Share

Bab 8

Author: Bemine
last update Last Updated: 2025-05-02 15:19:01

Namun, saat keluar dari kamar, aku hanya melihat kabut gelap di seluruh penjuru rumah. Seolah-olah ada sesuatu yang sedang di bakar.

“Astagfirullah!” pekikku sembari menahan napas dan mengipas tangan di depan muka.

Kabut hitam itu rupanya asap, sangat pekat dan menyesakkan. Entah apa yang telah terjadi hingga seluruh rumah jadi begini.

Aku teringat jika sesaat lalu Ninik diminta untuk memasak. Lalu, kuarahkan tujuan menuju dapur dengan perasaan tidak karuan, bahkan Bang Fahri di belakang kuabaikan seperti tidak terlihat.

Benar saja, saat aku tiba di dapur, kudapati Ninik sedang mencolek-colek wajan berasap dengan sutil. Dia meringis beberapa kali, kemudian mencolek lagi.

“Apa yang kamu lakukan, Ninik? Kamu mau bakar rumah ini?” jeritku.

Tanpa pikir panjang, aku berlari ke arahnya kemudian mematikan kompor yang menyala. Ninik sedang menggoreng telur di dalam minyak gosong karena api yang terlalu besar.

“Apa lagi, aku lagi masak telur!” sahutnya. Perempuan itu masih mencolek-colek minya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 9

    Begitulah semuanya berlalu dengan lambat dan sakit. Dua hari menjelang pernikahan Bang Fahri dengan Ninik, aku kenyang jadi buah bibir Masyarakat. Mereka menyalahkanku yang tidak pandai mengurus diri, tidak modis dan hanya berpakaian sederhana, sampai akhirnya pria itu memilih menikahi Ninik. Tapi sekalipun begitu, aku tidak pernah menundukkan kepala, kutelan bulat-bulat semuanya sebelum Bang Fahri dan Ninik menikah.Aku sudah keluar sejak siang, mengendarai motor, seorang diri. Semua ini demi menghindari pertikaian di rumah yang tidak berkesudahan, tentunya untuk melindungi mentalku sendiri.“Beneran kamu bakal diam saja, Ris?” Salah satu Perempuan yang jadi teman baru di kota itu berbicara lantang saat aku muncul di warungnya.Kak Nah- begitulah beliau dipanggil. Semua orang tahu kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan di masa lalu. Bahkan saat kuperlihatkan foto keluargaku, beliau bilang ingin jadi istri Ayah andai belum menikah. “Biarkan saja, Kak. Aku sudah tidak peduli lag

    Last Updated : 2025-05-03
  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 10

    “Ris, aku belum selesai bicara!” tahannya dengan intonasi yang tidak jelas.Saat aku berbalik, mulut Bang Fahri dipenuhi mi instan, bahkan ada yang menggelantung keluar dari bibirnya. Entah kenapa Bang Fahri jadi semakin menyedihkan. Ke mana perginya harga dirinya yang tinggi itu?“Kenapa lagi, Bang? Aku mau keluar, mau masak makan malam!” sahutku sembari mencebik.“Itu, Ris … ibu bilang kamu punya banyak uang. Kamu sering keluar akhir-akhir ini, mungkin sudah dapat kerja dan digaji. Bisa enggak uangnya buat aku dulu? Biaya nikah belum cukup, Ris.”“Hah?” Aku memekik sampai urat di leherku bermunculan.Menyesal sekali aku bersikap baik pada pria itu. Apa dia mengira kalau aku sudah melunak saat seluruh perasaanku dicabik-cabik olehnya sesuka hati?“Iya, transfer saja ya, Ris? Ibu bilang, kamu lagi pegang banyak duit. Aku butuh sedikit lagi buat tambah seserahan, bayar catering dan dekor. Enggak banyak, Ris … barang delapan juta lagi,” jelas Bang Fahri yang membuatku mengepalkan tangan

    Last Updated : 2025-05-04
  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 11

    “Fahri itu suamimu!”“Bang Fahri juga anak Ibu, bukannya Ibu yang selalu bilang kalau anak lelaki adalah milik ibunya sampai kapanpun? Lalu kenapa bukan Ibu yang turun tangan membantu Bang Fahri?” paparku sembari membuang pandangan.Kedua mataku sakit karena harus melihat orang-orang ini. Entah sejak kapan … mereka sudah berganti pakaian mewah, memakai perhiasan yang kutebak palsu semuanya, bahkan menyemprot minyak wangi sampai hidungku jadi gatal.Apalagi Ninik yang sudah seperti gadis India saja. Dia memakai pakaian yang mirip dengan sari India, lalu headpiece di kepala serta anting yang besar.

    Last Updated : 2025-05-05
  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 12

    Bang Fahri yang mendengar hal itu gegas berdiri. Tubuhnya tegang, matanya membola. Dia menatap lurus ke arah pintu, lalu mengepalkan kedua tangan.Di belakangnya, Ninik menundukkan muka. Dia tidak mampu berkutik meski hanya sedetik.Wajah cantiknya yang berpoles riasan juga tidak mampu menutupi betapa gelisahnya dia saat ini. Bahkan saat hendak berdiri dari sofa, Ninik goyah, hampir saja dirinya rubuh ke samping.“Enak saja kamu, Ninik! Ini tugasmu jagain anak-anak. Aku sudah bilang, aku tidak sempat mengurus anak-anak, jadi kukirimkan uang nafkah mereka tiap bulan. Tapi kemarin aku ngalah karena kukira kamu beneran kesulitan dan sakit, rupanya kamu ngec

    Last Updated : 2025-05-06
  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 13

    “Rencana?” Aku bergidik ngeri.Kuulas senyum ke arah Ninik. Perempuan itu sudah bersimbah air mata, riasan cantiknya rusak tidak berupa, bahkan rambutnya yang disanggul juga mulai tidak berbentuk. Dibanding pengantin, Ninik lebih mirip depresi.“Kamu sengaja ngelakuin ini semua biar aku dan Bang Fahri tidak jadi nikah, kan?” pekiknya meski ketiga anaknya ada bersamanya. “Tega kamu, Riska!”“Tega? Aku tega gimana, Ninik? Kamu mau nuduh aku gagalin pernikahan kalian, tapi kalian sudah nikah,” balasku dengan suara yang lembut.

    Last Updated : 2025-05-06
  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 14

    “Apa, Bang?” Aku tercengang mendengar permintaan Bang Fahri.Pria itu bergeming. Tubuhnya hanya condong padaku, padahal di sekitarnya ada orang lain yang mulai memperhatikan. Entah itu Ninik, kerabatnya, atau mungkin ibu mertua dan Salma. Aku tidak begitu yakin, karena saat ini seluruh tubuhku hanya tertaut pada Bang Fahri.“Iya. Riska, kamu kembali ke kamar kita, ya? Abang izinkan kamu untuk tinggal di sana lagi. Nanti, Ninik yang akan menetap di kamar itu,” ujarnya seraya menunjuk kamar belakang yang beberapa malam ini kutempati dengan ujung mata.Seketika aku tergelak. Perut ini tergelitik mendengar konyolnya perkataan Bang Fahri. Ap

    Last Updated : 2025-05-07
  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 15

    Kutatap Ninik lalu Bang Fahri. Pria itu malah berjalan ke arahku.“Iya, Dek. Iya … aku tidak akan menjual rumah ini. Aku juga akan pindah ke kamar belakang, jadi kamu jangan marah-marah lagi, ya?” bujuknya seraya mengangkat tangan.Bang Fahri hendak menyentuhku, tapi buru-buru aku mundur. Seluruh tubuh ini jijik, tidak lagi ingin disentuh oleh pria sepertinya.“Sudah, aku tidak mau dengar apa-apa.”Kudorong Bang Fahri agar jarak membentang di antara kami. Kemudian, sorot mata jatuh pada Salma yang kini melirik. Akhirnya, dia tertari

    Last Updated : 2025-05-07
  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 16

    Kuabaikan mereka, kepalaku bisa sakit parah jika terus bertahan di rumah. Tapi, melihat mereka mulai bertengkar satu sama lain dan berdebat begini, membuatku sedikit senang. Ninik sudah tidak lagi jadi idaman ibu mertua, dan Bang Fahri yang selalu mengira dirinya paling hebat itu pusing tujuh keliling karena tertimbun hutang.Kuputuskan untuk keluar usai menghubungi Bang Zul. Kami akan bertemu, membahas beberapa hal dan merencanakan sesuatu. Saat matahari meninggi, aku tiba di sebuah restoran. Dari kejauhan, kulihat punggung pria itu. Dia sedang berkutat dengan laptop dan gawai seorang diri.“Aku sudah datang, Bang.”Senyumku merekah, melihat Bang Zul yang kebingungan, sedikitpun aku tidak bisa mengungkiri kalau aku bahagia dengan kejadian kemarin. Bang Fahri yang kaget dan kesal, ibu mertua yang tertipu serta Ninik yang kini diperlakukan seperti pembantu.Bukankah ini baru permulaan? Tapi rasanya sudah sangat mendebarkan.“Duduk di sini Ris. Aku bau! Habis ngecek pasokan daging di Gu

    Last Updated : 2025-05-08

Latest chapter

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 16

    Kuabaikan mereka, kepalaku bisa sakit parah jika terus bertahan di rumah. Tapi, melihat mereka mulai bertengkar satu sama lain dan berdebat begini, membuatku sedikit senang. Ninik sudah tidak lagi jadi idaman ibu mertua, dan Bang Fahri yang selalu mengira dirinya paling hebat itu pusing tujuh keliling karena tertimbun hutang.Kuputuskan untuk keluar usai menghubungi Bang Zul. Kami akan bertemu, membahas beberapa hal dan merencanakan sesuatu. Saat matahari meninggi, aku tiba di sebuah restoran. Dari kejauhan, kulihat punggung pria itu. Dia sedang berkutat dengan laptop dan gawai seorang diri.“Aku sudah datang, Bang.”Senyumku merekah, melihat Bang Zul yang kebingungan, sedikitpun aku tidak bisa mengungkiri kalau aku bahagia dengan kejadian kemarin. Bang Fahri yang kaget dan kesal, ibu mertua yang tertipu serta Ninik yang kini diperlakukan seperti pembantu.Bukankah ini baru permulaan? Tapi rasanya sudah sangat mendebarkan.“Duduk di sini Ris. Aku bau! Habis ngecek pasokan daging di Gu

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 15

    Kutatap Ninik lalu Bang Fahri. Pria itu malah berjalan ke arahku.“Iya, Dek. Iya … aku tidak akan menjual rumah ini. Aku juga akan pindah ke kamar belakang, jadi kamu jangan marah-marah lagi, ya?” bujuknya seraya mengangkat tangan.Bang Fahri hendak menyentuhku, tapi buru-buru aku mundur. Seluruh tubuh ini jijik, tidak lagi ingin disentuh oleh pria sepertinya.“Sudah, aku tidak mau dengar apa-apa.”Kudorong Bang Fahri agar jarak membentang di antara kami. Kemudian, sorot mata jatuh pada Salma yang kini melirik. Akhirnya, dia tertari

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 14

    “Apa, Bang?” Aku tercengang mendengar permintaan Bang Fahri.Pria itu bergeming. Tubuhnya hanya condong padaku, padahal di sekitarnya ada orang lain yang mulai memperhatikan. Entah itu Ninik, kerabatnya, atau mungkin ibu mertua dan Salma. Aku tidak begitu yakin, karena saat ini seluruh tubuhku hanya tertaut pada Bang Fahri.“Iya. Riska, kamu kembali ke kamar kita, ya? Abang izinkan kamu untuk tinggal di sana lagi. Nanti, Ninik yang akan menetap di kamar itu,” ujarnya seraya menunjuk kamar belakang yang beberapa malam ini kutempati dengan ujung mata.Seketika aku tergelak. Perut ini tergelitik mendengar konyolnya perkataan Bang Fahri. Ap

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 13

    “Rencana?” Aku bergidik ngeri.Kuulas senyum ke arah Ninik. Perempuan itu sudah bersimbah air mata, riasan cantiknya rusak tidak berupa, bahkan rambutnya yang disanggul juga mulai tidak berbentuk. Dibanding pengantin, Ninik lebih mirip depresi.“Kamu sengaja ngelakuin ini semua biar aku dan Bang Fahri tidak jadi nikah, kan?” pekiknya meski ketiga anaknya ada bersamanya. “Tega kamu, Riska!”“Tega? Aku tega gimana, Ninik? Kamu mau nuduh aku gagalin pernikahan kalian, tapi kalian sudah nikah,” balasku dengan suara yang lembut.

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 12

    Bang Fahri yang mendengar hal itu gegas berdiri. Tubuhnya tegang, matanya membola. Dia menatap lurus ke arah pintu, lalu mengepalkan kedua tangan.Di belakangnya, Ninik menundukkan muka. Dia tidak mampu berkutik meski hanya sedetik.Wajah cantiknya yang berpoles riasan juga tidak mampu menutupi betapa gelisahnya dia saat ini. Bahkan saat hendak berdiri dari sofa, Ninik goyah, hampir saja dirinya rubuh ke samping.“Enak saja kamu, Ninik! Ini tugasmu jagain anak-anak. Aku sudah bilang, aku tidak sempat mengurus anak-anak, jadi kukirimkan uang nafkah mereka tiap bulan. Tapi kemarin aku ngalah karena kukira kamu beneran kesulitan dan sakit, rupanya kamu ngec

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 11

    “Fahri itu suamimu!”“Bang Fahri juga anak Ibu, bukannya Ibu yang selalu bilang kalau anak lelaki adalah milik ibunya sampai kapanpun? Lalu kenapa bukan Ibu yang turun tangan membantu Bang Fahri?” paparku sembari membuang pandangan.Kedua mataku sakit karena harus melihat orang-orang ini. Entah sejak kapan … mereka sudah berganti pakaian mewah, memakai perhiasan yang kutebak palsu semuanya, bahkan menyemprot minyak wangi sampai hidungku jadi gatal.Apalagi Ninik yang sudah seperti gadis India saja. Dia memakai pakaian yang mirip dengan sari India, lalu headpiece di kepala serta anting yang besar.

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 10

    “Ris, aku belum selesai bicara!” tahannya dengan intonasi yang tidak jelas.Saat aku berbalik, mulut Bang Fahri dipenuhi mi instan, bahkan ada yang menggelantung keluar dari bibirnya. Entah kenapa Bang Fahri jadi semakin menyedihkan. Ke mana perginya harga dirinya yang tinggi itu?“Kenapa lagi, Bang? Aku mau keluar, mau masak makan malam!” sahutku sembari mencebik.“Itu, Ris … ibu bilang kamu punya banyak uang. Kamu sering keluar akhir-akhir ini, mungkin sudah dapat kerja dan digaji. Bisa enggak uangnya buat aku dulu? Biaya nikah belum cukup, Ris.”“Hah?” Aku memekik sampai urat di leherku bermunculan.Menyesal sekali aku bersikap baik pada pria itu. Apa dia mengira kalau aku sudah melunak saat seluruh perasaanku dicabik-cabik olehnya sesuka hati?“Iya, transfer saja ya, Ris? Ibu bilang, kamu lagi pegang banyak duit. Aku butuh sedikit lagi buat tambah seserahan, bayar catering dan dekor. Enggak banyak, Ris … barang delapan juta lagi,” jelas Bang Fahri yang membuatku mengepalkan tangan

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 9

    Begitulah semuanya berlalu dengan lambat dan sakit. Dua hari menjelang pernikahan Bang Fahri dengan Ninik, aku kenyang jadi buah bibir Masyarakat. Mereka menyalahkanku yang tidak pandai mengurus diri, tidak modis dan hanya berpakaian sederhana, sampai akhirnya pria itu memilih menikahi Ninik. Tapi sekalipun begitu, aku tidak pernah menundukkan kepala, kutelan bulat-bulat semuanya sebelum Bang Fahri dan Ninik menikah.Aku sudah keluar sejak siang, mengendarai motor, seorang diri. Semua ini demi menghindari pertikaian di rumah yang tidak berkesudahan, tentunya untuk melindungi mentalku sendiri.“Beneran kamu bakal diam saja, Ris?” Salah satu Perempuan yang jadi teman baru di kota itu berbicara lantang saat aku muncul di warungnya.Kak Nah- begitulah beliau dipanggil. Semua orang tahu kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan di masa lalu. Bahkan saat kuperlihatkan foto keluargaku, beliau bilang ingin jadi istri Ayah andai belum menikah. “Biarkan saja, Kak. Aku sudah tidak peduli lag

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 8

    Namun, saat keluar dari kamar, aku hanya melihat kabut gelap di seluruh penjuru rumah. Seolah-olah ada sesuatu yang sedang di bakar.“Astagfirullah!” pekikku sembari menahan napas dan mengipas tangan di depan muka.Kabut hitam itu rupanya asap, sangat pekat dan menyesakkan. Entah apa yang telah terjadi hingga seluruh rumah jadi begini.Aku teringat jika sesaat lalu Ninik diminta untuk memasak. Lalu, kuarahkan tujuan menuju dapur dengan perasaan tidak karuan, bahkan Bang Fahri di belakang kuabaikan seperti tidak terlihat.Benar saja, saat aku tiba di dapur, kudapati Ninik sedang mencolek-colek wajan berasap dengan sutil. Dia meringis beberapa kali, kemudian mencolek lagi.“Apa yang kamu lakukan, Ninik? Kamu mau bakar rumah ini?” jeritku.Tanpa pikir panjang, aku berlari ke arahnya kemudian mematikan kompor yang menyala. Ninik sedang menggoreng telur di dalam minyak gosong karena api yang terlalu besar.“Apa lagi, aku lagi masak telur!” sahutnya. Perempuan itu masih mencolek-colek minya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status