Share

Kasih Tak Sampai
Kasih Tak Sampai
Author: sembilan puluh ribu

Bab 1

Author: sembilan puluh ribu
Petir membelah langit, hujan turun dengan deras. Aku berlutut di depan batu nisan, tubuhku limbung.

Tubuh yang baru saja mengalami keguguran terasa dingin, perutku juga sangat sakit. Darah mengalir di sepanjang kaki, bercampur dengan air hujan, sedikit demi sedikit menguras sisa tenaga di tubuhku.

Asisten Zed datang dengan payung, suaranya datar saat berkata, "Pak Zed bilang Ibu sudah boleh pergi sekarang. Jangan kotori makam Bu Chloe."

Mobil hitam di kejauhan menyala dan melaju.

Menatap wajah lembut di batu nisan, aku merapatkan kedua tangan dan bersujud. "Kak Chloe, maafkan aku."

Tahun ini, aku masih belum menemukan kebenaran dan waktuku sudah tidak banyak lagi. Hasil diagnosis tumor otak yang kusimpan di saku sudah mulai luntur terkena hujan.

Ini adalah hadiah ulang tahun dari Tuhan di usiaku yang ke-27. Hari ini adalah hari peringatan kematian Chloe sekaligus hari ulang tahunku.

Sepuluh tahun lalu, Chloe dinodai dan dibunuh oleh kakakku. Saat berusaha sekuat tenaga melawan, Chloe melukai kepala kakakku, membuatnya menjadi idiot yang tidak bisa mengurus diri sendiri.

Pengadilan memutuskan kakakku dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Saat itu, Zed yang baru berusia 17 tahun pun membawa pisau dan menerobos masuk ke rumah sakit untuk membunuh kakakku.

Aku berlutut memohon kepadanya. Waktu itu, kami adalah cinta pertama satu sama lain.

Zed terjebak dalam dilema, suaranya penuh kepedihan. "Isla, minggirlah! Dia sudah membunuh kakakku!"

Zed berlari ke arah kakakku, tetapi polisi yang datang segera menahannya. Aku diam-diam menelepon polisi, bersaksi, dan menyerahkan Zed ke penjara dengan tanganku sendiri.

Tiga tahun dipenjara menghancurkan masa depan Zed. Sepanjang sidang, Zed tidak pernah menatapku lagi. Semua kenangan manis berakhir di usia 17 tahun.

Setelah Zed masuk penjara, orang tuanya berusaha mati-matian membantunya, tetapi dalam perjalanan mengalami kecelakaan dan meninggal. Dunia Zed seketika runtuh tanpa ampun.

Di pemakaman, Zed yang diizinkan keluar penjara sementara, berdiri tenang di depan dua peti mati. Saat melihatku, dia bahkan tersenyum. Senyuman itu membuatku meneteskan air mata.

Borgol masih terpasang di pergelangan tangannya. Dia memelukku seperti saat kami masih pacaran. Bisikannya dingin menusuk tulang. "Isla, aku pastikan kamu dan kakakmu nggak akan hidup tenang. Kita semua nggak akan pernah hidup bahagia."

Zed selalu menepati janji. Di usia 19 tahun, karena perilaku baiknya, hukumannya dikurangi dan dia dibebaskan lebih awal.

Hal pertama yang dia lakukan setelah keluar adalah mengirim bunga krisan putih dan kuning ke rumah sakit jiwa tempat kakakku dirawat.

Melihat tatapanku yang ketakutan, dia tersenyum manis. "Isla, aku sudah pikirkan baik-baik. Nggak seru kalau kakakmu mati begitu saja."

"Aku akan mengobatinya. Setelah dia sembuh, aku akan buat dia sadar berapa banyak penderitaan yang dialami adik yang dia sayangi gara-gara dia."

Dia memperingatkanku agar tidak mencoba untuk kabur. "Sekalipun kabur ke ujung dunia, aku tetap akan menemukan kalian."

Setelah itu, kami seperti kucing dan tikus. Saat aku kuliah, dia menyuruh orang menindas dan menjebakku sampai aku dikeluarkan.

Saat aku bekerja, dia menyabotase hingga tak ada satu pun perusahaan yang mau menerimaku. Dia menutup semua jalan hidupku.

Aku hanya punya satu kakak laki-laki yang selalu menyayangiku. Dulu dia melindungiku dari kerasnya hidup, tetapi sekarang semua penderitaan itu menjadi berlipat ganda. Biaya pengobatan seperti gunung, menekanku sampai tak bisa bernapas.

Di usia 21 tahun, Zed menghidupkan kembali bisnis keluarga, bermain di antara dunia hitam dan putih. Aku tidak punya daya melawan dan terpaksa menjual rumah keluargaku kepadanya.

"Begini dong. Kalau butuh uang, bilang saja, aku kasih." Zed tertawa puas.

Kehilangan keluarga satu per satu, dikhianati pacar, tiga tahun di penjara. Hidup tidak pernah memihakku, tetapi Zed pun tak luput dari penderitaan. Di balik ketenangannya, jiwanya telah gila.

Di rumah masa kecilku, di ranjang yang selalu kutiduri sejak kecil, Zed mencekikku dengan kasar sambil melampiaskan hasratnya. Dia memaksaku menatapnya meskipun aku terus memohon.

"Ngapain nangis? Dulu kakakmu juga begitu ke kakakku! Kamu nggak punya hak untuk nangis!" Nada suaranya kejam, matanya merah.

Setelah selesai, dia melempar segepok uang ke atas tempat tidur, menutupi noda darah merah di seprai putih. "Kalau berani mati, aku pastikan kakakmu segera menyusulmu. Isla, kamu harus hidup dan merasakan semua penderitaan."

Setelah dia pergi, aku menangis sambil memungut uang itu satu per satu. Aku tidak bisa mengerti, bagaimana semuanya bisa sampai seperti ini. Kami saling membenci, tetapi juga seperti terikat. Situasi ini tidak akan pernah berakhir.

Dalam sepuluh tahun ini, aku berkali-kali mencoba mengumpulkan bukti kejahatannya, tetapi selalu gagal.

Seminggu lalu, di meja kerja di kantor Zed. Di satu sisi adalah tumpukan bukti yang kukumpulkan, di sisi lain adalah hasil tes kehamilanku yang kubuang ke tempat sampah.

Zed menunduk menatapku dengan senyuman dingin. "Isla, pilih salah satu."

Tanpa ragu, aku meraih tumpukan bukti itu. Zed mencengkeram pergelangan tanganku, lalu menamparku dengan keras. "Salah pilih. Kalau begitu, dua-duanya nggak usah."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kasih Tak Sampai   Bab 8

    Aku terbaring di ranjang rumah sakit. Kini, tubuhku kurus kering. Berpura-pura mati dan menjadi hantu adalah langkah nekat yang kupikirkan bersama Zed. Alkohol dan permen halusinogen itu membuat kemunculanku meruntuhkan benteng psikologis Wynn.Zed sebenarnya punya cara untuk membuat Wynn menghilang tanpa jejak, tetapi itu tidak bisa memulihkan reputasi Chloe dan kakakku.Malam itu, semua yang dilakukan Wynn disiarkan secara langsung. Meskipun rekaman seperti itu belum tentu dianggap bukti hukum, gelombang besar yang dipicu netizen sudah cukup untuk menarik kembali kasus sepuluh tahun lalu ke mata publik.Awalnya, Wynn masih bersikeras bahwa dia hanya mabuk dan mengoceh tanpa sadar. Namun, setelah tim investigasi khusus turun tangan, semua yang selama ini disembunyikannya akhirnya terbongkar.Tak butuh waktu lama untuk menemukan bahwa polisi yang menangani kasus kala itu menerima suap dan lalai dalam tugas.Paman yang selama ini menjadi pelindung diam-diam Wynn pun kehilangan semua kua

  • Kasih Tak Sampai   Bab 7

    Di ambang pintu, tampak bayangan seseorang yang bersandar di dinding.Menyesal? Tentu pernah. Namun, penyesalan sudah menumpuk begitu banyak sehingga sekarang tak ada satu pun yang bisa kembali.Sebenarnya, aku ingin mengucapkan selamat tinggal yang layak kepada Zed saat usianya masih 17 tahun. Namun, kami sudah melewatkan momen untuk berpamitan.Kakak, Kak Chloe, maafkan aku.Pemakamanku diurus dengan megah oleh Zed. Hari penguburan diguyur hujan deras.Zed memeluk erat fotoku, takut basah oleh hujan. Wynn juga datang ke pemakaman, menarik banyak media untuk meliput.Saat ditanya hubungan antara almarhum, Zed, dan Wynn, asistennya menutupi kamera sambil berkata, "Teman-teman bisa fokus pada film terbaru Wynn ...."Dengan kuku berwarna merah menyala, Wynn memegang tiga batang dupa dan menancapkan ke tempat dupa. Melalui kamera pengawas, aku melihat wajahnya menunduk sedikit dan muncul senyuman tipis yang nyaris tak terlihat di sudut bibirnya.....Di pesta perayaan setelah peluncuran f

  • Kasih Tak Sampai   Bab 6

    Kampung halamanku terletak di ujung barat laut. Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di tempat ini sejak aku dewasa.Aku berbaring telentang di padang rumput, merasa sangat bebas. Tanah ini bagaikan seorang ibu, membuka tangannya lebar-lebar untuk anaknya yang telah lama mengembara dan akhirnya pulang.Makam orang tuaku ada di pemakaman kampung halaman. Selama ini, kakakku yang bertanggung jawab untuk berziarah. Dulu kakakku sempat berencana untuk memindahkan makam mereka, tetapi tidak sempat karena masalah telah menimpa kakakku.Saat bertanya arah di kota kecil, aku melewati sebuah studio foto. Barulah aku sadar, kakakku tidak pernah meninggalkan satu pun foto dan aku sendiri pun sudah lama tidak difoto. Aku merasa aku seharusnya meninggalkan setidaknya satu foto terakhir untuk diriku sendiri.Pemilik studio sangat ramah, memperkenalkan berbagai paket foto kepadaku. Namun, aku bilang, aku hanya butuh satu foto ukuran kecil saja.Saat menunggu latar disiapkan, aku mengamati studio

  • Kasih Tak Sampai   Bab 5

    Kakakku masih terbaring di lantai. Aku ingin memeluknya, ingin menutup matanya. Namun, di balik garis polisi, aku tak bisa melakukan apa pun.Aku ingin menangis sekencang mungkin, tetapi tenggorokanku tak bisa mengeluarkan suara dan air mata pun tak menetes setetes pun."Isla!" Zed yang datang dengan terburu-buru, tampak terkejut. Secara naluriah, dia mengulurkan tangan.Apakah dia ingin memelukku? Aku mundur dua langkah. Saat berikutnya, tamparanku yang lemah mendarat di wajahnya. Bagi orang lain, itu lebih terlihat seperti belaian."Zed ... kamu berhasil. Sekarang, nggak ada satu pun dari kita yang bisa hidup dengan tenang."Zed menangkap pergelangan tanganku dan menarikku ke dalam pelukannya, memelukku erat-erat. Aku tak punya kekuatan lagi untuk melepaskan diri. Darah dan amarah bergejolak dalam tubuhku, kepalaku terasa sangat sakit.Darah mengalir dari hidungku, membasahi kemeja putihnya. Seketika, pandanganku menjadi gelap.Hidup ini benar-benar melelahkan. Aku ingin terbebas...

  • Kasih Tak Sampai   Bab 4

    "Isla, kamu sudah menghancurkan hidupnya. Kok kamu masih berani terus muncul? Kamu bahkan nggak pantas hidup."Dari ujung telepon, terdengar suara Zed yang seperti mengigau. "Kak Wynn ...."Telepon terputus. Telapak tanganku tanpa sadar mencengkeram hingga meninggalkan bekas kuku. Setelah diam sejenak sambil menunduk, aku kembali menghubungi sebuah nomor."Bu Lia, aku Isla."....Lia adalah polisi wanita yang dulu mendampingi dan menghiburku saat kakakku berkasus. Mungkin karena saat itu aku begitu rapuh dan menyedihkan, setiap tahun baru selama bertahun-tahun, dia selalu menghubungiku.Sayangnya, hidupku berantakan dan aku mengecewakan perhatian tulusnya.Sepuluh tahun telah berlalu. Dulu aku memanggilnya "Kak Lia", tetapi kini menjadi "Bu Lia".Kami bertemu di sebuah kafe. Dia berkata kepada pelayan, "Tolong ganti jadi susu ya. Terima kasih."Kemudian, dia tersenyum padaku penuh kebahagiaan. "Aku lagi hamil, sudah empat bulan."Dia menggenggam tanganku, ingin menempelkannya ke perutn

  • Kasih Tak Sampai   Bab 3

    Janggut yang kasar menusuk leherku, napas yang berat membuat kulitku merinding. Demam tinggi yang berulang-ulang membuat kesadaranku menurun. Tawa tajam terdengar jauh sekaligus dekat, kabur sekaligus nyata.Aku tiba-tiba tak bisa membedakan, ini mimpi atau kenyataan. Secara naluriah, aku menangis keras dan meronta.Sutradara mengira aku sedang menjiwai peran, tidak menghentikan adegan. Figuran yang berperan sebagai penyerang pun semakin bersemangat dalam menunjukkan kemampuan.Dalam kesadaran yang kabur, aku seperti melihat Chloe. Ekspresinya penuh keputusasaan. Dia menangis tersedu-sedu, tatapannya yang penuh permohonan menatapku.Dalam keputusasaan, aku tiba-tiba berhasil melepaskan diri dari ikatan dan mencakar leher figuran itu.Figuran itu memegangi lehernya dan menjerit kesakitan. Sutradara buru-buru berteriak, "Cut!"Demam tinggi dan emosi yang memuncak membuatku roboh ke tanah, tubuhku gemetar hebat.Suara Zed terdengar samar. "Pura-pura mati lagi? Isla! Isla?"Suaranya semaki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status