Home / Romansa / Pelakor itu Adikku / Bab 62. Malam yang Berbeda

Share

Bab 62. Malam yang Berbeda

Author: Rina Novita
last update Last Updated: 2025-07-07 20:41:20

Sungguh, Alma tidak bicara secara cuma-cuma. Ucapan terima kasihnya kepada Felix lahir dari ketulusan yang dalam. Sebab tanpa kehadiran pria itu, Alma tak akan pernah tahu bahwa dunia ini begitu besar dan luas. Bahwa dirinya ternyata mampu berdiri sejajar dengan orang-orang hebat, bukan hanya sekadar melayani seorang suami.

Sejak menikah dengan Arhan, Alma lebih sering direndahkan, diminta diam di rumah. Ia diharuskan untuk menyembunyikan kecerdasannya di balik perannya sebagai seorang istri. Namun, malam ini, di pesta itu, dengan deretan tokoh besar yang ingin bicara dengannya, Alma menyadari satu hal, bahwa dirinya jauh lebih berharga saat bersuara, bukan saat bungkam seperti dulu.

Namun ..., setelah beberapa detik Alma baru menyadari ekspresi aneh dari Felix. Pria itu tidak menjawab. Tetapi hanya memandangnya dengan tatapan kosong.

"Lix?" panggil Alma pelan, keningnya berkerut.

Felix tersentak, lalu berdeham ringan. "Ya. Ya, aku baik."

Alma menghela napas lega sambil meletakkan tan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pelakor itu Adikku   Bab 78. Dipindahkan ke Bangsal Kelas Tiga

    “Apa ini soal tadi di bangsal kelas?” tanya Arhan cepat, sesaat setelah perawat muda itu mengatakan Prof. Mahendra memanggilnya. Perawat tersebut mengangguk. “Sepertinya iya, Dok. Saya dengar beliau sudah tahu kejadian barusan.” Arhan menghembuskan napas panjang. “Masalah datang terus tanpa henti,” gumamnya pelan, lebih ke dirinya sendiri. Kepalanya sedikit menunduk, lalu mendongak lagi dengan rahang mengeras. “Siapa yang bikin jadwal baru itu? Kenapa tiba-tiba aku dipindahkan ke bangsal kelas 3 tanpa pemberitahuan?” Nada suaranya meninggi. “Saya nggak tahu detailnya, Dok. Tapi dari yang saya dengar di ruang perawat, perombakan itu dari Dokter Alma. Ada sistem baru katanya.” Arhan mengernyit. “Alma?” “Ya. Katanya beliau mau ada pemerataan tugas dokter. Semua dapat giliran, termasuk dokter spesialis senior.” Dada Arhan mendadak terasa panas. Seolah ada bara yang ditumpuk di dalamnya. Ia mengepalkan tangannya. “Dia sengaja … Pasti dia sengaja mau permalukan aku!” “Dok, maaf, say

  • Pelakor itu Adikku   Bab 77. Dipermalukan di Depan Pasien

    Nadine berdiri terpaku. Ucapan Arhan barusan benar-benar mengguncang batinnya. “Memangnya apa yang akan Mas lakukan? Mas tega?” Nadine berseru lirih. “Ini darah daging Mas sendiri …” Arhan menyeringai tipis. Dalam hatinya ia masih ragu kalau itu anaknya. Tapi, anak siapapun itu, jika semua orang tahu kehamilan Nadine, pasti dirinya akan kena tuduh, karena rumor kedekatannya dengan Nadine telah menyebar. Jadi, sebenarnya dia memang tidak peduli itu anak siapa. "Kalau kamu masih maksa pertahankan bayi itu, kamu sendiri yang akan rugi. Lihat dirimu sekarang, Nadine. Sudah jadi bahan gunjingan satu rumah sakit. Sekarang hamil di luar nikah. Mau nambah malu lagi?” Nadine menunduk. Ia memasang wajah sesedih mungkin. Berharap Arhan akan menaruh iba padanya. “Aku ... aku nggak tahu harus bagaimana, Mas ....” “Pokoknya gugurkan. Aku nggak akan ikut bertanggung jawab!” tegas Arhan. Suaranya seperti vonis yang tak bisa diganggu gugat. Dengan tangan mengepal di samping tubuhnya, Nadine akh

  • Pelakor itu Adikku   Bab 76. Nadine dan Laporan Pasien

    "Kak Alma ... tolong aku ... Aku nggak tahu harus gimana ..." Alma masih berdiri di balik meja kerjanya, ekspresinya tetap tenang seperti biasa. Namun, pandangannya menajam saat melihat Nadine berdiri di ambang pintu dengan wajah kacau, rambut sedikit berantakan, dan mata sembab seolah baru saja menangis lama. "Masuklah kalau mau bicara," ucap Alma datar, lalu kembali duduk dan membuka map yang tadi sempat ia tutup. Nadine masuk perlahan, lalu duduk di kursi seberang meja Alma. Wajahnya sedih, matanya berkaca-kaca. "Aku ... aku akan disidang sama badan pengawas rumah sakit, Kak. Aku takut ... Semua laporan itu, aku ... aku nggak tahu harus jawab apa. Pasien, perawat ... semuanya kayak nyalahin aku." Alma menatap Nadine lama. Ia tidak langsung menjawab. Hening beberapa detik, hingga akhirnya Alma berkata pelan tapi tajam, "Lalu apa yang kamu harapkan dariku?" "Aku minta tolong, Kak. Tolong bantu aku. Kakak kan punya pengaruh sekarang. Punya reputasi. Orang-orang akan dengar apa

  • Pelakor itu Adikku   Bab 75. Makin Bersinar

    “Saya … saya hanya mengikuti saran istri saya waktu itu,” jawab Arhan gugup. Suaranya nyaris tak terdengar, membuat beberapa kepala mendekat sedikit seolah ingin memastikan tak salah dengar. Orang-orang di ruangan itu memandang Arhan dengan kening berkerut. Tak ada satu pun rekan sejawatnya yang puas dengan jawaban itu. Jawaban yang terlalu dipaksakan. Dokter Adrian menghela napas panjang, lalu menyandarkan tubuh ke kursinya. “Saya pikir … ada hal lain yang disembunyikan,” gumamnya pelan namun cukup membuat Arhan menelan ludah. Tatapannya langsung mengarah ke Arhan. Arhan terdiam, membeku di tempat duduknya. Sekilas ia melirik Alma yang duduk tenang di sisi ruangan, tanpa sedikit pun memperlihatkan ketegangan. Tiba-tiba, pintu ruang konferensi terbuka. Tiga orang masuk hampir bersamaan. Semua langsung berdiri. “Selamat pagi,” ucap Prof. Mahendra sambil tersenyum ramah. Di sampingnya, berdiri Prof. Baskara dengan wajah cukup serius, dan seorang pria muda dan tampan memakai j

  • Pelakor itu Adikku   Bab 74. Bahan Gosip

    Pagi itu suasana di rumah sakit tampak ramai seperti biasa. Terutama di lobi staf, banyak staf medis berkumpul. Namun, ada gosip yang tidak biasa menyusup ke antara bisik-bisik para staf. Biasanya, nama Alma disebut-sebut karena kemampuan medisnya yang mengagumkan, atau sikapnya yang tenang dan empatik terhadap pasien. Tapi pagi ini, ada topik baru yang jauh lebih mengguncang. "Acara semalam katanya heboh. Bukan cuma karena dokter Alma banyak dipuji oleh tokoh penting. Tapi ... ternyata dia dan dokter Arhan itu--," ucap salah satu staf dengan suara pelan. “Katanya, dokter Alma itu istrinya dokter Arhan, loh …," sambut staf lain yang berada di sebelahnya. “Iya, aku juga denger! Makanya waktu itu pas Arhan marah-marah, kayaknya pribadi banget, ya?” salah satu perawat menyahut. "Kayaknya nggak bisa dipercaya, dokter Alma anggun dan sepintar itu ternyata punya suami seperti dokter Arhan." Perawat lainnya ikut buka suara. “Dan Nadine itu ... bukannya adik Alma sendiri ya? Gila nggak s

  • Pelakor itu Adikku   Bab 73. Rencana Keji

    Arhan pun membanting tubuhnya ke sofa ruang tamu, lalu menggeram rendah sambil memijit pelipisnya. Kepalanya berdenyut, pikirannya berputar tanpa arah. Tubuhnya lelah, tapi masalah yang ada di kepalanya tidak memberikan dia waktu untuk istirahat. Kata-kata Alma tadi terus berputar di kepalanya. "Cerai." Ia menarik napas dalam. Berusaha menghilangkan kepanikan. Namun, semakin mencoba untuk tenang, semakin hatinya digerogoti oleh pikiran-pikiran itu. Di saat itu, ada suara langkah kaki mendekat. Arhan menoleh cepat. Sosok ibunya, Ferika, muncul dari lorong kamar. Wanita paruh baya itu masih memakai daster sutra biru tua. Rambut dijepit seadanya, wajahnya kusut, dan kantuknya hilang. Ia menyapa Arhan dengan sorot mata tajam.“Bertengkar lagi sama Alma?” tanya Ferika tanpa basa basi.Arhan menundukkan kepala. “Jangan sekarang, Bu.” Dia tahu sang ibu berniat menceramahinya lagi. Dan ini akan memakan waktu yang lama. Sedangkan saat ini ia sudah terlalu lelah.Ferika duduk di sofa sebel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status