Share

Chapter 3: Bertemu Devian

"Sayang aku pulang!" teriak seorang pria yang memakai baju kemeja dan jas yang di tenteng di tangannya.

"Kamu denger kan, Dek? Kebiasaan dari Mas Devian kalau pulang tuh suka teriak-teriak nyariin aku," ucap Audrey yang dibalas senyuman oleh Clarita.

"Ayo Dek kita samperin Mas Devian. Nanti dia malah marah-marah kalau aku nggak nyambut dia pulang, dasar bayi besar," gerutu Audrey. Clarita pun mengikuti langkah Audrey untuk menemui suaminya itu.

"Mas udah pulang?" tanya Audrey dan mencium tangan Devian.

"Udah dong, aku kangen sini peluk dulu," ucap Devian dengan manja dan membawa Audrey ke dalam pelukan hangatnya.

Clarita yang memandang adegan romantis tersebut hanya tersenyum manis dan terbawa perasaan. Sungguh manis keduanya. Clarita memperhatikan Devian, Devian cukup tampan dengan umurnya yang matang malah kalau orang melihatnya langsung, mungkin tidak percaya umurnya sudah menginjak 30 tahun.

Devian memiliki tubuh yang tegap seperti yang dibilang oleh Audrey kepadanya. Kulitnya bewarna coklat yang terlihat menawan sekali. Devian juga mempunyai hidung yang mancung, bibir yang tipis, rahang yang tegas ditumbuhi jambang membuat dirinya terlihat manly di mata Clarita. Menurut Clarita, sosok di depannya ini perpaduan yang sempurna, dan cocok dengan Audrey yang juga cantik.

"Mas udah dong pelukannya, aku malu sama Clarita," sentak Audrey dan melepaskan pelukan mereka. Devian yang baru sadar ada seorang wanita di depannya, segera memasang wajah dingin dan datarnya itu.

Clarita yang melihat perubahan dari wajah Devian, merasa tak enak seolah-olah dia penganggu di sini.

"Mulai deh masang wajah juteknya," ujar Audrey memutarkan bola matanya kesal melihat perubahan ekspresi suaminya itu.

"Mas kenalin ini namanya Clarita yang sering aku ceritain ke kamu. Dia ini udah aku anggap adek aku sendiri, kemaren juga dia gak bisa dateng ke pernikahan kita karena ada urusan mendadak," tutur Audrey memperkenalkan Clarita kepada suaminya itu. Devian menatap Clarita dengan tajam dan menghembuskan nafasnya dengan lelah.

"Sayang aku ke kamar dulu yah, badan aku lengket banget habis pulang kerja." Devian pun mengecup kening Audrey singkat dan berlalu menuju ke kamar mereka. Devian juga diam saja ketika istrinya itu menjelaskan tentang Clarita tanpa ingin berkenalan terlebih dahulu atau mungkin sekedar menyapa.

"Aish punya laki kok dingin banget sama orang. Dek maafin suami aku yah, sifatnya emang gitu sama orang yang baru dikenal, "ucap Audrey yang tak enak hati kepada Clarita karena sifat suaminya yang dingin dan cuek kepada orang baru.

"Gak papa kok, Kak. Mungkin Mas Devian lagi capek makanya malas mau kenalan sama aku." Clarita mencoba untuk memaklumi sifat Devian.

"Ya udah kamu tunggu di meja makan yah, aku mau nyiapin keperluan Mas Devian dulu. Nggak papa kan?" tanya Audrey.

"Iyah nggak papa, Kak," jawab Clarita.

Clarita pun menunggu ke meja makan dan melihat ada seorang perempuan paruh baya, mungkin dia yang membantu beres-beres di rumah Audrey.

"Hallo, Bik," sapa Clarita.

"Hallo, Non. Temannya Nyonya Audrey yah?" tanya perempuan itu. Audrey pun mengangguk dan berkenalan dengan perempuan paruh baya itu.

Ternyata namanya Bik Semah, sudah bekerja sejak Devian masih kecil di rumah mamanya Devian. Sebenarnya dia bekerja di rumah utama tetapi mamanya Devian meminta dirinya untuk pindah ke rumah Devian dan Audrey saja.

Mamanya Devian takut Audrey kelelahan membersihkan rumah sebesar yang mereka tempati sekarang. Mertua yang baik bukan? Tetapi Devian lagi-lagi menyewa pembantu sebanyak lima orang dan lima penjaga untuk membuk gerbang dan menjaga keamanan rumahnya. Maklum saja Devian pengusaha sukses banyak orang yang tak suka kepadanya, maka dari itu keamanan rumahnya dijaga dengan ketat.

"Maaf yah Dek nunggunya lama, bayi besar lagi rewel nih," ucap Clarita.

"Santai aja, Kak," balas Clarita dengan senyuman.

"Aku jadi gak enak sama kamu, Dek. Kita tunggu sebentar lagi yah, Mas Devian lagi siap-siap tuh. Maklum aja dia tuh orangnya harus bersih dan perfect dalam segala hal," jelas Audrey dan sudah duduk di kursi meja makan.

"Hehehe iyah, Kak. Bagus kalau punya suami yang suka kebersihan, ada tuh istri punya suami yang hobinya suka berantakan malah dicerai karena udah nggak tahan sama sifat buruknya itu," ujar Clarita mengingat berita yang dibacanya itu. Mengenaskan sekali padahal gara-gara sepele.

"Aduh parah banget yah, Dek. Padahal kalau memutuskan untuk menikah, harus siap untuk menerima kekurangan pasangan kita satu sama lain," ujar Audrey miris mendengarnya. Ada-ada saja berita zaman sekarang ini.

Dari kejauhan Clarita melihat Devian turun tangga dengan gaya coolnya. Seketika Clarita terpana dengan ketampanan Devian yang terlihat fresh selesai mandi. Dengan cepat Clarita menyadarkan keterpanannya itu karena Devian itu suaminya Audrey.

"Maka nikmat Tuhanmu manakah yang Engkau dustakan," ucap Clarita dalam hatinya.

"Eh suamiku udah ganteng dan seger banget," seru Audrey berdiri dan mengusap pipi Devian dengan lembut layaknya sutra. Clarita membuang pandanganya ke arah lain karena terlalu malu melihat keintiman keduanya.

"Sekarang Mas Vian duduk yah. Aku masak seafood tadi diajarin sama Clarita. Semoga Mas suka yah," ujar Audrey dan mengambil nasi untuk Devian.

"Aku selalu suka apalagi yang masak istri cantikku ini," goda Devian seolah-olah tidak ada orang lain di meja makan.

"Kamu mau aku ambilin sekalian, Dek?" tanya Audrey. Baru saja Clarita ingin menjawab, tertahan dengan perkataan Devian. "Sayang, dia bisa ambil sendiri. Sekarang tolong ambilkan kepiting saosnya untukku," ucap Devian dan memandang Clarita dengan pandangan entahlah.

Clarita hanya diam dan bertanya-tanya dalam kepalanya, kenapa Devian seperti tidak suka dengannya? Apakah dia membuat kesalahan? Seingat Clarita baru hari ini dia bertemu dengan Devian.

"Mas kebiasaan deh suka kayak gitu sama orang. Aku nggak suka yah Mas bersikap kayak gitu, Clarita ini udah aku anggap sebagai adik aku sendiri. Jadi tolong kamu hargai dia kayak kamu menghargai aku," marah Audrey yang melihat sifat Devian yang sudah keterlaluan kepada Clarita.

Audrey pun beranjak pergi menuju kamar mereka, meninggalkan Devian dan Clarita di meja makan. Devian menatap Clarita dengan pandangan tajamnya dan sarat akan emosi.

"Sudah puas kamu?" tanya Devian dengan dingin.

Baru saja Clarita ingin membuka suara, Devian sudah membuka suaranya terlebih dahulu dan berkata, "Gara-gara kamu saya dan istri saya bertengkar. Sekarang kamu keluar dari rumah saya dan jangan kembali lagi ke sini, dasar perusak hubungan orang!"

Dengan perasaan yang sakit hati mendengar perkataan tajam Devian, Clarita langsung menyambar tasnya dan berlalu pergi dari rumah Devian dan Audrey.

Clarita sudah terlajur sakit hati dan tak mampu membalas ucapan tajam Devian. Biarlah saat ini dia yang merasakan dihardik oleh Devian,mungkin saja ini ujian persahabatannya dengan Audrey.

To be countinue

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status