Share

AKAL BULUS ALDI

Author: Rara Qumaira
last update Last Updated: 2022-12-16 18:00:59

Bab 4

AKAL BULUS ALDI

"Pesan dari siapa?" tanya Aldi.

"Ha … ow dari teman. Mau ngajak ketemuan, mumpung dia disini," sahut Sekar.

Aldi mengangguk paham. Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah Sekar. Aldi segera turun dari mobil. Dia mengitari setengah badan mobil dan membukakan pintu untuk Sekar.

"Silahkan, Tuan Putri!" ujarnya.

"Terimakasih, Pangeranku!" ujar Sekar sembari tersenyum.

"Mau mampir?" tambahnya

"Gak deh. Lain kali saja. Males!" sahut Aldi.

"Kok males? Kenapa?" tanya Sekar penasaran.

"Ada satpamnya," jawab Aldi sembari berbisik di telinga Sekar. Mendengar hal itu, Sekar tak dapat menahan tawanya.

"Ha ... aku bilangin Bunda, lho!"

"Jangan dong! Ntar, aku malah gak boleh ngajak kamu jalan lagi!"

"Habisnya ... kamu ngatain Bunda satpam," rajuk Sekar.

"Mau gimana lagi. Kalau di rumah kamu, aku gak boleh ngapa-ngapain. Cium kamu aja dilarang. Untungnya sayang," sahut Aldi.

Sekar masih melanjutkan tertawa. Memang, saat Aldi main ke rumahnya, Bunda Sekar selalu mengawasi.

"Ya sudah. Kalau begitu, aku masuk dulu, ya!" pamit Sekar.

"Bentar!"

"Ada apa?" tanya Sekar.

Aldi menyandarkan tubuh Sekar ke badan mobil.

"Kamu belum memberikan ciuman perpisahan."

"Jangan, nanti dimarahi Bunda."

Aldi celingukan.

"Gak ada," sahutnya.

"Ekhm ...," suara deheman Irma mengagetkan Aldi saat dia akan melakukan aksinya. Sekar tersenyum tertahan.

"Selamat sore, Tante!" sapa Aldi.

"Selamat sore!" sahut Irma.

"Saya permisi dulu, Tante!"

"Hm ...."

Aldi segera masuk ke dalam mobil dan meluncur meninggalkan rumah Sekar.

"Ayo, masuk!" ajak Bundanya.

"Iya, Bun!" sahut Sekar sembari menggandeng Bundanya.

"Sampai kapan kamu seperti ini?" tanya Bundanya.

"Bun, kita kan, sudah pernah bahas masalah ini."

"Tapi Bunda masih gak rela lihat kamu dipegang-pegang pria itu. Apapun alasannya, kalian belum menikah."

"Bunda gak usah khawatir, aku bisa jaga diri, kok."

"Tapi tetap saja, Bunda khawatir terjadi sesuatu sama kamu."

"Bun, aku sudah pernah mengalami yang lebih buruk dari itu. Bunda gak perlu khawatir," sahut Sekar.

"Terserah kamu!" sahut Irma.

"Bunda jangan marah, dong! Sekar hanya ingin membalas mereka. Mereka bukan hanya membuat hidup kita sulit dan menderita, tapi mereka juga penyebab hancurnya hidupku. Aku tidak akan berhenti sampai mereka benar-benar menderita," sahut Sekar.

"Terserah! Satu pesan Bunda, hati-hati! Udah, sana mandi dulu!"

"Siap, Bundaku sayang!"

*********************

Aldi masuk ke dalam rumah sambil bersiul senang. Dia segera naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamar.

Dia mengernyitkan dahi. Tak biasanya, kamarnya gelap. Aldi segera menyalakan lampu.

Ceklek.

Untuk sesaat, dia tertegun. Kamarnya sangat berantakan seperti kapal pecah. Bantal dan selimut berserakan. Tampak Nasha tertelungkup di atas kasur.

"Sayang … kamu kenapa? Ada apa ini?" tanya Aldi heran.

Nasha segera bangkit dari tempat tidurnya.

"Kamu jahat … kamu jahat! Kamu sudah hianatin aku! Kamu jahat!" teriak Nasha sembari memukul dada Aldi.

"Sayang … kamu kenapa? Jangan seperti ini! Tolong jelaskan sama aku!" ujar Aldi sembari berusaha menghentikan aksi Nasha.

"Kamu jahat, Mas! Kenapa kamu hianati aku?" tanya Nasha tergugu.

"Sayang … aku gak pernah hianati kamu. Siapa yang bilang? Cepat katakan!"

Nasha beranjak, lalu mengambil ponselnya. Diperlihatkannya isi ponselnya kepada suaminya.

Aldi sangat terkejut. Disana, terpampang jelas foto-fotonya saat berciuman dengan Sekar di restoran tadi. Aldi mulai panik. Keringat membasahi pelipisnya.

"Sayang … ini tidak seperti yang kamu fikirkan," ujar Aldi membela diri.

"Apa yang tidak seperti aku pikirkan? Foto-foto itu sudah jelas," teriak Nasha sembari memukuli dada suaminya.

Aldi segera memegang tangan Nasha dan memaksanya membawa ke dalam pelukan. Meski awalnya berontak, namun akhirnya Nasha bisa tenang. Dia menangis tergugu di pelukan suaminya.

Perlahan, Aldi memapah istrinya untuk duduk di sisi tempat tidur.

"Maafkan aku, Sayang! Tapi, itu tidak seperti yang kamu pikirkan!"

"Siapa wanita itu?" tanya Nasha sembari terisak.

"Dia … teman kuliahku dulu. Tadi itu … aku janjian sama Dito, tapi Ditonya tiba-tiba gak bisa datang. Pas aku mau pulang, gak sengaja ketemu dia, trus kita ngobrol."

"Ngobrol apa pacaran?" ujar Nasha sewot.

"Ngobrol, Sayangku. Awalnya ngobrol biasa saja, tapi sepertinya dia terpesona dengan kesuksesanku sekarang, lalu dia mencoba merayu aku. Tiba-tiba saja dia menciumku, aku sudah berusaha mengelak. Beneran deh!"

"Tapi kamu suka, kan?"

"Gak dong, Sayang! Kalau aku suka, udah aku ladenin! Tapi tadi itu, aku berusaha menolak. Mungkin yang ngirim foto itu lihatnya pas dia nyium aku, tapi gak lihat pas aku nolaknya. Memang, siapa sih, yang ngirim foto-foto gak jelas seperti itu?" tanya Aldi.

"Gak tahu. Cuma nomor aja. Aku hubungi gak bisa," sahut Nasha dengan sisa tangisnya.

Aldi memeluk istrinya.

"Mulai sekarang, jangan percaya dengan hal-hal seperti itu lagi, ya? Aku cuma cinta sama kamu. Mau digoda seperti apapun, aku gak akan goyah," ujar Aldi.

Nasha tersenyum dikulum.

"Beneran?" tanya Nasha.

"Iya, Sayang!" ujar Aldi.

"Jangan diulangi lagi!" ujar Nasha masih cemberut.

"Gak akan!" sahut Aldi berusaha meyakinkan.

"Diluar sana, pasti banyak wanita yang menginginkan kamu. Kamu kan tampan, kaya lagi."

"Biarian aja. Yang penting,dihatiku hanya ada kamu," rayu Aldi.

Aldi menundukkan wajahnya, lalu ia mencium kening dan pipi istrinya. Saat dia akan melanjutkan aksinya, Nasha menghentikan gerakannya.

"Gak mau, mandi dulu sana! Itu bekasnya orang!" ujar Nasha cemberut.

"Oke deh, sayang!" sahut Aldi, lalu tiba-tiba dia membopong tubuh istrinya.

"Mas, aku mau dibawa kemana?" protes Nasha.

"Kita mandi bareng, aku kangen," bisik Aldi tepat di telinganya.

"Terimakasih, Sayang! Kamu memang yang terbaik!" ujar Aldi, lalu mencium kening istrinya usai mereka melakukan aktivitas panas di atas ranjang.

"Aku sudah memberikan segalanya untuk kamu, jadi, jangan hinaati aku ya!" ujar Nasha.

"Tentu, sayang! Aku tidak mungkin menduakan kamu!"

Aldi tersenyum lega. Kali ini, dia masih selamat. Nasha mempercayai segala ucapannya.

"Sayang!" panggil Nasha.

"Hm!"

"Kondisi perusahaan bagaimana?" tanya Nasha.

Aldi menghembuskan napas panjang.

"Belum ada perubahan, Sayang!" sahut Aldi lesu.

"Yach … padahal, aku udah pengen shoping! Udah lama aku gak shoping-shoping!" sahut Nasha cemberut.

"Kamu shoping pakai uang yang ada saja, Sayang!" sahut Aldi.

"Kurang! Uang segitu dapat apaan? Biasanya kan, tiga kali lipat dari itu!" sahut Nasha cemberut. Memang, akhir-akhir ini, Aldi memangkas habis uang belanja Nasha dan diberikan kepada Sekar.

"Kamu sabar dulu, ya, Sayang! Kalau keuangan perusahaan sudah stabil, aku akan kembalikan uang belanja kamu seperti semula," ujar Aldi.

"Beneran ya?"

"Iya, sayang! Kamu tenang saja! Aku kerja kan, memang buat kamu!"

"Memangnya, gak ada yang bisa dilakukan agar perusahaan stabil lagi?" tanya Nasha. Selama ini, Aldi beralasan pengurangan uang belanja itu karena kondisi perusahaan yang sedang tidak baik-baik saja.

"Ada sih, tapi …." sahut Aldi menggantung.

"Tapi kenapa, sayang?"

"Tapi … perusahaan butuh suntikan dana."

"Berapa?" tanya Nasha.

"Sekitar lima miliar."

"Apa? Banyak sekali?" ujar Nasha terkejut.

"Iya, Sayang. Makanya aku juga bingung."

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Nasha.

"Sebenarnya … ada satu jalan keluar."

"Apa itu?" tanya Nasha penasaran.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   HARI PERNIKAHAN

    “Terima kasih karena kamu sudah menyelamatkan aku hari ini,” ujar Vano dengan mimik wajah serius. Sekar menatap menatap wajah sahabatnya tersebut dengan mimik wajah yang semakin kebingungan. “Apaan sih? Aku gak ngerti deh!” ujar Sekar lagi. Vano terkekeh geli menatap wajah wanita di hadapannya yang menurutnya terlihat lucu dan menggemaskan.“Lho, Van, dari tadi?” tanya Irma yang tiba-tiba muncul.“Bunda!” seru Vano, lalu bangkit dari posisinya dan mencium punggung tangan wanita paruh baya tersebut.“Barusan, Bun. Aku kangen sama masakan bunda, makanya main kesini,” sahut Vano seraya terkekeh.“Ayo langsung ke ruang makan. kebetulan bunda hari ini masak kesukaan kamu,” sahut Irma. “Asyik ... kayaknya bunda sudah ada feeling aku mau main nih!” ujar Vano. Dengan santai, dia menggandeng lengan wanita paruh baya tesebut menuju ruang makan meninggalkan Sekar yang masih bengong di tempatnya. Selang tak berapa lama kemudian, Sekar pun sudah menyusul mereka.***“Van!” panggil Sekar. Saat ini

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   TERJEBAK

    BAB 39TERJEBAKVano melepaskan jasnya dan melonggarkan dasinya untuk mengurai rasa panas yang menguasai tubuhnya. Sayangnya, usaha yang dia lakukan sia-sia, tubuhnya semakin tak dapat dikendalikan. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Airin masuk ke dalam ruangan dengan membawa secangkir minuman. Pakaian yang melekat erat ditubuhnya, ditambah lagi dua kancing yang terbuka di bagian atas membuat Vano menatapnya tanpa berkedip. Vano meneguk ludahnya kasar.“Kamu kenapa, van? Sakit?” tanya Airin. Vano tak menjawab. Pandangannya masih terfokus pada gundukan kenyal yang terlihat menantang di hadapannya. Airin tersenyum tipis penuh kemenangan, lalu dengan santainya duduk di pangkuan pria tersebut.“Wow ... aku bahkan bisa merasakannya. Mau aku bantu melepaskannya?” ujar Airin dengan gaya manjanya seraya mengusap dada Vano dengan lembut. Tubuh Vano semakin memanas. Spontan, dia meraih tengkuk wanita tersebut, lalu menyambar bibirnya dengan lumatan yang panas. Airin semakin diatas angin. Ta

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEJUJURAN VANO

    BAB 38KEJUJURAN VANO“Berdasarkan bukti-bukti dan kesaksian para saksi, maka saudara Aldi Wiratama dinyatakan bersalah dengan hukuman tujuh tahun penjara.” Ketuk palu hakim, mengakhiri jalannya sidang hari ini. Aldi menghembuskan nafas lega. Meskipun dia harus mendekam dalam penjara, setidaknya hukumannya jauh lebih ringan dari tuntutan yang seharusnya yaitu dua belas tahun penjara. Nasha pun tak kuasa menahan air matanya. Kini, dia harus berjuang seorang diri membesarkan anaknya nantinya.Usai sidang selesai, Nasha menghampiri sang suami sebelum kembali di bawa lapas."Mas!" ujar Nasha lirih."Jaga anak kita baik-baik. Maaf aku tidak menemani kamu membesarkan anak kita nantinya!" ujar Aldi."Mas!" Spontan, Nasha mendekap tubuh sang suami dengan erat. Dia menangis tergugu dalam pelukan sang suami.“Aku akan membebaskan kamu, Sha. Aku tidak akan mengikatmu dalam ikatan pernikahan yang tidak sehat ini. Nasha Syakilla binti Suwito, aku ja---“ Belum selesai Aldi menyelesaikan kalimatnya

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   PERMINTAAN ALDI

    BAB 37PERMINTAAN ALDI “Saudara Aldi, anda yang ingin bertemu dengan Anda!” ujar seorang petugas sipir, lalu membuka pintu penjara. Dengan penuh semangat, Aldi bangkit dari posisinya, lalu melangkahkan kakinya. Dia mendengus dengan kesal saat tahu siapa yang datang menjenguknya.“Sayang ... bagaimana keadaan kamu?” tanya Nasha seraya memeluk tubuh sang suami. “Sha ... apaan sih?” protes Aldi seraya mendorong tubuh sang istri perlahan agar menjauh.“Mas ... kamu kenapa sih?” tanya Nasha bingung.“Gak enak dilihat petugas,” sahut Aldi cuek, lalu melangkahkan kakinya dan duduk di kursi yang telah disediakan. Nasha pun mengernyitkan dahinya heran. Namun, tak urung, dia mengikuti langkah sang suami dan duduk di hadapannya. “Kamu kenapa, Mas?” tanya Nasha.“Apanya yang kenapa?” tanya Aldi.“Sejak kemarin, kamu berubah jadi cuek,” sahut Nasha.“Biasa saja.”“Gak, aku yakin pasti ada sesuatu. Katakan, ada apa sebenarnya?” desak Nasha.“Sudah ku bilang tidak ada. Untuk apa kamu kesini?” tan

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   SIDANG PERDANA

    BAB 36SIDANG PERDANA‘Aku tidak rela wanita itu menguasai perusahaan. Enak saja, aku yang mendampingi Mas Hisyam hingga seperti sekarang, malah dia yang dapat warisan. Rugi dong perjuanganku selama ini!’ ujarnya dalam hati.“Maaf, Bu, untuk keperluan administrasi, saya tetap meminta pembayaran di depan!” ujar Pak Adnan.“Tentu saja, Pak! Berapa saya harus membayarnya?” tanya winda dengan gaya elegannya. Pak Adnan menyerahkan sebuah kertas yang berisi rincian dana yang harus dibayarkan. Wind amenelan ludah kasar melihat angka tersebut. Sebenarnya itu memang harga yang pantas untuk pengacara sekelas Adnan Wijaya. Masalahnya, saat ini dia sedang pailit. Uang segitu tentu saja sangat berharga untuknya.“Em ... saya akan membayarnya separuh. Untuk sisanya ... bagaimana kalau saya bayar dengan cara lain!” ujar Winda.“Maksudnya?” tanya Pak Adnan bingung. Dengan penuh percaya diri, Winda melangkah mendekati pria paruh baya tersebut seraya melepaskan beberapa kancingnya sehingga menampakkan p

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEDATANGAN AIRIN

    BAB 35KEDATANGAN AIRINKring .... Tiba-tiba, ponsel Vano berbunyi.“Halo, Pa! Ada apa?” tanya Vano.“_____.”“Sudah, Pa. Dia ada disini sekarang,” sahut Vano smabil melirik kesal pada Airin.“____.”“Gak bisa gitu dong, Pa! Dia itu tidak kompeten!” “____.”“Tapi, Pa ....”“____.”“Iya, iya!” sahut Vano sambil bersungut-sungut. Airin mendengarkan pembicaraan mereka sambil senyum-senyum. Meski tidak tahu pasti, namun dia bisa menebak arah pembicaraan mereka.Klik. Vano memutusukan panggilan teleponnya. Dia menghela nafas panjang beberapa kali untuk menenangkan diri.“Bagaimana, Pak Vano?” ujar Airin sambil tersenyum manis. Vano merasa semakin muak.“Baiklah, kamu diterima, tapi ____.”“Yey ... terima kasih, Van!” ujar Airin gembira sambil bertepuk tangan.“Aku belum selesai bicara!” bentak Vano. Airin segera menghentikan aksinya sebelum Vano benar-benar marah padanya. “Oke, lanjutkan!” ujar Airin.“Kamu diterima, tapi, jika dalam masa percobaan selama satu bulan kinerja kamu mengece

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEMBALI MASUK PENJARA

    BAB 34KEMBALI MASUK PENJARA“Bapak Aldi telah melakukan kesalahan. Jadi, pihak penggugat mengajukan permohonan pembatalan pembebasan bersyarat atas nama Bapak Aldi.” Petugas kepolisian tersebut memberikan penjelasan.“Memangnya apa yang dilakukan suami saya?” tanya Nasha emosi.“Sha, kendalikan emosimu. Sebaiknya, kamu panggil Aldi kesini.”“Tapi, Ma, kalau Mas Aldi kesini, nanti mereka akan menangkapnya,” sahut Nasha keberatan.“kalau kamu tidak menyuruh Aldi kesini, yang ada dia akan menjadi buronan. Hukumannya bisa semakin berat,” sahut Winda.Dengan langkah berat, Nasha memanggil Aldi yang sedang berbaring di kamarnya.“Mas, bangun! Ada yang nyari kamu di depan!” ujar Nasha.“Siapa, Sha?” sahutnya dengan suara serak, khas orang baru bangun tidur.“Polisi.”“Apa? Mau apa mereka kesini?”“Mereka bilang mau menangkap kamu. Katanya, kamu melakukan kesalahan sehingga pihak Sekar meminta pembatalan penangguhan penahanan. Memangnya, apa yang sudah kamu lakukan sama Sekar?” tanya Nasha t

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEMARAHAN ALDI

    BAB 33KEMARAHAN ALDI"Secara hukum, saya pemilik sah perusahaan ini dan saya sudah mengambil alih kepemimpinan perusahaan ini. Kamu tidak punya hak apapun," sahut Sekar."Jadi itu alasan kamu memblokir semua kartuku? Itu ulah kamu, bukan?" "Tentu saja. Itu kartu milik perusahaan. Aku tidak mungkin membiarkan kamu memegangnya," sahut Sekar santai."Tapi tetap saja, kamu tidak tahu apa-apa mengenai perusahaan ini," ujar Aldi."Apa Anda lupa berapa lama saya menjadi sekretaris Anda?" sahut Sekar.Aldi tak dapat menjawab. Dia mulai gusar.“Apa kamu akan menguasai perusahaan ini sendiri? Jangan lupa, disini ada hak Nasha dan mamanya.”“Tidak ada berkas yang membuktikan bahwa mereka memiliki hak atas perusahaan ini.”“Mereka sedang memperjuangkan haknya. Tunggu saja!” ujar Aldi.“Tentu. Aku juga ingin tahu sejauh mana usaha mereka,” sahut Sekar santai.“Terserah kamu, tapi …." Aldi menggantung ucapannya."Apa?" tanya Sekar."Kembalikan semua yang sudah kuberikan sama kamu!" Sekar terkeke

  • Kau Hancurkan Hidup Ibuku, Ku Hancurkan Hidup Anakmu   KEDATANGAN ALDI

    BAB 32KEDATANGAN ALDI“Pasti berhubungan dengan wanita itu, kan?”“Sudahlah, Pa. Jangan mengait-ngaitkan Sekar. lagian, ini gak papa, kok. Hanya bengkak sedikit, sebentar juga sembuh.”"Dasar bucin! Sekarang Papa mau tanya. Kenapa dia hari ini gak masuk?”“Dia ada pertemuan dengan pengacara ayahnya, Pa.”“Baru juga bekerja, sudah beberapa kali izin. Kamu tidak bisa seperti itu, Van. Bagaimana tanggapan karyawan lain? Mereka pasti berfikir kamu pilih kasih," ujar Papa Vano."Biarin sajalah, Pa, mereka mau bilang apa. Aku yang lebih tahu mengenai Sekar. Jika tidak ada hal yang benar-benar penting, dia tidak mungkin izin.""Ini yang Papa tidak suka dari kamu. Lembek kalau sudah masalah wanita itu," ujar Sang Papa tak suka.“Pa, jangan begitu dong! Ini aku sudah memenuhi permintaan Papa untuk membantu mengurus perusahaan.”“Papa tahu. Tapi kalau sekretaris kamu sering izin begini, pekerjaannya akan terbengkalai. Yang repot kamu juga!”“Papa gak usah khawatir, aku bisa mengatasi kok!” “T

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status