Share

2. Pengkhianat

Jantung Risa mencelus, air mata menggenang di kedua pelupuk matanya, rasa sesak mengimpit dadanya. Risa pikir sang anak meninggal karena mengalami gagal jantung dan komplikasi akibat lahir prematur. Namun, apa yang tadi Risa dengar barusan?

"Anak itu akan membawa sial kalau dibiarkan hidup! Aku harus cepat-cepat menghabisinya karena dia bisa menghancurkan reputasiku!"

Jadi, Rangga yang …

Kenapa Rangga tega melakukan hal ini pada dirinya?

Wajah Risa mengeras, kedua tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya. Amarah tergambar jelas di wajah cantiknya. Risa benar-benar marah karena Rangga tega melenyapkan buah hati mereka hanya demi mempertahankan reputasi.

Risa berbalik lalu berjalan dengan cepat ke kamar. Dia membanting pintu kamarnya dengan cukup keras hingga membuat dua sejoli yang sedang mencapai puncak kenikmatan sontak menoleh ke arahnya.

"Biadab kalian!" teriak Risa sekencang-kencangnya. Wajah wanita itu merah padam dengan napas yang begitu memburu. Sekelebat Risa bisa melihat tampang terkejut dan penyesalan dari wajah adik tirinya itu, tapi Risa tidak yakin. Tidak mungkin Nadia bisa merasa menyesal jika sekarang saja dia berani menusuk Risa di belakang seperti ini.

"Kamu benar-benar jahat, Nad! Mbak sudah menyekolahkan kamu dan memberimu tempat tinggal. Tapi kamu malah tidur sama Mas Rangga! Mbak benar-benar kecewa sama kamu!" Risa menjambak rambut Nadia dengan sangat kuat untuk melampiaskan amarahnya. Namun, Rangga malah mendorong tubuhnya hingga terjatuh ke lantai dengan cukup keras.

"Kamu nggak papa, Nad?" Rangga menatap Nadia khawatir.

"Kepalaku sakit banget, Mas," jawab Nadia sambil memasang wajah kesakitan yang terlihat sekali dibuat-buat. Rasa sakit dari jambakan Risa tidak sebanding dengan kepuasan yang Nadia dapatkan setelah melihat Risa hancur seperti ini. Momen saat ini adalah momen yang sudah sejak lama Nadia tunggu. Sekarang ia melihat langsung di depan matanya betapa menyedihkannya kakak tirinya ini.

Kedua tangan Risa mengepal kuat, dia benar-benar muak melihat Nadia yang pura-pura kesakitan hingga membuat Rangga lebih membela gadis itu dari pada dirinya. Risa pikir hubungan Rangga dan Nadia hanya sebatas kakak dan adik ipar. Namun, mereka ternyata selingkuh di belakangnya.

"Dasar istri tidak tahu diri!" Rangga menatap Risa dengan geram karena sudah menyakiti Nadia.

"A-apa kamu bilang, Mas?!" Risa terenyak karena Rangga menyebut dirinya sebagai istri yang tidak tahu diri. Pria itu bahkan tidak merasa bersalah sedikit pun padahal sudah selingkuh dengan Nadia dan membunuh buah hati mereka.

Apa hati Rangga sudah mati?

"Aku sudah berusaha menjadi istri yang baik buat kamu, Mas. Tapi kamu malah selingkuh dan membunuh anak kita. Kenapa kamu tega melakukan ini sama aku, Mas? Kenapa?!"

"Semua ini gara-gara kamu! Kalau saja kamu tidak membawa Nadia ke rumah dan melahirkan anak cacat, aku tidak mungkin selingkuh dan membunuh anak kita!"

"Mas!" Risa menatap Rangga dengan pandangan tidak percaya. Padahal suaminya itu jelas-jelas bersalah, tapi Rangga malah menyalahkannya.

"Anakmu yang cacat itu harus mati untuk menyelamatkan reputasiku. Aku benar-benar menyesal sudah menikahi wanita tidak berguna seperti kamu. Seharusnya aku menikahi Nadia karena dia lebih pintar dan bisa memuaskanku daripada kamu.”

Amarah Risa sudah tidak bisa dibendung lagi. Suaminya yang gila itu ternyata tega membunuh buah hatinya hanya demi reputasi dan bisnis. Rangga benar-benar jahat.

"Aku ingin cerai!"

"Apa? Cerai?"

Risa mengangguk mantap. Percuma saja dia mendampingi seorang pembunuh.

"Kamu pikir aku akan menceraikanmu?" Rangga menyeringai seram lalu berjalan cepat menghampiri Risa.

Risa tanpa sadar menahan napas dan meremas gaunnya dengan erat melihat Rangga yang menatapnya dengan sangat tajam. Namun, dia berusaha menutupi ketakutannya agar tidak terlihat lemah di depan Rangga.

"Sampai mati pun aku tidak akan pernah menceraikanmu, Risa!" desis Rangga terdengar tajam. Dia tidak akan pernah menceraikan Risa karena nama baiknya akan hancur jika media tahu kalau dia meninggalkan Risa di saat mereka baru saja kehilangan anak.

"Aku akan mengatakan ke media kalau kamu sudah selingkuh dan membunuh anak kita kalau kamu tidak mau menceraikanku, Mas!"

"Berani kamu, ya?!"

"Akh!" Risa memekik kesakitan ketika Rangga tiba-tiba mencekik lehernya dengan sangat kuat hingga membuatnya kesulitan bernapas.

"Mas, le-lepas!" Risa berusaha melepas tangan Rangga. Ia mulai kehilangan napasnya, dadanya juga mulai terasa sesak.

Namun, Rangga malah mencekik lehernya semakin kuat. "Ini akibatnya kalau kamu berani melawanku, Risa!"

"Erngh!" Air mata itu jatuh membasahi pipi Risa. Dia terus memberontak agar bisa lepas dari cengkeraman Rangga. Namun, tenaganya tidak sebanding dengan pria itu.

"Mas, le-lepas ...."

Wajah Rangga semakin mengeras, rahangnya pun mengatup rapat. Kedua matanya menatap Risa dengan penuh amarah bercampur dengan kebencian. "Nasibmu akan sama seperti anak kita kalau berani memberitahu perbuatanku pada media! Camkan itu baik-baik di otakmu, Risa!" Rangga mendorong Risa dengan cukup keras hingga jatuh ke lantai.

"Uhuk!" Risa sontak terbatuk-batuk sambil memegangi lehernya yang memerah akibat cengkeraman Rangga.

Dengan sisa-sisa tenaga dia berusaha keras untuk berdiri lalu beranjak meninggalkan kamar yang pernah menjadi saksi cinta antara dirinya dan Rangga. Namun, semuanya hanya tinggal kenangan setelah pria itu tega mengkhianatinya.

"Mau ke mana kamu?"

"Akh!" Risa tersentak karena Rangga tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangannya dengan erat. "Mas, lepas! Apa kamu belum puas menyakitiku?"

"Aku tidak akan pernah melepasmu kalau kamu berani membeberkan apa yang aku lakukan ke media, Risa!" sengit Rangga penuh peringatan.

Risa tersenyum miris. "Aku sudah muak berada di kamar ini! Kalau kalian mau bercinta lagi terserah! Aku tidak peduli!" Risa menyentak tangannya dari cengkeraman Rangga hingga terlepas lalu pergi dari tempat itu.

Rangga kembali masuk ke kamar sambil membanting pintu dengan cukup keras. Amarah masih menguasai tubuh pria berusia tiga puluh tahun itu. Rangga merasa sangat marah karena Risa berani melawannya.

"Sialan!" Rangga menendang kursi yang ada di kamarnya dengan cukup keras untuk melampiaskan kekesalan.

"Kenapa kamu tidak menceraikan Mbak Risa, Mas? Seharusnya Mas ceraikan saja Mbak Risa karena dia sudah tahu kalau Mas yang membunuh anaknya."

"Aku tidak mungkin menceraikan Risa karena reputasiku menjadi taruhannya, Nad."

"Tapi kamu harus tetap hati-hati, Mas, karena sekali saja Mbak Risa buka mulut ke media, reputasi Mas akan hancur saat itu juga!"

Kening Rangga berkerut dalam mendengar ucapan Nadia barusan. Dia yakin sekali Risa tidak mungkin berani membongkar perbuatannya karena dia sudah mengancam wanita itu. "Akan aku pastikan dia akan menyusul anaknya ke neraka kalau dia berani membuka mulutnya.”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ngatyena JuEma
kejam banget adik tiri risa. sanggup rampas kebahagian kakak tirinya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status