LOGINMerasa saran Karin cukup menarik, dia berkata dengan ceria, "Jadi, kalian para wanita-lah yang paling tahu apa yang dibutuhkan wanita lain.""Oke, kalau begitu, beri aku ide. Anggap saja ini sebagai ganti rugi."Karena Simon sudah menikah dengan wanita lain dan saat ini tidak berada di Wakasa, dia ingin memenangkan hati Nayla.Lalu mereka akan berhubungan intim.Sekalipun Nayla tahu bahwa dia bukan penyelamatnya sepuluh tahun lalu, Nayla tidak akan bisa berbuat apa-apa, betapa pun marahnya dia....Nayla kembali ke area hotel, membeli mie kepiting untuk dibungkus dan dibawa kembali ke kamar.Dia cukup menikmatinya.Rasanya enak dan kuahnya sempurna untuk selera lidah Nayla.Nayla duduk di sofa menikmati makanan. Saat baru makan beberapa suap, telepon Simon masuk."Sudah selesai kerjanya?"Suara Simon tetap hangat dan memikat seperti biasa.Nayla tersenyum dan berkata, "Aku baru sampai kamar, makan mie kepiting, terus kamu telepon.""Nayla sudah semakin disiplin, bisa ingat waktu makan
"Selama sepuluh tahun terakhir, dia sudah menyamar sebagai penyelamatmu. Apa kamu rela ditipu bertahun-tahun?"Karin berbalik dan mendekatinya, senyumnya semakin percaya diri. "Aku bisa membantumu mengungkap kebohongannya.""Gimana menurutmu? Tertarik kerja sama?"Wajah Nayla tetap dingin. "Cara lama dipakai lagi? Kamu sudah pernah pakai trik ini sebelumnya.""Kali ini beda.""Apa bedanya? Karin, kamu nggak bisa dipercaya."Takut Nayla akan menolak, Karin mendesak dengan cemas, "Aku ingin Hans, dan kamu menghalangiku!"Nayla memandangnya dengan curiga.Dia samar-samar mendengar percakapannya dengan Hans di rumah sakit.Meski tidak mendengarnya dengan jelas, dia yakin itu terkait dengan kejadian sepuluh tahun lalu ketika dia jatuh ke danau.Bagaimanapun juga, dia ingin tahu apakah Hans telah berbohong padanya.Apakah benar Hans yang menyelamatkannya sepuluh tahun lalu?"Terus, kerja sama apa yang kamu maksud?" Nayla menatapnya sambil mengangkat alis.Bibir merah Karin tersenyum puas dan
Keesokan paginya, Nayla harus menghadiri rapat dengan kru.Saat bangun dari tempat tidur, seluruh tubuhnya terasa sangat sakit.Melihat Simon sudah berpakaian rapi dalam setelannya, dia cemberut manja, "Kamu tadi malam terlalu gila."Simon mendekat, memeluk pinggangnya. Tatapannya lembut dan penuh kasih."Ini membuktikan kalau istriku terlalu menggoda sampai aku nggak kuat menolaknya. Jadi ini bukan salahku."Simon menunduk, menurunkan wajahnya, dan napas hangatnya menyentuh pipi Nayla. "Lagi pula, wajar saja kalau suami mendambakan tubuh istrinya."Jantung Nayla berdebar kencang.Pria ini terlalu pandai menggoda.Jika terus begini, dia mungkin benar-benar percaya Simon jatuh cinta padanya.Meskipun, kalau dipikir-pikir, akan sangat luar biasa jika Simon benar-benar jatuh cinta padanya.Nayla mengepalkan tinjunya dan memukul dadanya dengan bercanda, sambil berkata, "Ya, kamu hampir membuatku percaya."Simon berkata dengan serius, "Tentu saja, kamu bisa percaya kata-kataku. Aku sudah la
Hans masih ragu. "Maksudmu, dia sengaja mengujiku? Buat apa dia melakukan itu?""Jangan lupa kenapa dia putus denganmu. Nggak heran dia ingin mengujimu," kata Karin, mengarang sesukanya.Dia datang ke sini kali ini khusus untuk mencegah mereka bertemu.Raut wajah Hans melunak mendengar kata-katanya.Mengingat Nayla tergila-gila padanya dan memang datang sendirian ke sini, rasa cemasnya mereda."Nayla pasti masih ingin balikan denganmu. Kamu tahu sendiri, dia sudah bertahun-tahun mencintaimu."Melihat ekspresi Hans membaik, Karin terus menyesatkannya. "Mana mungkin dia melepaskanmu secepat itu?"Kalau kamu tadi gegabah, kamu justru akan kehilangan dia selamanya."Hans pikir Karin benar.Nayla telah mencintainya selama lima tahun, bahkan rela melepas sifat manjanya dan menjadi selalu mengutamakannya dalam segala hal.Dia tidak akan berhenti mencintai hanya karena salah paham sepele.Hans kembali tenang, tatapannya tidak lagi tajam. "Kamu ke Wakasa ada perlu apa?"Karin berkata dengan eng
Nayla dicium hingga kepalanya pusing.Tubuhnya tiba-tiba terasa ringan saat Simon menggendongnya kembali ke kamar dan menutup pintu.Saat Hans berbelok keluar dari koridor, dia mendengar suara samar pintu tertutup. Dia menoleh ke arah suara itu, tapi hanya mendapati koridor kosong.Dia berjalan lebih jauh, mencari nomor kamar Nayla.Simon memeluk Nayla erat, menciumnya dengan penuh gairah.Pria itu dengan merampas udara dari mulutnya sambil menekan tubuhnya ke tempat tidur.Napas mereka bercampur.Napas Simon terengah-engah, dan tubuhnya yang menempel pada tubuh wanita itu terasa sangat panas, seolah-olah ingin membakarnya."Bolehkah?"Dia bertanya, suaranya rendah dan serak.Nayla menatapnya, terpesona, tidak mampu menyembunyikan kerinduannya dan keinginan untuk meluapkannya.Dia mengangkat kedua lengan, melingkarkannya di leher pria itu, dan menciumnya.Meski tidak ada kata-kata yang terucap, tindakannya sudah bicara.Selama beberapa hari mengobrol dengan Amanda, Nayla menyadari sesu
Nayla merasa mual dan berbalik ke arah yang berlawanan.Tapi, Hans yang harus bertumpu pada tongkat bisa berjalan lebih cepat darinya, segera menyusulnya dari belakang dan meraih lengannya."Nayla."Saat Hans baru menyentuhnya sedikit, Nayla langsung menepis tangan itu dengan jijik."Hans, kapan kamu mau berhenti?"Suara Nayla datar, tatapannya dingin dan jauh.Dengan paras mereka berdua, Hans dan Nayla sangat menonjol di antara keramaian, menarik banyak perhatian.Hans menunjukkan kesabaran yang tidak biasa dan membujuk dengan lembut, "Jangan marah. Aku mengikutimu karena khawatir membiarkanmu sendirian."Nayla belum lupa bagaimana pria itu ingin memaksakan diri padanya, membiusnya, dan kemudian sengaja membawa seorang pemabuk untuk melecehkannya ....Belum lagi, kecelakaan mobil yang nyaris fatal.Di setiap insiden itu, Hans terlibat.Bibir Nayla tersenyum mengejek. "Melindungiku?""Aku sudah bersyukur kamu nggak berusaha menyakitiku. Apalagi ... dengan keadaanmu sekarang, sebaiknya







