Neilsen menghela napas lagi, kemudian berjongkok.
Bulu mata anak ini panjang, membuat orang tertarik. Biasanya Neilsen tidak akan mau repot-repot menghabiskan waktu untuk hal semacam ini. Namun saat ini, ia merasa dirinya berubah menjadi seperti bukan dirinya lagi."Kamu umur berapa? Mamimu memakaikanmu celana seperti ini?"Tak sabaran ia bertanya pada Wandy setelah melihat resleting celananya benar-benar tersangkut.Wandy berkata, "Aku umur 4 tahun. Seorang pria yang sudah mau dewasa.""Pria dewasa bahkan tidak bisa menyelesaikan masalah resleting celananya yang tersangkut sendiri?" ucap Neilsen.Biasanya Neilsen tidak akan bicara sebanyak ini, tapi entah kenapa ia merasa nyaman dengan anak di depannya sekarang, dan tanpa sadar sedikit banyak bicara.Mata Wandy sekilas menyiratkan sesuatu, namun secepat kilat sinar itu menghilang, tak sempat ditangkap apa maksudnya."Sudah."Ketika Neilsen membuka resleting celananya, tiba-tiba Wandy berseru."Yah, Paman, aku sudah tidak tahan lagi!""Apa?"Baru saja Neilsen selesai bicara, sebuah air yang hangat menyemprot ke wajahnya, "Maaf paman, aku tidak sengaja!"Wandy buru-buru minta maaf, lalu ia segera melesat ke dalam bilik dan mengunci pintunya.Neilsen baru tersadar air apa yang baru saja menyemprot ke wajahnya.'Sialan!'CEO ternama sepertinya disemprot dengan air seni oleh bocah kecil tepat di wajah?Neilsen semakin geram."Bocah nakal, cepat keluar!"Sudah berapa tahun ia tidak semarah ini.Wandy tetap berada di dalam bilik, sudut bibirnya menyunggingkan senyum, namun ia berkata sambil pura-pura menangis."Paman, maaf, aku barusan benar-benar tidak tahan lagi. Paman tunggu saja, aku akan minta mamiku mengganti rugi padamu ya? Atau kalau tidak kamu pipisi saja aku balik?"Kata-katanya ini membuat Neilsen membisu.CEO ternama sepertinya, mengencingi seorang anak kecil? Apa jadinya?Neilsen merasa api dalam hatinya membara tanpa bisa tersalurkan, ekspresi di wajahnya lebih menggambarkan kegeraman dalam hatinya.Cepat-cepat ia mencuci muka dengan air, tapi masih saja merasa tidak nyaman, ia mengulanginya lagi dan menyabuni wajahnya dengan sabun cuci tangan, namun tetap saja bau itu masih terasa.Wandy yang masih terus mendengar gerakan-gerakan halus di luar sana semakin melebarkan senyumnya.'Siapa suruh kamu menyakiti mami! Siapa suruh kamu membuang kami!''Hari ini biarkan aku memberimu sedikit pelajaran, anggap saja sebagai bunga selama beberapa tahun ini, nanti kami akan pelan-pelan bikin perhitungan denganmu!'Mata Wandy bersinar kegirangan, namun ia tetap berkata sambil berpura-pura menangis."Paman, jangan pukul aku ya? Anggap saja paman sedang dipipisi oleh anakmu sendiri. Aku benar-benar tidak sengaja. Juga jangan beritahu mamiku ya? Dia akan menghajarku. Huhu."Habislah, Wandy sudah mengeluarkan suara tangis pura-puranya itu.Neilsen terdiam dan menghentikan apa yang sedang dilakukannya.'Anak sendiri?'Kalau tahun itu Rossa tidak meninggal, mungkin anak mereka juga sebesar ini sekarang?Neilsen menatap pantulan dirinya sendiri di cermin, ia tidak pernah terlihat begitu menyedihkan, rambutnya basah dan menempel di dahinya, kedua matanya yang menekuk ke atas memancarkan kemarahan.'Matanya?'Mendadak Neilsen sadar bahwa anak tadi juga memiliki sepasang lipatan mata yang sama persis dengan miliknya.Pantas saja ia merasa anak itu tidak asing, ternyata karena kedua matanya.Di seluruh Manado, orang yang punya mata seperti ini tidak banyak, dan mungkin juga karena alasan itulah, ia menjadi sedikit lebih sabar dengan anak itu.Neilsen menghela nafas, lalu berkata dengan dingin."Kejadian hari ini tidak boleh beritahu siapapun, termasuk mamimu, dengar tidak? Dan jika lain kali kita bertemu, kamu juga tidak boleh bilang kalau mengenalku.""Oh, aku mengerti Paman! Aku janji tidak akan bilang sama mami!"Wandy buru-buru menjawab, begitu menurut hingga membuat orang tak sampai hati.Si bodoh ini, Neilsen anggap sudah membereskannya.Sekali lagi ia memandang bilik itu dengan jengkel, lalu meninggalkan toilet dengan gusar."Tuan Neilsen, kenapa Anda?"Terdengar suara aisstennya yang terkejut, namun Neilsen malah melangkah besar-besar dan meninggalkan tempat itu.Begitu merasa di luar tidak ada suara lagi, Neilsen baru keluar dari bilik. la melihat arah Neilsen pergi, sudut bibirnya mengembang, tangannya langsung meraba kamera kecil di bagian bawah wastafel, lalu memasukkan kamera itu ke dalam kantongnya, mencuci tangan, dan barulah ia keluar dari toilet.Rossa sudah sejak tadi menunggu di luar toilet, namun Wandy tak kunjung muncul, ia sedikit merasa khawatir. Ketika ia sedang ingin meminta seseorang untuk membantunya melihat ke dalam, dilihatnya Neilsen yang keluar dari toilet itu dengan marah dan gusar, rambutnya basah, seperti baru dikeramas saja.Neilsen adalah seorang pria yang sangat memperhatikan penampilan, untuk hal ini Rossa sangat tahu, namun saat ini ketika melihatnya begitu menyedihkan seperti itu, tak urung ia melongo, dan tanpa sadar bersembunyi di samping, sebisa mungkin mengurangi keberadaan dirinya.'Dia sudah kembali.'Hutang mereka enam tahun yang lalu pasti akan ditagihnya perlahan-lahan, tidak perlu buru-buru untuk saat ini.Setelah Neilsen berlalu sambil uring-uringan, barulah Wandy muncul dari dalam toilet."Wandy."Wandy tahu apa yang dikhawatirkan Rossa, namun ia berpura-pura polos dan bertanya."Kenapa mami? Aku hanya ke toilet, kenapa mami begitu gugup? Oh ya, paman yang barusan tampan ya. Bagaimana menurutmu, mami?""Ada apa ini?"Akibat suara dari luar ruangan, Rossa terbangun, lalu dia ke luar dan menanyakan apa yang terjadi. Setelah mendengar terjadi sesuatu dari kamar Cerry, Rossa langsung datang ke sana dengan cepat.Dia tidak terlalu peduli jika itu adalah hal normal, tapi jika itu berurusan dengan Cerry, dia tidak dapat menahannya. Saat Rossa datang untuk bertanya, Wandy langsung menangis,"Mami, aku digertak oleh wanita jahat itu! Mami!"Suara Wandy sekejap membuat Rossa kaget, lalu dia dengan cepat maju ke depan menembus keramaian dan melihat wajah Wandy memar dan merah. Raut wajah Rossa tiba-tiba berubah."Siapa yang melakukan ini! Siapa!"Dari kecil hingga sekarang, dia tidak pernah memukul anaknya. Siapa di dunia ini yang berani, dan membuat anaknya menjadi seperti ini? Neilsen sedikit tertekan saat melihat Rossa datang."Ros, biarkan aku yang mengurus ini. Kamu sekarang kembalilah dulu."Rossa melihat ada Neilsen dan Nyonya Besar di sana. Mata Nyonya Besar mengelak dan malu. Dia meng
Nyonya Besar juga tidak mau menunda, dia langsung mengikuti Neilsen masuk ke dalam.Dokter memberikan Cerry perban kembali di lukanya. Jari Wandy cukup beracun, dia menusuknya di sayatan bekas operasi. Rasa sakitnya seperti orang tua Cerry melahirkan seorang bayi tanpa menggunakan anestesi.Semakin sakit rasanya, semakin membuat Cerry marah. Dia seperti tercebur ke dalam selokan dan diejek oleh seorang bocah tengik. Bagaimana ini bisa terjadi?"Di mana bocah tengik itu! Di mana! Bawa dia kemari, aku akan memotongnya!" Cerry merasa kesakitan dan mulai menangis.Para perawat tidak menghiraukan kata-kata Cerry, tapi kata-kata itu didengar oleh Neilsen yang baru saja memasuki pintu."Siapa yang ingin kamu potong?" Neilsen tiba-tiba muncul dan membuat Cerry kaget. Bahkan membuat para dokter dan perawat juga kaget, bahkan mereka merasa sangat gugup.Cerry adalah tamu keluarga Neilsen, tapi untuk hal seperti ini, seluruh rekan medis tidak tahu bagaimana menjelaskan semua ini ke Neilsen. Ter
Wandy melakukannya dengan sengaja! Lagipula kedua mata dia yang menyedihkan membuat perawat itu tidak dapat menolaknya."Bagaimana menurutmu? Saya pergi sebentar untuk memanggil dokter memeriksa bibi tadi. Kamu ke kamar mandi yang ada di dalam sana saja, tapi jangan kamu mengganggu dia ya. Emosi dia sangat tidak baik."Perawat dan Wandy bersepakat.Wandy dengan nada ketakutan berkata, "Tapi bibi itu sangat jahat!""Kamu tidak usah memperdulikan dia, Dia sekarang hanya bisa berbaring di ranjang. Selama kamu tidak mengganggunya, dia tidak akan menyakitimu. Sana, kamu pergi buang air kecil, aku akan memanggil dokter. Ok?" Perawat itu sedikit tergesa-gesa.Walaupun dia tidak menyukai Cerry, tapi dia adalah orang yang dibawa oleh Keluarga Neilsen. Pada saat itu, dia tidak tahu keadaan Cerry seperti apa. Dia takut nanti dia akan menerima konsekuensinya.Wandy dengan sedikit malu menganggukkan kepalanya, tapi di dalam hatinya dia merasa senang. Situasi seperti ini adalah yang dia inginkan.M
Viki tidak peduli dengan suara melengking Linny. Bahkan saat ini dia menghargainya. Wanita ini sangat berani bahkan dia meludahinya. Mental Linny sangat kesel, tapi sayangnya dia tidak bisa berteriak.Dasar bajingan apa yang ingin dia lakukan?Viki membawa Linny masuk ke dalam tempat pemakaman yang jauh, lalu melemparkan dia ke tanah. Dinginnya suhu di sana membuat Linny langsung gemetaran. Linny melihat ke arah atas dan melihat sebuah peti mati, dan membuat wajahnya pucat."Hm ... hm!" Dia menggelengkan kepalanya ke arah Viki.Viki tersenyum dan berkata, "Kamu pikir dengan memprovokasi saya, saya bisa mundur begitu saja? Saya beritahu kamu, Jangan pikir kamu adalah teman baik Rossa, saya tidak akan bisa memukulmu. Bahkan orang tua saya pun dapat saya kalahkan.""Kakakmu bajingan!"Dia hanya bisa menatap Viki dengan ganas dan mengumpat dalam hati.Viki sepertinya tahu apa yang dia ocehkan, tapi dia tidak memperdulikannya. Bahkan dia berkata, "Oh, saya lupa memberitahumu, petugas kubu
Linny menatap Wandy bingung, dan membuat Wandy merasa sangat tidak nyaman."Oh, aku tidak menelan air buruk apa-apa."Wandy membebaskan diri dari Linny dan berusaha kabur, tapi Linny dengan cepat menarik kerah bagian belakang Wandy."Kamu pikir aku belum mengenalmu? Cepat katakan ada masalah apa? Mana mamimu?"Sejak kembali dari pelatihan militer, Rossa tidak pernah berhubungan lagi dengan Linny dan mengatakan ini untuk kebaikannya. Linny pun juga tidak bertanya lebih lanjut.Dia selalu berpendapat bahwa Neilsen bukanlah orang yang dicintai Rossa, tapi karena dia adalah sahabat baiknya, dia tidak ingin berkelahi dengan Rossa karena hal ini. Dia tahu ini adalah untuk kebaikannya juga, sehingga dia tidak perlu tahu banyak hal.Seperti pada lima tahun lalu. Rossa tidak pernah memberitahu Linny bagaimana kehidupannya di dalam sebuah keluarga kaya, tapi Linny adalah tujuan akhirnya.Selama Rossa membutuhkan dia, Linny dapat m
Saat telepon Wandy berdering, Neilsen yang sedang menelepon, meletakkan teleponnya sebentar seakan ingin berbicara pada Wandy ketika telepon Wandy berdering."Siapa yang menelepon?" Neilsen tanpa sadar bertanya.Wandy meliriknya dan menjawab,"Itu privasi saya."Setelah selesai berbicara, dia berlari dengan membawa teleponnya."Privasi? Seorang anak bau kencur punya privasi?"Neilsen merasa dihina oleh putranya, tapi hal ini adalah hal yang sering terjadi, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya.Setelah Wandy keluar untuk mengangkat telepon itu, dia menemukan sebuah sudut yang sunyi untuk menjawab panggilan video, lalu pada layar telepon tampak Lulu yang sedang merasa sedih."Kak, kamu tidak sayang lagi padaku.""Mana mungkin, yang paling kakak sayangi adalah kamu."Saat Wandy melihat Lulu, dia masih terlihat sangat pucat tapi semangatnya jauh lebih. Dia tidak dapat membantu apa-apa, tapi dia merasa sang