Share

Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi
Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi
Penulis: Safiiaa

Bab 1

Bab 1

"Mas Hisyam," lirih Aini tak percaya. Dadanya tiba-tiba saja berdenyut nyeri saat melihat gambar dalam layar ponsel yang ada di sebelah wadah kecil berisi urine miliknya.

Benda pipih hasil tes kehamilan itu jatuh ke lantai saat mata Aini makin jelas mengamati sebuah rekaman video singkat yang dikirim oleh seseorang. Uluran tangan Hisyam menyentuh ujung bibir perempuan di depannya dalam video tersebut membuat dadanya bak dihantam palu godam. Udara yang bebas dalam ruangan kamar yang lumayan besar itu tiba-tiba terasa sulit untuk dihirup oleh hidungnya.

"Tak mungkin begini," lirih Aini. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pikiran baik masih terus menusuk-nusuk pikirannya karena tak mau percaya dengan video tersebut.

"Ngga mungkin! Mas Hisyam ngga mungkin selingkuh!" gumam Aini lagi. Ia segera mengetik pesan balasan untuk pengirim video tersebut.

Aini

Aku ngga percaya. Ini pasti cuma temenan aja.

Aisha

Ngga percaya ya sudah, kamu boleh datang untuk memastikannya sendiri. Aku sudah mendapatkan info jelas dan dari sumber terpercaya jika dia datang beberapa kali ke tempat itu bersama orang yang sama. Selalu saja bermesraan di sudut kafe yang tak banyak dijangkau oleh pengunjung lain.

Benda pintar itu segera diletakkannya ke atas nakas. Ia harus bersiap ke kafe tersebut dan melihat dengan mata kepalanya sendiri. Bahkan kabar baik yang harusnya segera disampaikan harus rela ia tutupi untuk sementara waktu.

"Mau kemana, Ain?" tanya Bu Laras, mertuanya. Ia melihat Aini tergesa-gesa keluar, seperti ada sesuatu yang tidak beres.

"Em mau ...." Aini berhenti berucap. Ia ragu hendak mengatakan apa yang baru saja didapatkannya. Sebab ia belum memastikan sendiri.

"Kok diem?" 

"Em anu, Bu. Ada masalah di toko. Saya harus turut bantu teman-teman." Aini berbohong. Kejadian yang belum jelas dilihat oleh mata kepalanya sendiri tak pantas diumbar ke orang lain.

"Oalah. Ya sudah. Hati-hati."

Aini pun melesat pergi meninggalkan rumah. Ia mengendarai motor maticnya menuju alamat yang diberikan oleh Aisha tadi.

Lantunan dzikir terus terukir di bibir Aini yang polos tanpa lipstik. Kepalanya masih enggan menerima kabar tersebut, tapi melihat jam pulang kerja suaminya yang sedikit berubah beberapa hari ini membuat Aini merasa tak biasa dan ia harus mencari tahu soal ini.

Betapa terkejutnya hati Aini saat melihat suaminya sedang bercanda mesra dengan wanita lain di tempat yang ditunjukkan oleh temannya itu. Keduanya sedang berjalan keluar dari kafe sambil berangkulan mesra layaknya sepasang suami istri yang sedang berbahagia.

Dengan langkah cepat, Aini segera menghampiri dua sejoli itu untuk mendapatkan penjelasan.

"Bahagia sekali ya," sindir Aini tiba-tiba di depan mereka. Ia melipat tangannya di depan dada sambil berdiri dengan anggunnya. Rasa tak percaya yang sejak tadi terus bergelayut dalam hatinya harus ia paksa untuk menerima kenyataan yang sebenarnya. Bahkan ia harus berpura-pura baik untuk mendapatkan kejelasan dari apa yang baru saja ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.

"Sayang? Ini ngga seperti yang kamu lihat," lirih Hisyam kaget. Ia langsung mengurai pelukannya di pinggang perempuan cantik di sebelahnya itu.

"Kenapa? Kaget? Pamitnya sedang keluar bersama teman-teman, nyatanya," ujar Aini sengaja menggantung ucapannya sambil melirik perempuan di depannya itu dengan sinis.

"Kami cuma-"

"Kami cuma sedang makan saja. Salah?" sahut perempuan itu cepat. Ia tak mau disalahkan. Tangannya yang mulus kembali merangkul pinggang Hisyam dengan santainya.

Tangan kekar Hisyam itu menepis tangan Zahra, perempuan yang ada di sebelahnya.

"Jangan begini dong, Mas. Kan sejak tadi juga kita mesra-mesraan." Zahra terus mendekati badan Hisyam.

"Bahkan dihari libur ini, aku rela membiarkannya pergi dengan alasan berjumpa teman-temannya untuk memberinya kebebasan. Tapi ternyata kebaikanku disalahgunakan."

"Disalahgunakan gimana sih? Kamu salah paham. Aku cuma bantu Zahra aja, ngga lebih," Hisyam tak mau disalahkan. 

"Cuma makan apa harus di tempat yang sepi dari pengunjung lainnya? Apa harus Mas yang mengusap sisa makanan di sudut mulutnya? Cuma makan? Apa cuma sedang kencan?" pekik Aini keras. Bola-bola amarah terbit dari mata beningnya.

"Kenapa memangnya kalau kencan? Ngga apa-apalah, relakan saja suamimu menikah denganku, toh sudah lama menikah tapi kalian tak juga punya keturunan," sindir perempuan itu dengan senyuman miring seolah merendahkan.

"Jaga mulutmu!" sengit Aini tak terima. Tetapi pikiran yang sadar akan hal yang terjadi ini membuat bibirnya kian menahan kabar baik yang sedang ia dapatkan.

"Kamu apa-apaan, sih," ucap Hisyam keras pada Zahra. Ia bingung dengan apa yang terjadi di depannya ini. Semua ini tidak sesuai dengan yang sudah direncanakan.

"Aku bicara fakta, kan? Harusnya kamu sadar diri kalau ngga bisa kasih keturunan buat Mas Hisyam," lanjut Zahra lagi.

"Ra, kamu bicara apa sih!" pekik Hisyam sambil menatap wajah Zahra dengan keras.

"Sayang, jangan percaya! Ini ngga seperti yang kamu lihat!" Hisyam mencoba mendekati Aini.

Dada Aini seketika sesak. Disindir soal kehamilan membuatnya lemah seketika. Meskipun kini ia telah mengandung tapi ucapan Zahra cukup membuat kenangan soal perjuangannya mendapatkan garis dua kembali berputar dalam kepalanya.

Aini terjatuh di pavingan dekat parkiran mobil. Ia tak percaya dengan apa yang ia dengarkan dengan telinga sendiri ini. Ucapan Zahra itu menyinggungnya.

"Bahkan aku sudah hamil, tapi Mas tega menduakan aku seperti ini," lirih Aini. Ia tak lagi sanggup menahan perihnya hati jika membahas soal keturunan. Usaha yang dilakukan beberapa bulan ini telah membuahkan hasil tetapi kabar perselingkuhan ini membuat Aini hancur diwaktu yang bersamaan.

"Kamu hamil, Sayang? Sungguh?" ucap Hisyam tak percaya. Ia terduduk di depan Aini seraya memegang bahunya. Tatapan nanar tak lepas dari mata bening milik Hisyam saat melihat luka di mata Aini.

"Wah, rupanya rencana kalian berhasil. Perselingkuhan yang kamu lakukan sudah berjalan sesuai dengan apa yang kamu harapkan kan?" ujar Zahra sambil membuka layar ponselnya. Ia mencari sebuah gambar yang ia simpan beberapa waktu lalu.

"Bicara apa kamu!" pekik Aini tertahan. Mata yang penuh luka itu menatap wajah Zahra dengan penuh kobaran api yang menyala-nyala. 

"Lihatlah, Mas," ujar Zahra setelah menemukan foto yang ia maksud.

Dahi Hisyam mengernyit. Matanya menyipit untuk melihat dengan jelas gambar yang ditunjukkan Zahra di depannya.

Perlahan Hisyam bangkit dari duduknya. Tangannya terulur meraih benda yang ditunjukkan oleh Zahra itu. Lipatan makin banyak di dahi Hisyam dengan diiringi gemuruh dalam hatinya. Bahagia yang baru saja dirasakan, berubah menjadi amarah seketika itu.

"Siapa ini? Mengapa kalian bisa bersama? Di lorong yang tampak seperti hotel ini," ujar Hisyam pada Aini. Ia menunjukkan gambar itu di depan Aini.

Aini terperanjat. Dua alisnya hampir bertaut saat matanya mengamati sosok yang ada dalam gambar tersebut.

"Aku tak menyangka jika kamu sebejat ini selama kita menikah! Diam-diam kamu menjalin hubungan dengan laki-laki lain," cecar Hisyam dengan mata yang penuh dengan api.

"Mas, ngga seperti itu! Itu bukan selingkuhan!" sanggah Aini tak terima.

"Setiap orang yang berselingkuh pasti mengatakan hal seperti itu," sahut Zahra dengan penuh penekanan.

"Diam kamu!" teriak Aini lantang. "Aku datang untuk memastikan perselingkuhan kalian, mengapa sekarang kalian ganti yang menuduhku seperti ini?!" 

"Kami tidak berselingkuh!" teriak Hisyam lantang. "Aku hanya membantu Zahra saja!"

"Membantu apa? Membantu menemaninya makan? Mengusap sisa makanan di sudut bibirnya?"sengit Aini mantap. Bukti yang ia lihat membuatnya mampu berucap dengan yakin.

"Jangan membalik keadaan! Kamu yang jelas-jelas selingkuh! Ngga usah nuduh yang bukan-bukan! Sedang apa kamu di hotel bersama laki-laki itu? Hah?!!" teriak Hisyam murka.

Mata Aini membelalak mendapati bentakan Hisyam itu. Laki-laki yang selama ini dihormatinya dan tidak pernah berkata kasar, kini mampu mencecarnya dengan begitu kerasnya.

Zahra tersenyum penuh kemenangan. Rencananya berjalan dengan sempurna.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Hallo author ijin baca ceritanya
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
istri tolol banyak drama. pake gaya merosot di lantai pula lagi. menjijikkan betul gaya mu. gampang ditipu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status