Selama sepuluh tahun berturut-turut, harapan ulang tahun mantan pacar pertamaku adalah agar seluruh keluargaku mati. Karena kakakku yang selalu bersamaku, telah menyiksa dan membunuh kakaknya. Sepuluh tahun lalu, kakakku dipukul hingga menjadi idiot dan dikurung di rumah sakit jiwa. Aku sendiri terperangkap di sisi Zed, mengalami keguguran, depresi, tumor, dan tidak punya jalan keluar. Hingga pada hari keinginannya benar-benar terkabul, di samping batu nisanku, muncul sebuah gundukan makam kecil yang baru.
view moreAku terbaring di ranjang rumah sakit. Kini, tubuhku kurus kering. Berpura-pura mati dan menjadi hantu adalah langkah nekat yang kupikirkan bersama Zed. Alkohol dan permen halusinogen itu membuat kemunculanku meruntuhkan benteng psikologis Wynn.Zed sebenarnya punya cara untuk membuat Wynn menghilang tanpa jejak, tetapi itu tidak bisa memulihkan reputasi Chloe dan kakakku.Malam itu, semua yang dilakukan Wynn disiarkan secara langsung. Meskipun rekaman seperti itu belum tentu dianggap bukti hukum, gelombang besar yang dipicu netizen sudah cukup untuk menarik kembali kasus sepuluh tahun lalu ke mata publik.Awalnya, Wynn masih bersikeras bahwa dia hanya mabuk dan mengoceh tanpa sadar. Namun, setelah tim investigasi khusus turun tangan, semua yang selama ini disembunyikannya akhirnya terbongkar.Tak butuh waktu lama untuk menemukan bahwa polisi yang menangani kasus kala itu menerima suap dan lalai dalam tugas.Paman yang selama ini menjadi pelindung diam-diam Wynn pun kehilangan semua kua
Di ambang pintu, tampak bayangan seseorang yang bersandar di dinding.Menyesal? Tentu pernah. Namun, penyesalan sudah menumpuk begitu banyak sehingga sekarang tak ada satu pun yang bisa kembali.Sebenarnya, aku ingin mengucapkan selamat tinggal yang layak kepada Zed saat usianya masih 17 tahun. Namun, kami sudah melewatkan momen untuk berpamitan.Kakak, Kak Chloe, maafkan aku.Pemakamanku diurus dengan megah oleh Zed. Hari penguburan diguyur hujan deras.Zed memeluk erat fotoku, takut basah oleh hujan. Wynn juga datang ke pemakaman, menarik banyak media untuk meliput.Saat ditanya hubungan antara almarhum, Zed, dan Wynn, asistennya menutupi kamera sambil berkata, "Teman-teman bisa fokus pada film terbaru Wynn ...."Dengan kuku berwarna merah menyala, Wynn memegang tiga batang dupa dan menancapkan ke tempat dupa. Melalui kamera pengawas, aku melihat wajahnya menunduk sedikit dan muncul senyuman tipis yang nyaris tak terlihat di sudut bibirnya.....Di pesta perayaan setelah peluncuran f
Kampung halamanku terletak di ujung barat laut. Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di tempat ini sejak aku dewasa.Aku berbaring telentang di padang rumput, merasa sangat bebas. Tanah ini bagaikan seorang ibu, membuka tangannya lebar-lebar untuk anaknya yang telah lama mengembara dan akhirnya pulang.Makam orang tuaku ada di pemakaman kampung halaman. Selama ini, kakakku yang bertanggung jawab untuk berziarah. Dulu kakakku sempat berencana untuk memindahkan makam mereka, tetapi tidak sempat karena masalah telah menimpa kakakku.Saat bertanya arah di kota kecil, aku melewati sebuah studio foto. Barulah aku sadar, kakakku tidak pernah meninggalkan satu pun foto dan aku sendiri pun sudah lama tidak difoto. Aku merasa aku seharusnya meninggalkan setidaknya satu foto terakhir untuk diriku sendiri.Pemilik studio sangat ramah, memperkenalkan berbagai paket foto kepadaku. Namun, aku bilang, aku hanya butuh satu foto ukuran kecil saja.Saat menunggu latar disiapkan, aku mengamati studio
Kakakku masih terbaring di lantai. Aku ingin memeluknya, ingin menutup matanya. Namun, di balik garis polisi, aku tak bisa melakukan apa pun.Aku ingin menangis sekencang mungkin, tetapi tenggorokanku tak bisa mengeluarkan suara dan air mata pun tak menetes setetes pun."Isla!" Zed yang datang dengan terburu-buru, tampak terkejut. Secara naluriah, dia mengulurkan tangan.Apakah dia ingin memelukku? Aku mundur dua langkah. Saat berikutnya, tamparanku yang lemah mendarat di wajahnya. Bagi orang lain, itu lebih terlihat seperti belaian."Zed ... kamu berhasil. Sekarang, nggak ada satu pun dari kita yang bisa hidup dengan tenang."Zed menangkap pergelangan tanganku dan menarikku ke dalam pelukannya, memelukku erat-erat. Aku tak punya kekuatan lagi untuk melepaskan diri. Darah dan amarah bergejolak dalam tubuhku, kepalaku terasa sangat sakit.Darah mengalir dari hidungku, membasahi kemeja putihnya. Seketika, pandanganku menjadi gelap.Hidup ini benar-benar melelahkan. Aku ingin terbebas...
"Isla, kamu sudah menghancurkan hidupnya. Kok kamu masih berani terus muncul? Kamu bahkan nggak pantas hidup."Dari ujung telepon, terdengar suara Zed yang seperti mengigau. "Kak Wynn ...."Telepon terputus. Telapak tanganku tanpa sadar mencengkeram hingga meninggalkan bekas kuku. Setelah diam sejenak sambil menunduk, aku kembali menghubungi sebuah nomor."Bu Lia, aku Isla."....Lia adalah polisi wanita yang dulu mendampingi dan menghiburku saat kakakku berkasus. Mungkin karena saat itu aku begitu rapuh dan menyedihkan, setiap tahun baru selama bertahun-tahun, dia selalu menghubungiku.Sayangnya, hidupku berantakan dan aku mengecewakan perhatian tulusnya.Sepuluh tahun telah berlalu. Dulu aku memanggilnya "Kak Lia", tetapi kini menjadi "Bu Lia".Kami bertemu di sebuah kafe. Dia berkata kepada pelayan, "Tolong ganti jadi susu ya. Terima kasih."Kemudian, dia tersenyum padaku penuh kebahagiaan. "Aku lagi hamil, sudah empat bulan."Dia menggenggam tanganku, ingin menempelkannya ke perutn
Janggut yang kasar menusuk leherku, napas yang berat membuat kulitku merinding. Demam tinggi yang berulang-ulang membuat kesadaranku menurun. Tawa tajam terdengar jauh sekaligus dekat, kabur sekaligus nyata.Aku tiba-tiba tak bisa membedakan, ini mimpi atau kenyataan. Secara naluriah, aku menangis keras dan meronta.Sutradara mengira aku sedang menjiwai peran, tidak menghentikan adegan. Figuran yang berperan sebagai penyerang pun semakin bersemangat dalam menunjukkan kemampuan.Dalam kesadaran yang kabur, aku seperti melihat Chloe. Ekspresinya penuh keputusasaan. Dia menangis tersedu-sedu, tatapannya yang penuh permohonan menatapku.Dalam keputusasaan, aku tiba-tiba berhasil melepaskan diri dari ikatan dan mencakar leher figuran itu.Figuran itu memegangi lehernya dan menjerit kesakitan. Sutradara buru-buru berteriak, "Cut!"Demam tinggi dan emosi yang memuncak membuatku roboh ke tanah, tubuhku gemetar hebat.Suara Zed terdengar samar. "Pura-pura mati lagi? Isla! Isla?"Suaranya semaki
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments