Share

Bab 111

Author: Bemine
last update Last Updated: 2025-06-28 00:37:53

Setelah berdiskusi panjang dengan Bang Zul tentang stabilisasi peternakan, pikiranku kini beralih pada konflik yang lebih personal dan mendesak: masalah dengan Bang Fahri dan keluarganya. Aku sudah muak dengan drama dan tuntutan mereka. Sudah waktunya menarik garis batas yang jelas.

Kalau terus aku biarkan, mereka akan semakin besar kepala. Bisa jadi, mereka mulai membangun siasat lain hanya untuk mendesakku memenuhi permintaan mereka.

Malam harinya, aku kembali ke rumah dengan tekad bulat. Begitu masuk, suasana terasa berat. Ibu Mertua dan Salma duduk di ruang tamu, wajah mereka cemberut. Bang Fahri tidak terlihat.

"Riska! Dari mana saja kamu?! Apa-apaan kamu kemarin bicara begitu?!" Ibu Mertua langsung melancarkan serangan.

Aku tidak menanggapi amarahnya. Aku berjalan menuju sofa kosong di seberang mereka, duduk tegak. "Sudah Ibu dan Salma pikirkan baik-baik semua perkataanku kemarin?" tanyaku tenang, menatap mata mereka satu per satu.

Walau tubuhku lelah dan berpeluh, aku tidak ing
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 132

    Satu bulan ke depan adalah masa paling aneh dalam hidupku. Aku tinggal di rumah yang sama dengan mereka, namun terasa seperti di dunia berbeda. Aku jarang sekali berinteraksi dengan Bang Fahri, Ibu Mertua, Salma, atau Ninik. Mereka seperti bayangan, dan aku pun memilih untuk tidak terlihat bagi mereka. Aku menghabiskan sebagian besar waktuku di peternakan, sibuk mengurus operasional, bertemu pembeli, dan merancang strategi masa depan bersama Bang Zul.Ibu Mertua dirawat di ruang tamu selama beberapa hari, infus terus menetes, sementara dokter yang kutahu sebagai teman kerja Bang Fahri sering berkunjung untuk memantau kondisinya. Aku tidak peduli. Aku hanya melihatnya sebagai sebuah kewajiban yang harus kulakukan, demi memastikan semua urusan ini segera berakhir tanpa drama yang lebih lanjut.Setelah seminggu, Ibu Mertua mulai pulih, meski masih terlihat lemah dan trauma. Wajahnya yang dulu congkak kini terlihat keriput dan penuh kecemasan.Selama sebulan itu, aku melihat mereka mencob

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 131

    Melihat Ibu Mertua yang pingsan dan tangis histeris Salma, aku kembali ragu. Atau memang aku yang lemah hingga langsung merasa iba pada mereka. Bisa jadi ini sandiwara, namun risiko kalau itu nyata terlalu besar untuk kuabaikan. Aku menghela napas panjang, mengalah pada situasi yang tidak terduga ini."Bawa masuk saja dulu," kataku, suaraku lelah. "Tapi ini hanya sementara. Aku akan panggil dokter."Bang Fahri segera menggendong Ibu Mertua masuk ke ruang tamu. Dengan sigap, dia menidurkan ibu mertua di sofa. Wajah Ibu Mertua sangat pucat, napasnya tersengal-sengal. Salma terus menangis di sampingnya, memeluk erat.Bang Fahri segera mengeluarkan ponselnya. "Aku akan telepon temanku, dia dokter juga," katanya, suaranya sedikit gemetar.Tidak lama kemudian, seorang dokter datang. Dia segera memeriksa Ibu Mertua. Setelah beberapa pemeriksaan, dokter mendiagnosis bahwa Ibu Mertua mengalami shock, stres, dan kelelahan ekstrem. Tekanan dari pengusiran dan hujatan warga, ditambah rasa malu da

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 130

    Bab 130Malam itu juga, setelah semua drama di balai desa dan pengakuan Bang Fahri serta keluarganya yang menggelegar, aku bersikeras untuk mengusir mereka dari rumahku. Aku tidak bisa membiarkan mereka tinggal lebih lama lagi di tempat yang sudah mereka cemari dengan kebohongan dan fitnah.Hatiku sudah terlanjur membatu, tak ada lagi ruang untuk belas kasihan. Kak Nah menemaniku, berdiri tegap di sampingku, sorot matanya tajam dan penuh kewaspadaan, memastikan mereka benar-benar membawa semua barang-barang mereka tanpa sisa.Suasana di rumah tegang mencekam. Bang Fahri, Ibu Mertua, dan Salma bergerak cepat, memasukkan barang-barang mereka ke dalam koper dan tas seadanya. Mereka tampak terburu-buru, panik, dan tertekan. Wajah mereka masih sembab dan pucat pasi, sisa-sisa tamparan dan hujatan warga di balai desa masih membekas. Mereka tidak berani menatap mataku secara langsung, seolah malu dan takut pada saat yang bersamaan. Setiap gerakan mereka terasa canggung, seolah mereka adalah

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 129

    Layar tancap di balai desa masih memutar rekaman pengakuan Ibu Mertua, Salma, Bang Fahri, dan Ninik yang memfitnahku. Suara-suara mereka menggelegar, memenuhi setiap sudut ruangan, terhampar di hadapan seluruh warga. Keheningan yang sempat menyelimuti kini pecah oleh gelombang kemarahan yang bergemuruh."Hueee! Dasar penipu! Mana muka kalian yang sok suci itu?!""Tidak tahu malu! Dokter tukang selingkuh, ibunya tukang fitnah!" "Inikah kelakuan dokter terhormat?! Memfitnah istrinya sendiri demi harta?! Dasar mata duitan!""Kasihan sekali Riska, difitnah seperti itu! Padahal dia yang dikhianati!""Usir saja mereka dari kampung ini! Jangan biarkan orang seperti mereka tinggal di sini!"“Dokter macam apa yang nikah siri terus bawa istri muda, ibu dan adiknya tinggal di rumah istri tua? Dari awal saja aku sudah tahu kalau Si Fahri itu enggak beres otaknya!”Teriakan dan sorakan warga beramai-ram

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 128

    Aku menatap ponselku, rekaman percakapan Ibu Mertua, Salma, Bang Fahri, dan Ninik yang mengakui semua fitnah keji itu terputar jelas. Setiap kalimat menusuk, setiap tawa sinis mereka menghantam dadaku.Kemarahanku memuncak. Mereka benar-benar iblis yang kuterima tinggal bersama, dan aku benar-benar bodoh karena masih memikirkan nasib mereka selama ini.Tanpa membuang waktu sedetik pun, aku bergegas kembali ke warung Kak Nah. Dia sedang sibuk melayani pembeli, tangannya cekatan membungkus pesanan. Begitu melihatku dengan ponsel di tangan dan ekspresi yang campur aduk antara amarah dan tekad, matanya langsung menangkap sinyal darurat. Dia mengisyaratkan untuk menunggu, senyum tipis terukir di bibirnya, seolah tahu ada sesuatu yang besar akan terjadi.Begitu warung sedikit sepi, aku mengajak Kak Nah ke sudut paling terpencil. Suara-suara pelanggan lain yang sesekali bercanda terasa jauh, tidak lagi kudengar."Kak Nah, aku punya buktinya!" bisikku, suaraku serak, tanganku gemetar saat men

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 127

    Kata-kata Istri Pak RT dan tatapan menghakimi serta tidak percayanya itu menusuk hatiku. Aku tahu, hanya dengan membela diri secara lisan tidak akan cukup. Aku perlu bukti. Bukti nyata yang akan membungkam mulut-mulut jahat itu dan membersihkan namaku dari fitnah keji yang disebarkan Bang Fahri dan keluarganya. Aku harus membuat jebakan."Bu RT, saya bukan orang yang akan berselingkuh." Aku tetap membela diri.Istri Pak RT masih terlihat ragu, namun beliau tidak melanjutkan pertanyaannya. Aku tahu, tatapan orang-orang sudah cukup menjelaskan bagaimana posisiku di mata mereka. Aku harus bertindak.“Iya, Ris, kamu yang kuat, yang sabar. Kalau bisa, kamu jelasin ke warga kalau kamu bukan orang jahat!”Aku tersenyum getir, mencoba mengangguk meski sebenarnya tidak mau. Bukan hal mudah memaafkan orang yang meragukanmu, tapi Istri Pak RT termasuk orang baik padaku, jadi aku tidak akan membangun jarak dengannya.Malam itu, di kontrakan kecilku, aku tidak bisa tidur. Pikiranku berputar keras,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status