bersuara serak basah. Mungkin bagi sebagian orang suara seperti ini sangat menggoda, tapi baginya, tidak ada artinya.Wajah Neilsen kembali dingin."Tidak usah, ini hanya jas saja."Selesai berbicara, dia langsung melepaskan jas itu, lalu didepan mata Rossa, membuang jas itu kedalam tempat sampah yang tidak jauh dari mereka, seperti membuang sampah yang sangat dibencinya.Rossa tersenyum.Dalam mata Neilsen, mungkin dia juga salah satu yang tertarik padanya, seorang wanita yang menginginkan nomor teleponnya untuk mendekatinya.Rossa tersenyum dingin sambil memperhatikan dirinya, membayangkan bagaimana ekspresi wajahnya ketika tahu bahwa desainer yang diundangnya itu adalah dirinya.Entah mengapa Neilsen menjadi sedikit kesal, dia sendiri tak tahu apa yang membuatnya kesal.'Wanita ini jelas bukan Rossa, tapi mengapa rasanya sangat familiar? Tidak! Bukan dia!'Kalau Rossa tahu dirinya berinisiatif mendekat, pasti akan senang setengah mati. la tahu perasaan Rossa terhadap dirinya, namun di mata wanita tadi sama sekali tak ada gejolak emosi apapun.'Kedua matanya sangat mirip Rossa.'Neilsen tiba-tiba menghentikan langkahnya, Santo yang tidak sigap itu langsung menabrak punggung Neilsen."Tuan Neilsen, maaf."Santo mengusap hidungnya sendiri dan buru-buru mundur dua langkah, dan ia mendapati pandangan Neilsen terus mengikuti Rossa.Setelah Rossa dan Neilsen bersentuhan selama beberapa saat itu, ia langsung menuju toilet, langkah kaki dan cara jalannya itu sekali lagi membuat Neilsen menyipitkan matanya."Tuan Neilsen, apakah Anda tertarik dengan wanita itu?"Neilsen sontak melotot pada Santo, Santo buru-buru memejamkan matanya."Aku ke toilet dulu."Neilsen juga tak tahu mengapa, ia panik setengah mati, segera berbalik dan bergegas ke toilet.Jarang-jarang Santo melihat Neilsen seperti ini, ia pun tak berani mengikutinya, akhirnya ia menunggu di luar.Neilsen berjalan masuk ke toilet, ia membuka keran dan mencuci mukanya, mencoba membuat dirinya tersadar, namun tiba-tiba ada seseorang yang menarik bajunya.Neilsen menoleh dengan sedikit malas, seorang anak laki-laki berumur 4-5 tahun sedang mendongak ke arahnya, tangan kanannya menarik bawah bajunya, sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu."Lepaskan tanganmu!"Mata Neilsen sedikit dingin, tubuhnya mengeluarkan aura dingin yang membuat orang pada umumnya akan mundur dan menghindarinya, tapi tidak dengan bocah lelaki ini.la merasa ada kemiripan saat melihat kedua bola matanya."Paman, apa kamu bisa membantuku?"Wandy menatap lurus pada Neilsen, sorot matanya yang meminta membuat hati Neilsen tiba-tiba melembut."Orang tuamu?""Mamiku tidak bisa masuk ke toilet pria!" Mulut kecil Wandy mengoceh, wajahnya sedikit malu-malu.Melihat bocah kecil yang mirip boneka di depan matanya ini Neilsen akhirnya menghela nafas dan berkata, "Apa yang ingin dibantu?""Resleting celanaku macet, tapi aku sedang buru-buru, Paman, bisa bantu aku bukakan resleting ini?"Saat mengatakannya, kedua kaki Wandy terus gemetar, sepertinya ia hampir tak dapat menahannya lagi.Neilsen menghela napas lagi, kemudian berjongkok.Bulu mata anak ini panjang, membuat orang tertarik. Biasanya Neilsen tidak akan mau repot-repot menghabiskan waktu untuk hal semacam ini. Namun saat ini, ia merasa dirinya berubah menjadi seperti bukan dirinya lagi."Kamu umur berapa? Mamimu memakaikanmu celana seperti ini?"Tak sabaran ia bertanya pada Wandy setelah melihat resleting celananya benar-benar tersangkut.Wandy berkata, "Aku umur 4 tahun. Seorang pria yang sudah mau dewasa.""Pria dewasa bahkan tidak bisa menyelesaikan masalah resleting celananya yang tersangkut sendiri?" ucap Neilsen.Biasanya Neilsen tidak akan bicara sebanyak ini, tapi entah kenapa ia merasa nyaman dengan anak di depannya sekarang, dan tanpa sadar sedikit banyak bicara.Mata Wandy sekilas menyiratkan sesuatu, namun secepat kilat sinar itu menghilang, tak sempat ditangkap apa maksudnya."Sudah."Ketika Neilsen membuka resleting celananya, tiba-tiba Wandy berseru."Yah, Paman, aku sudah tidak tahan lagi!"
Matanya memandang ke arah Neilsen yang pergi menjauh, hati Rossa terhenyak."Untuk apa seorang anak lelaki sepertimu memperhatikan apakah pria lain tampan atau tidak? Ayo jalan."Rossa merunduk dan menggendong Wandy.Melihat Rossa yang sepertinya tidak berminat melanjutkan pembicaraan itu dengannya, sorot mata Wandy memancarkan sedikit kenyerian dalam hatinya.la mengulurkan lengannya yang kecil itu untuk merangkul leher Rossa, lalu berkata dengan manja."Aku kan ingin mencarikan pria untuk mami.""Dasar bodoh, kamu tidak perlu mengurusi urusan orang dewasa. Kepulangan kali ini mami sudah meminta Tante Linny menyiapkan satu tempat untukmu di TK-nya, kamu harus ke sekolah dulu. Kalau ada Tante Linny yang mengawasimu, mami jadi lebih tenang."Rossa menggendong Wandy dan berjalan ke luar, tangannya sedikit gemetar.'Mengapa barusan Wandy bisa merasa Neilsen tampan?'Meskipun mereka, ayah dan anak, memiliki kemiripan hingga 80%, tapi Rossa tetap khawatir karena Wandy langsung tertarik pada
Wandy terdiam sejenak. Matanya segera meredup.Ryu lebih besar darinya, sementara Neilsen adalah ayah kandungnya, dan ia mempunyai seorang anak laki-laki yang lebih besar empat bulan darinya, dan bukan mami yang melahirkannya, apa maksudnya?Maksudnya adalah Neilsen selingkuh saat masih menikah. Berarti Neilsen-lah yang menyakiti Rossa. Mata Wandy yang indah itu berkobar marah, ingin rasanya ia membakar Neilsen yang muncul di layar komputer itu.Tampaknya ia memberi pelajaran terlalu sedikit di bandara tadi.Wandy mengeluarkan sebuah micro kamera dari saku bajunya, lalu menghubungkannya ke komputer. la segera mengubah alamat IP komputernya, lalu segera mengupload video berisi Neilsen yang dipipisi olehnya tadi.Setelah selesai, Wandy tersenyum.la kembali menyelidiki sejenak tentang Ryu, didapatinya ternyata ia bersekolah di TK Tante Linny.'Sepertinya TK di Manado cukup bagus.'Wandy menyengir, setelah ia menghapus jejak di komputer itu dengan bersih, ia mematikan komputer lalu bangk
"Rossa, cepat kemari! Ini lucu sekali! Benar-benar deh, orang jahat pasti akan ada balasan yang sangat setimpal!"Tawa Linny yang begitu keras membuat Wandy yang baru keluar dari toilet itu keheranan."Ya ampun, bisakah Tante tertawa pelan sedikit? Sama sekali tidak anggun. Bukan hanya tua, tapi etikanya juga tidak baik, pantas saja sudah umur 28 tahun, tapi Tante masih belum menikah!"Sekali lagi perkataan Wandy menusuk hati Linny."Hei bocah, apa katamu? Sekali lagi bilang, aku akan mencubitmu."Linny mengatakannya sambil menggulung lengan bajunya, seperti seorang tante-tante tua saja.Wandy menatapnya dengan nyinyir dan segera berjalan ke tempat Rossa, namun raut mukanya berubah dalam sekejap."Mami, biar aku saja yang bereskan, mami duduk dan istirahat saja di ruang tamu."Wandy menggulung lengan bajunya, lalu mengambil nasi dan sayur yang dimasak Rossa dan segera menyiapkan sumpit. Melihat Wandy yang begitu pengertian, emosi Linny mereda."Bocah, melihatmu begitu menghormati mamim
Neilsen mengingat-ingat kejadian yang menimpa dia waktu di dalam toilet, saat itu di dalam toilet hanya ada dia dan anak kecil itu.Dia tidak merasa anak kecil berumur 4-5 tahun bisa menyusun masalah seperti ini.Tapi selain anak kecil itu, siapa lagi yang tahu soal ini? Ataukah saat itu ada orang lain lagi di dalam bilik dan dia tidak mengetahuinya?Dahi Neilsen mengernyit. Santo dapat merasakan suasana kantor yang menegang dan membuat pengap, mau tak mau ia melonggarkan kancing kemejanya, seakan-akan dengan begitu ia bisa sedikit membuat dirinya lega.Tiba-tiba Neilsen angkat bicara."Apakah Kelselyn sudah dijemput?"Dia sengaja pergi ke bandara untuk menjemput Kelselyn, namun sayangnya sampai akhir tidak ada orang yang mencari mereka.Melihat Neilsen yang mengganti topik pembicaraan, Santo buru-buru menjawab."Dari Amerika mengatakan, bahwa Kelselyn sudah tiba. Mungkin kita terlambat, atau mungkin dia bukan naik penerbangan itu. Tuan Neilsen, desainer Kelselyn benar-benar adalah ora
"Dia duluan yang membullyku mommy."Wandy tak terima sedikitpun, matanya yang berkerut menatap lurus ke arah Rossa, jangan bilang betapa menyesalnya dia terlihat.Meskipun Rossa tahu Wandy sedang berpura-pura, ia masih tetap tidak bisa menghadapi sikap anaknya yang seperti ini. la menggelengkan kepala dan berkata."Tante Linny menyukaimu, tapi caramu itu benar-benar bukan cara seorang gentlemen, bukan begitu?""Baiklah, aku akan minta maaf padanya mommy."Wandy menunjukkan wajah tidak senangnya, lalu menghela napas sambil berlalu.Linny tetap menyukai Wandy, anak itu memang menyenangkan hati, orang tidak tahan marah padanya, tidak berapa lama kemudian ia tidak lagi bersikap dingin padanya.Wandy terlihat terus menahan diri di mata Rossa, ia sebisa mungkin menjaga jarak dengan Linny.Ketiga orang itu duduk melingkar dengan damai semalaman.Ketika Rossa bangun keesokan paginya, dia melihat Wandy baru saja keluar untuk membeli sarapannya, dan menaruhnya di atas meja."Mommy, pagi."Ia ter
"Siapa saya? Saya adalah calon istri dari CEO SAG! Saya peringatkan Anda, jauhi Neilsen. Nona Zhang, segera panggil satpam, bawa wanita ini pergi dari hadapan saya!"Suara Messie sedikit meninggi."Calon istri CEO? Berarti sekarang masih belum? Saya harus memberitahu Anda, bagi Neilsen, Saya adalah orang yang sangat penting. Kalau Anda sekarang mengusir saya pergi dari sini, takutnya saya akan kembali lagi diundang ke sini."Rossa masih tetap berkata dengan tegar, namun sorot matanya tetap terpaku pada Messie.Kapan Messie pernah diperlakukan seperti ini! Seketika ia muntab."Mengundang Anda kembali? Bermimpilah, cepat pergi dari hadapan saya!"Melihat nona Zhang tidak bergerak, ia sendiri berencana mendorong Rossa keluar, tapi ia tak menyangka Rossa segera menghindarinya.Tanpa bisa dicegah, Messie menjadi sempoyongan dan terjatuh ke depan."Calon istri CEO, hati-hati."Tanpa sadar Rossa mengulurkan tangan hendak membantunya berdiri, namun Messie justru melihatnya sebagai ejekan."Per
"Kecakapan berbicara Nona Kelselyn seperti bakat desainnya, membuat orang terpana."Kata Neilsen datar sambil melepaskan tangannya.la sejenak terbengong, rasanya ada perasaan tak asing dari diri Rossa, membuatnya ingin menyelidiki.Rossa tertawa dingin dan berkata."Sebaiknya Tuan Neilsen selesaikan dulu urusan Anda dengan keluarga Anda."Selesai mengatakannya, ia pun beranjak pergi meninggalkan SAG, kali ini Neilsen tidak menghalanginya.Melihat Rossa meninggalkan SAG, Messie barulah mendekat pada Neilsen dengan sedikit tak tenang."Neilsen, aku tak tahu dia adalah desainer dari perusahaan yang akan bekerjasama dengan kita, tapi dia duluan yang memulainya masalah samaku.""Untuk apa kau kemari?"Wajah Neilsen begitu dingin seperti es, membuat Messie semakin merasa tak tenang."Kulihat pagi ini kau belum sarapan, khawatir kau lapar saat bekerja dan itu tak bagus untuk lambungmu, karena itu aku mengantarkan sedikit makanan. Neilsen, aku bukannya sengaja, jangan marah padaku ya?"Messie